Test Footer 2

Kamis, 01 Oktober 2015

Pelurusan Sejarah

by: Timothy Radhitya

Tepat 50 tahun sebelum hari ini, terjadi peristiwa yg mengubah Indonesia: G30S beserta pembunuhan massal yg mengikutinya.
Ada bbrp alasan mengapa kita harus terus memperingati dan mendorong penggalian fakta serta penyelesaian kasus ini:
1. Kebenaran Sejarah
Sebagai manusia, kita tentu selalu penasaran dan berusaha mencari tahu tentang apa yang sesungguhnya terjadi di masa lalu. Apalagi, sejarah turut membentuk kehidupan kita saat ini.
Sejarah versi Orba sudah banyak terbukti kesalahan serta kejanggalannya, maka ini saatnya kita mendorong investigasi dan pembeberan fakta yang sesungguhnya.
2. Pelanggaran HAM
Peristiwa G30S cuma terjadi sehari semalam. Namun peristiwa yg terjadi setelahnya amatlah besar. Dengan mendakwa PKI sebagai dalang G30S, pembunuhan massal yg digalang oleh militer dan ormas menewaskan sekitar 500.000-2.000.000 warga indonesia yg dituduh terkait dengan PKI. Ini adalah salah satu pembantaian massal terbesar di dunia setelah Holocaust Jerman Nazi.
Namun di saat Holocaust dikutuk dan pengadilannya masih berjalan hingga saat ini, pembantaian di Indonesia justru dibiarkan, dikubur, dan bahkan dibenarkan serta dirayakan. Rasanya sebagai manusia yg punya akal dan hati, kita tidak bisa membenarkan pembantaian massal dan membiarkan kasus ini terkubur begitu saja.
Pelanggaran HAM pun pada akhirnya akan terus terulang, seperti di Aceh, Papua, Trisakti, Jakarta 98, dan represi gerakan rakyat penentang neoliberalisme belakangan ini (korban terbaru adalah Salim Kancil, petani yang menolak pertambangan pasir di daerahnya)
Saatnya fakta sejarah dibuka, aktor yang bertanggung jawab di ungkap serta disidang, serta korban direhabilitasi nama baiknya dan menerima permintaan maaf dari negara!
3. Politik Kiri
Tidak bisa dipungkiri, bersama dengan G30S, politik kiri yang mengantar Indonesia merdeka turut terkubur bersama PKI hingga saat ini. Lewat TAP MPRS/XXV/1966, ajaran dan organisasi komunisme, sosialisme, Marxisme dilarang. Gerakan buruh, tani, dan rakyat ditindas karena dianggap mengandung benih benih komunisme.
Absennya politik kiri adalah salah satu alasan tertinggalnya Indonesia dengan negara lain, terutama di segi kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, serta layanan publik. Pasca Reformasi, banyak partai yang silih berganti memegang kekuasaan, namun semuanya 11-12, mengutamakan kepentingan kapital,kelompok, kental unsur KKN, money politics, dan berbasis patronase.
Dengan penuntasan kasus 1965, ada legitimasi bagi pembangunan partai kiri yang dapat menjadi alternatif dalam politik Indonesia, memberikan reform dan kebijakan pro rakyat yang sejati (bukan cuma populisme dan retorika).
Terutama saat ini, dimana ekonomi kapitalis sedang mengalami krisis..gerakan buruh, petani, mahasiswa, dan rakyat miskin kembali muncul di mana mana. Sebuah partai kiri adalah wadah yg tepat untuk merangkul semua segmen ini dan menantang dominasi oligarki politik Indonesia.
4. Masa Depan
Terkait dengan poin tentang Partai Kiri, penuntasan kasus 1965 dibutuhkan untuk mencabut akar kelas penguasa saat ini: Oligarki politik yg disokong oligarki ekonomi, polisi, dan militer. Selama kasus ini dikubur, pemerintahan yg tidak jauh berbeda basisnya dari Orba akan terus berkuasa, siapapun presiden dan partai yg menang.
Elite politik yg seperti hidup di dunia sendiri, mementingkan diri sendiri, tidak tersentuh rakyat, sejatinya sudah ada dari dulu. PKI termasuk salah satu penentang paling keras golongan ini.Karenanya, bila kita memimpikan masa depan bangsa yang lebih baik, penyelesaian kasus 1965 wajib didorong agar akar kelas berkuasa ini dapat dicabut, atau setidaknya digoyang.

0 komentar:

Posting Komentar