Test Footer 2

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 17 April 2018

17 April 2014 | Ruh Jurnalisme yang Bersemayam dalam Novel Gabriel Garcia Marquez

17 April 2018


Ilustrasi Gabriel García Márquez (1927-2014). tirto.id/Sabit

Tutur cerita. Berkelindan antara gaib dan nyata.
Nama Gabriel García Márquez—atau Gabo, panggilan akrabnya—telah dikenal publik pembaca di Indonesia sejak 1980-an, tetapi baru pada tahun inilah karyanya terbit dalam bahasa Indonesia secara resmi, setelah selama bertahun-tahun hadir dalam versi terjemahan “modal nekat dan semangat”. Pada 26 Maret 2018, Gramedia Pustaka Utama sebagai pemegang hak terjemahan resmi García Márquez meluncurkan Cinta di Tengah Wabah Kolera (El amor en los tiempos del cólera) sebagai judul pertama dari kemungkinan-kemungkinan judul lain yang akan diterbitkannya.

Nama Gabo lekat dengan genre yang dikenal sebagai “realisme magis”. Mengenai apa yang dimaksud istilah ini, ada banyak perdebatan akademis tentangnya yang bukan pada tempatnya untuk diuraikan di sini (dan memang menurut akademisi sastra William Rowe, “tidak ada suatu teori yang konsisten mengenai realisme magis”). Untuk gampangnya, katakanlah realisme magis adalah cara menghadirkan yang-magis sebagai unsur lumrah dalam realitas keseharian. 
Para pembaca Gabo tentu tahu apa yang saya maksud: bayi lahir dengan ekor babi, montir yang selalu diikuti kupu-kupu kuning, tulang-belulang gadis muda dengan rambut puluhan meter di tengkoraknya, serta segudang karater-karakter ajaib lain yang tiada duanya dalam jagat kesusastraan. Namun perlu dicatat, pembauran antara yang-riil dengan yang-magis dalam karya-karya Gabo, atau dalam kebanyakan sastra Amerika Latin, bukan semata-mata hasil khayalan atau fantasi sastrawi belaka, melainkan berjangkar dan perlu dibaca dalam konteks sosial-politik negara pascakolonial. 

Dalam mahakarya Seratus Tahun Kesunyian, misalnya, temuan-temuan sains yang dihadirkan modernitas (magnet, kereta, piringan hitam) dianggap “magis” oleh penduduk pribumi desa Macondo. Sementara hantu-hantu atau orang bisa melayang—yang mereka anggap lumrah—justru akan dianggap “magis” oleh pengamat/pembaca modern.

Di sinilah kehebatannya. Gabo memukau bukan semata karena ia bisa mengarang tokoh “yang aneh-aneh” itu, melainkan bagaimana ia bisa dengan begitu meyakinkan membumikan “yang aneh-aneh” itu pada realitas, sehingga pembaca menghayatinya dengan penuh kepercayaan, sebagai fakta. “Nyatanya adalah tak ada satu baris pun dari semua karyaku yang tidak punya pijakan pada realitas,” demikian ia pernah menegaskan. Dalam mengubah yang-muskil menjadi yang-mungkin itulah ia banyak memanfaatkan disiplin jurnalisme, profesi yang sangat dicintainya.


Bermula dari Jurnalisme

Karier kepenulisan Gabo memang dimulai dari jurnalisme dan menurut pengakuannya sendiri ia sesungguhnya tak pernah berhenti menjadi reporter. “Aku tak ingin dikenang untuk Seratus Tahun Kesunyian, atau untuk Hadiah Nobel, tetapi untuk kewartawananku. Aku terlahir sebagai jurnalis dan sekarang merasa semakin menjadi reporter dibanding yang sudah-sudah.” 

Buku-buku reportase panjangnya mendapat sanjungan yang tak kalah hebat dibanding buku-buku fiksinya. Gabo menulis aneka macam topik; antara lain cerita seorang pelaut karam dan upayanya untuk bertahan hidup, kisah perjalanan keliling Uni Soviet dan Eropa Timur era komunis, serta liputan tentang aksi-aksi penculikan terhadap orang-orang penting Kolombia yang didalangi kartel narkoba Pablo Escobar. 

“Jurnalisme turut mempertahankan hubungan kita dengan realitas, yang amat penting bagi sastra,” ujarnya.

Lahir pada 6 Maret 1927 di Aracataca, dusun kecil di Kolombia bagian utara yang menjadi inspirasi dan model bagi desa fiktif Macondo dalam cerita-ceritanya, García Márquez terjun ke jurnalisme pada usia 18. Ia menjadi reporter sambilan di harian El Universal, Cartagena, sembari menempuh kuliah hukum. 

Pada usia 20, ia pindah ke harian El Heraldo yang berkantor di kota pesisir Baranquilla. Selama masa kerjanya di El Heraldo sejak Januari 1950 hingga Desember 1952, Gabo menulis 394 artikel dengan nama pena “Septimus” untuk rubrik kolom yang diberi tajuk “La Jirafa” (“Jerapah”). Septimus dipetiknya dari Septimus Warren Smith, nama tokoh di novel Virginia Woolf, Mrs. Dalloway; sedangkan jerapah karena lehernya yang panjang mampu melihat gambaran secara luas dan jauh. 

Pengalaman dua tahun di El Heraldo turut melatih kedisiplinan menulis tentang apa saja yang menarik minatnya, terutama tentang kebudayaan pesisir (costeno) yang nanti bakal banyak mengisi cerita-ceritanya. Di sini pula bibit-bibit realisme magis mulai tampak berkecambah pada gaya tulis Gabo. Misalnya, di salah satu kolom ia mengarang tentang kematian seorang maling dan penghormatan kubur yang dipersembahkan baginya oleh sesama penjahat sebelum si maling itu masuk neraka.
Namun baru sesudah pindah ke harian El Espectador di Bogotá pada 1954, Gabo merasa benar-benar belajar untuk mengolah narasi, dan bukan sekadar menulis. Menurut Jacques Gillard dalam kata pengantar untuk Entre cachacos-1, sebuah kompilasi tulisan-tulisan jurnalistik Gabo dari periode ini, kolom Gabo di El Espectador diberi tajuk “Día a día” (“Hari ke Hari”) dan hampir seperti “La Jirafa,” di sini Gabo mengulik kehidupan sehari-hari cachacos (julukan bagi warga Bogotá).

Di El Espectador pula Gabo menuliskan reportase panjang terkenalnya tentang pelaut Luis Velasco, satu-satunya korban selamat dari kapal perang Angkatan Laut Kolombia “Caldas” yang karam pada 1955. Velasco bertahan hidup di laut selama 10 hari sebelum berhasil menepi dan disambut pemerintah sebagai pahlawan. Gabo menuliskan reportasenya jauh sesudah peristiwa menggemparkan itu surut sebagai berita aktual. Ia mewawancarai Velasco dengan rinci selama tiga minggu mengenai apa saja yang dilakukannya selama 10 hari terombang-ambing di laut. 

Dimuat dalam bentuk tulisan bersambung 14 nomor, penelusuran Gabo menguak fakta mengejutkan bahwa “Caldas” tenggelam bukan karena kecelakaan alamiah seperti versi resmi pemerintah, melainkan karena kapal itu mengangkut barang selundupan dalam jumlah kelewat banyak. Publik gempar, oplah El Espectador naik dua kali lipat berkat seri tulisan itu. Gabo mendapat banyak ancaman dan terpaksa mencari aman ke luar negeri. Sesudah berada di Eropa, baru ia mendengar kabar El Espectador ditutup pemerintah Kolombia.

Pengalaman ini adalah salah satu yang meyakinkan Gabo bahwa jurnalisme bukanlah perkara memburu breaking news, adu cepat yang justru mengaburkan perspektif dan merancukan kebenaran. Maka bertahun-tahun sesudahnya, sebagai respons atas apa yang dipandangnya sebagai kemerosotan kualitas jurnalisme mutakhir, Gabo pun mendirikan La Fundación Gabriel García Márquez para el Nuevo Periodismo Iberoamericano (Yayasan Gabriel García Márquez untuk Jurnalisme Baru Amerika Latin). Yayasan FNPI ini memberi pelatihan penulisan bagi para jurnalis terpilih, berasaskan prinsip yang diyakini erat oleh Gabo bahwa “cerita terbaik bukanlah yang pertama kali dimuat, tetapi yang paling bagus dituturkan.”
Dan bagi Gabo, definisi tentang “bagus” itu seringkali bertaut dengan “detail”. Misalnya, pada 1989 ia menerbitkan Sang Jenderal dalam Labirinnya (El general en su laberinto), novelnya tentang pahlawan pembebas Amerika Latin Simón Bolívar, yang meskipun sudah diulas dalam berpuluh-puluh buku, Gabo yakin bisa memberikan gambaran lebih utuh tentang sosok ini melalui narasi bergaya reportase. 

Wartawati Silvana Paternostro, yang pernah mengikuti kelas Gabo di FNPI, menuliskan bagaimana cerita Gabo tentang penulisan novelnya itu bisa memberi pelajaran berguna mengenai detail dan disiplin verifikasi: "Reportase adalah cerita lengkap, rekonstruksi utuh sebuah peristiwa. Setiap detail kecil punya makna. Inilah dasar kredibilitas dan kekuatan cerita." 

Dalam Sang Jenderal dalam Labirinnya, setiap fakta yang bisa diverifikasi, tak peduli betapa pun sepelenya, bisa memperkuat karya secara keseluruhan. Misalnya, "aku tempatkan bulan purnama pada malam Simón Bolívar tidur di Guaduas pada 10 Mei 1830. Aku ingin tahu adakah bulan purnama malam itu, maka kutelepon Akademi Sains di Meksiko dan mereka temukan bahwa sesungguhnya memang ada. Bila tidak, yah, aku tinggal mencoret bulan purnama itu dan selesai sudah. Bulan ini detail yang tidak dicermati siapa pun. Tapi bila ada satu fakta palsu dalam sebuah reportase, maka segala lainnya ikut palsu. Dalam fiksi, bila ada satu fakta yang bisa diverifikasi—bahwa ada bulan purnama malam itu di Guaduas—maka pembaca akan mempercayai segala lainnya."

“Trik” Gabo yang lain untuk membuat pembaca percaya cerita-ceritanya yang ajaib adalah dengan memakai detail numerik. Gabo punya prinsip bila Anda bercerita bahwa hujan turun selama “beberapa” tahun, orang tak bakal percaya. Tapi bila Anda punya “data jelas” berapa tahun persisnya hujan turun, orang mungkin bisa percaya. 

Maka demikianlah, hujan di Macondo dalam Seratus Tahun Kesunyian turun selama 4 tahun 11 bulan 2 hari; rambut Sierva María de Todos los Ángeles dalam Tentang Cinta dan Setan-Setan Lainnya terus tumbuh sampai sepanjang 22 meter lebih 11 sentimeter selama 200 tahun sejak ia meninggal; Florentino Ariza meniduri 622 perempuan dalam Cinta di Tengah Wabah Kolera; dan Uni Soviet ia gambarkan sebagai “22.400.000 kilometer persegi tanpa satu pun iklan Coca Cola”.

infografik mozaik gabriel garcia marquez


Ia yang Memberi Nama bagi Luka-Luka

Bagi orang yang menjunjung tinggi detail dan fakta, tentunya ironis bahwa pengobatan atas kanker kelenjar getah bening yang telah diderita Gabo sejak 1999 justru berujung pada penyakit yang digambarkannya melanda penduduk Macondo: kepikunan akut yang membuat mereka tak mampu mengingat “nama dan gambaran tentang benda-benda”. Kemoterapi berhasil memperpanjang usianya, tetapi secara gawat memperpendek ingatannya. Fakta-fakta mengabur dalam benak sang begawan. 

Pada 2012, Jaime García Márquez, adik Gabo yang juga direktur FNPI, dengan hati remuk mengumumkan tentang gejala penyakit kakaknya ini. Ia bercerita bagaimana Gabo sering menanyakan padanya mengenai nama-nama dan hal-hal yang paling mendasar. 

Kita pun ingat bagaimana dalam Seratus Tahun Kesunyian Aureliano Buendía mencari-cari paron kecil yang biasa ia pakai untuk alas menempa logam dan sama sekali tidak ia ingat namanya sebelum ayahnya memberitahunya. Aureliano akhirnya menuliskan nama benda itu di secarik kertas dan menempelkannya langsung di bawah paron agar tidak lupa. 

“Tidak terbersit padanya bahwa inilah manifestasi pertama dari hilangnya ingatan, karena benda tersebut namanya memang susah diingat. Namun sekian hari kemudian ia sadari bahwa ia kesulitan mengingat hampir semua barang di ruang kerjanya.” 

Memakai cara Aureliano, José Arcadio Buendía lalu memasang nama untuk semua benda di rumahnya dan kemudian di seisi desa. Merasa nama saja tidak cukup, ia lantas menambahkan keterangan-keterangan lain: “Ini sapi. Dia harus diperah setiap pagi buat menghasilkan susu, dan susu itu harus direbus untuk dicampur dengan kopi buat membuat kopi susu.”

Penyakit lupa yang melanda warga Macondo membuat kota itu seperti tak beranjak ke mana-mana dalam waktu. Ia terus mengulangi sejarah yang sama, kesalahan-kesalahan yang sama. 

Jangan lupa bahwa tema inti—bila bisa disebut demikian—dari Seratus Tahun Kesunyian adalah pembantaian terhadap 3.000 buruh perkebunan pisang yang dilakukan tentara lewat berondongan senapan mesin. José Arcadio Segundo, yang selamat dari maut, terperanjat mendapati kenangan akan pembantaian itu terhapus dari ingatan warga. Pemerintah menghapusnya dari sejarah resmi, sementara hujan deras bertahun-tahun menghapuskan bukti-bukti fisik pernah terjadinya pembantaian. José Arcadio Segundo pun menghabiskan sisa umurnya berusaha melestarikan kenangan akan 3.000 korban tewas itu.

Fakta dan ingatan sejarah. Inilah tema yang berulang terus-menerus dalam seluruh oeuvre Gabo hingga ia meninggal pada 17 April 2014, tepat hari ini empat tahun lalu. Maka seperti tokoh-tokoh karangannya, García Márquez berusaha mencatat dan memberi nama bagi luka-luka Aracataca, luka-luka Kolombia, luka-luka Amerika Latin, dan luka-luka dunia melalui kerja sastra dan kewartawanannya—agar kita membaca, mengingat, dan tidak mengulang lagi kesalahan-kesalahan sejarah yang serupa.

Reporter: Ronny Agustinus
Penulis: Ronny Agustinus
Editor: Ivan Aulia Ahsan

Source: Tirto.Id 

Panduan Untuk 71 Penggunaan Ganja Medis

Halaman ini diterjemahkan oleh Google, Anda bisa membaca artikel aslinya disini https://www.learngreenflower.com/…/574/medical-uses-of-cann…
PERINGATAN!!!Informasi dihalaman ini disajikan hanya untuk tujuan pengetahuan. Halaman ini tidak bertujuan untuk mempromosikan atau menganjurkan pembaca halaman ini untuk menggunakan obat-obatan terlarang. Namun demikian, kami percaya jika semua orang berhak untuk mengetahui informasi dihalaman ini dan kami percaya, bahwa akses terhadap informasi yang akurat dan jelas sangat penting untuk mengurangi bahaya terkait obat-obatan terlarang.




Mari kita hadapi ini. Jangan pura-pura tidak tahu, Ganja adalah tanamam alami terpenting dalam sejarah manusia yang bisa menjadi obat mujarab bagi masyarakat terutama masyarakat yang kurang mampu dan adalah fakta bahwa tanaman tersebut dilarang oleh pemerintah dan dimasukkan ke daftar golongan satu yang dinyatakan tidak memiliki manfaat medis, ini telah membuat masyarakat menjadi bingung, karena bukti menunjukkan manfaat pengobatan yang sangat luas untuk tanaman ini.
Sayangnya, karena pembatasan penelitian oleh pemerintah, sebagian besar literatur ilmiah tentang ganja berasal dari penelitian hewan pengerat dan penelitian kultur berkualitas rendah.
Namun, beberapa percobaan terhadap manusia dalam skala kecil tidak kalah menakjubkan.
Berikut ini adalah daftar panjang penggunaan medis yang paling menjanjikan dari ganja (menurut abjad)..

1. Jerawat
Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2014 menemukan bahwa senyawa ganja yang terisolasi, cannabidiol (CBD) , menunjukkan efek yang dapat menekan peradangan dan produksi minyak yang terkait dengan jerawat.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan sebocytes manusia, yaitu sel kulit khusus yang menghasilkan minyak di kulit.

2. Ketergantungan
Obat-obatan yang berasal dari ganja dan cannabis mungkin berguna dalam pengobatan kecanduan dan sebagai pengganti obat-obatan farmasi yang adiktif.
Ganja tidak hanya memiliki margin risiko yang lebih rendah daripada kebanyakan zat yang pembentuk kebiasaan, namun penelitian hewan menunjukkan bahwa CBD dapat menghambat perilaku pencarian obat pada model kecanduan tikus.

3. Penuaan
Penelitian praklinis yang baru muncul menunjukkan bahwa konsumsi ganja kronis secara berlebihan mungkin memiliki dampak kesehatan negatif pada remaja dan anak-anak yang sehat, ramuan tersebut mungkin lebih bermanfaat bagi individu yang lebih tua.
Penelitian laboratorium awal menunjukkan bahwa sementara ganja dikaitkan dengan melemahkan tulang pada organisme muda, ramuan hal tersebut berkorelasi dengan efek positif pada kesehatan tulang pada organisme yang lebih tua.
Demikian pula, penelitian pada hewan pengerat yang dilakukan oleh Universitas Bonn dan The Hebrew University of Jerusalem telah menemukan bahwa pengobatan dalam dosis rendah dengan senyawa ganja membalikan penuaan di otak.

4. Penyakit Alzheimer
Penelitian yang dipublikasikan secara online di jurnal Aging and Mechanisms of Disease pada bulan Juni 2016 menemukan bahwa senyawa cannabis yang terisolasi, tetrahydrocannabinol (THC) mengurangi peradangan dan adanya plak amyloid pada sel manusia yang diolah di laboratorium.
Plak Amyloid adalah kelebihan deposit protein di otak dan juga merupakan beberapa penanda utama penyakit Alzheimer .
Penelitian sebelumnya telah menemukan kaitan yang sama, menunjukkan bahwa ganja memperbaiki pengangkatan plak amiloid.

5. Anorexia Nervosa
Penelitian formal tentang ganja untuk anoreksia masih sangat kurang.
Namun, bukti awal menunjukkan bahwa sistem endocannabinoid, salah satu jaringan neurotransmitter terbesar di tubuh, tidak seimbang pada orang dengan anoreksia nervosa.
Sistem endocannabinoid adalah target utama senyawa ganja.
Sementara tanaman lain dapat berinteraksi dengan sistem ini , ganja diperkirakan memiliki beberapa efek paling dalam pada kesehatan endokannabinoid.
Dengan demikian, anoreksia nervosa dan gangguan makan lainnya mungkin merupakan beberapa dari banyak penggunaan ganja secara medis.

6. Antibiotik
Penelitian laboratorium MIT pada tahun 2008 menemukan bahwa senyawa ganja yang terisolasi berhasil membunuh MRSA yang dibudidayakan di laboratorium.
Staphylococcus aureus yang resisten Methicillin (MRSA) adalah strain bakteri resisten antibiotik yang menyebabkan infeksi Staph.
Penelitian tersebut menemukan bahwa senyawa ganja membunuh MRSA dengan menggunakan mekanisme yang berbeda dengan antibiotik tradisional.

7. Antijamur
Tanaman ganja terkenal dengan khasiat antijamur dan antimikrobanya.
Penelitian laboratorium awal pada kedua resin ganja dan senyawa ganja yang diisolasi telah menemukan bahwa banyak unsur kimia ramuan mencegah pertumbuhan spesies dari beberapa jamur yang berpotensi patogen.

8. Antiemetik
Ganja sudah terkenal karena kemampuannya untuk meredakan mual dan muntah.
Sementara konsumsi ganja yang berlebihan, kronis, dan berlarut-larut bisa memicu mual pada beberapa orang, sebaliknya terjadi pada dosis yang sesuai.
Penelitian hewan menunjukkan bahwa senyawa ganja mengurangi perilaku mual dan muntah.

9. Rangsangan nafsu makan
Saat ini, pohon ganja telah mengembangkan reputasi yang kuat sebagai stimulator nafsu makan. Namun, fenomena yang biasa dikenal dengan "kudapan" ini bisa bermanfaat dalam setting medis.
Penderita penyakit kronis dan tekanan emosional sering berjuang untuk mempertahankan nafsu makan, yang dapat memiliki dampak negatif pada status gizi secara keseluruhan dan meningkatkan risiko penyakit jangka panjang.
Sementara beberapa komponen aktif ganja dapat menekan nafsu makan , setidaknya dua diketahui memiliki efek sebaliknya.
Kedua cannabinoid ini adalah THC dan produk pemecahannya, cannabinol (CBN). THC adalah senyawa yang bertanggung jawab atas efek memabukkan dari ganja.

10. Amyotrophic lateral sclerosis (ALS)
ALS adalah penyakit neurodegeneratif dengan prognosis buruk. Sayangnya, ada beberapa perawatan untuk penyakit yang berhasil memperpanjang umur penderita gangguan ini.
Penelitian tentang ganja medis untuk ALS terbatas, meskipun ada banyak harapan bahwa ramuan tersebut dapat meningkatkan kualitas hidup dan bahkan memperpanjang umur orang-orang dengan ALS.
Dalam studi pengerat , perawatan dengan senyawa ganja sintetis berhasil memperpanjang umur hewan pengerat dengan model eksperimental ALS.
Penelitian lain telah menunjukkan bahwa sistem endocannabinoid tidak diatur dalam ALS, membuat obat cannabinoid merupakan pendekatan terapeutik yang menjanjikan.

11. Arthritis
Anekdot, arthritis dan nyeri inflamasi adalah dua alasan paling umum mengapa pasien ganja medis mencari ramuan itu.
Penelitian tidak hanya menunjukkan bahwa ganja adalah obat antiinflamasi yang manjur, namun penelitian laboratorium menemukan bahwa THC, psikoaktif utama di pabrik tersebut, tujuh kali lebih kuat daripada aspirin.
Meskipun kanabis memiliki efek samping psikoaktif, efek samping ini dianggap dapat ditoleransi dengan baik dengan waktu.
Aspirin dan obat anti-inflamasi non steroid lainnya juga terkait dengan efek samping yang parah seperti bisul.
Meskipun data tentang konsekuensi fatal dari NSAIDS kurang, penggunaan NSAIDS secara kronis diperkirakanberkontribusi terhadap 16.500 kematian pada tahun 1998.
Ganja, di sisi lain, belum secara meyakinkan dikaitkan dengan satu kematian saja.

12. Asma
Banyak yang merasa heran bahwa ganja dan senyawa ganja telah menunjukkan harapan dalam pengobatan asma.
Penelitian yang dilakukan pada tahun 1970an menemukan bahwa ganja yang dihirup bertindak sebagai bronkodilator, mengurangi peradangan pada saluran udara yang dibatasi, meskipun merokok tidak dianggap sehat untuk paru-paru.
Penelitian ini dikuatkan oleh sebuahstudi tahun 2014 yang menunjukkan bahwa senyawa ganja menghambat kontraksi saluran napas di paru-paru, memberikan ramuan efek bronkodilator.

13. Attention Deficit Disorder (dengan dan tanpa hiperaktif)
Ganja adalah salah satu zat terlarang yang paling banyak dikonsumsi oleh mereka yang memiliki attention deficit disorder (ADD) dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Anekdot, bukan hal yang aneh bagi pasien ganja medis dengan ADD / ADHD untuk mengakui bahwa ramuan tersebut membantu mereka tetap fokus dan tetap hadir.
Penelitian komprehensif tentang obat ganja untuk ADD / ADHD kurang. Namun,bukti awal telah menemukan hubungan antara disregulasi endocannabinoid dan kondisinya.
Penelitian dari tahun 2008, misalnya, telah menemukan variasi genetik gen CNR1, gen yang mempengaruhi ekspresi reseptor cannabinoid, pada pasien ADD / ADHD.

14. Gangguan Spektrum Autisme
Tingkat kelainan spektrum autismemeningkat lebih cepat dari sebelumnya.Namun, tidak banyak yang diketahui tentang kondisi yang terkadang melemahkan ini.
Sudah, segelintir negara mengizinkan otorisasi ganja medis untuk kasus-kasus autisme berat.
Penelitian awal menunjukkan bahwa sistem endocannabinoid tidak diatur dalam autisme, dengan perubahan kunci di daerah yang mengendalikan peradangan dan fungsi kekebalan tubuh.
Beberapa ahli teori telah pergi sejauh untuk berspekulasi bahwa kekurangan endocannabinoid berkontribusi terhadap kelainan tersebut.

15. Gangguan autoimun
Kelainan autoimun adalah bidang utama penelitian untuk obat ganja. Sebagai senyawa anti-inflamasi yang manjur, ganja memiliki kemampuan untuk menekan fungsi kekebalan tubuh.
Ini adalah fitur penting untuk perawatan yang efektif dari gangguan autoimun, menjadikan ini salah satu dari banyak penggunaan ganja secara medis.
Penelitian dari tahun 2014 menemukan bahwa THC dapat mengubah bagian epigenome (spidol yang mengubah cara gen mengekspresikan).
Perubahan ini diperkirakan dapat mengurangi peradangan sistemik, menenangkan sistem kekebalan hiperaktif pada kondisi autoimun.

16. Cachexia
Sudah, obat mirip ganja sintetis tersediauntuk pengobatan gangguan cachexia dan wasting.
Cachexia adalah sindrom wasting yang sering dikaitkan dengan penyakit parah seperti kanker dan AIDS.
Pemborosan ini disebabkan oleh kurangnya kemampuan untuk memproses dan mengkonsumsi zat gizi, yang menyebabkan hilangnya massa otot dan kesulitan dengan fungsi tubuh normal.
Obat ganja dan ganja meningkatkannafsu makan, mengurangi rasa sakit, memudahkan mual dan muntah, dan mengurangi peradangan.
Hal ini memungkinkan pasien untuk masuk dan memproses lebih banyak nutrisi dari makanan, mengurangi gejala malnutrisi dan pemborosan.

17. Kanker
Salah satu aplikasi medis yang paling menjanjikan untuk ramuan obat ini adalah untuk ganja sebagai pengobatankanker .
Sudah, beberapa ribu penelitian praklinis dan hewan ada pada potensi anti kanker dari senyawa ganja.
Sayangnya, bagaimanapun, kurangnya percobaan manusia berarti bahwa potensi anti-tumor ganja belum cukup diuji pada manusia.
Namun, beberapa penelitian awal telah menemukan kesuksesan dengan senyawa ganja yang terisolasi.
Pada tahun 2006, periset Spanyolmelakukan studi percontohan pada sembilan pasien dengan glioblastoma berulang multiforme, bentuk agresif dari kanker otak.
THC disuntikkan ke otak pasien melalui tengkorak. Sementara invasif dan tidak praktis, para periset memang menemukan bahwa psikoaktif memang menghambat pertumbuhan sel tumor.
Pada awal 2017, sebuah studi percontohan fase 2 pada 21 pasien dengan jenis kanker otak yang sama menemukan bahwa obat yang dibuat dari senyawa ganja yang diekstrak dikaitkan dengan harapan hidup yang meningkat.
Mereka yang diberi obat berbasis ganja hidup rata-rata 550 hari, dibandingkan dengan 369 di antaranya yang diberi plasebo.

18. Sakit Kanker
Pasien kanker sering mencari rekomendasi ganja medis untuk alasan yang baik. Senyawa ganja seperti CBD dan THC memiliki rekam jejak yang terbukti meringankan rasa sakit kanker pada percobaan manusia.
Satu percobaan yang diterbitkan dalam Journal of Pain and Symptom Management, misalnya, menemukan bahwa pengobatan dengan THC dan CBD berhasil mengurangi rasa sakit pada pasien manusia di beberapa pusat perawatan.
THC: Campuran CBD ternyata lebih efektif daripada plasebo. Itu juga lebih efektif daripada THC sendiri.

19. Cerebral Palsy
Sayangnya, data ganja sulit untuk cerebral palsy kurang. Namun, kemampuan tanaman untuk memperbaiki gejala pada mereka yang memiliki kondisi serupa menjadikannya sebagai pengobatan yang bermanfaat untuk dijelajahi di CP.
Sebuah survei yang dilakukan pada tahun 2012 di antara pasien dengan cerebral palsy menemukan bahwa ganja medis merupakan bentuk penanganan nyeri yang disukai bagi mereka yang telah mencoba ramuan tersebut.
Selanjutnya, sebuah studi kasus yangdilakukan pada seorang pria dengan CP dan epilepsi menemukan bahwa ganja medis memicu peningkatan yang signifikan dalam keseluruhan gejala, yang mengkonfirmasi bukti anekdotal bahwa tanaman tersebut sangat membantu.

20. Kemoterapi yang diinduksi mual dan muntah
Obat ganja sintetis sudah ada untuk pengobatan kemoterapi yang diinduksi mual dan muntah .
Sifat anti-emetik ganja telah diketahui selama ribuan tahun , dan penelitianilmiah Barat telah menemukan bahwa kemampuan senyawa ganja untuk melawan mual dan muntah telah ditunjukkan dalam uji klinis manusia.

21. Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Masih belum jelas apakah merokok ganja kronis berkontribusi terhadap gangguan paru-paru seperti COPD. Namun, efekanti-inflamasi dan bronkodilator yangkuat dari senyawa ganja harus memimpin startup bio-farm untukmenyelidiki obat-obatan ganja untuk pengobatan emphysema, PPOK, dan penyakit paru-paru lainnya.

22. Cluster Headache
Sebelum pembatasan federal terhadap obat-obatan ganja di seluruh dunia, ramuan itu digunakan sebagai obatuntuk berbagai jenis sakit kepala.
Kini, studi kasus menunjukkan bahwa ganja medis dan obat ganja sintetis mungkin dapat mengurangi rasa sakit dari sakit kepala cluster dalam hitungan menit.
Namun, bagi beberapa pasien, ganja bisa membuat cluster sakit parah. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai kapan ganja bekerja dan bila tidak, meskipun sakit kepala cluster seharusnya tidak diabaikan sebagai salah satu potensi penggunaan ganja secara potensial.

23. Penyakit Crohn
Crohn's Disease dan gangguan gastrointestinal lainnya merupakan bidang minat utama sebagai potensi penggunaan ganja. Pada tahun 2013, sebuah percobaan klinis terkontrol plasebo pada 21 pasien Crohn menemukan bahwa THC yang merokok berhasil meredakan gejala penyakit Crohn.
Dari 11 peserta yang diberi ganja, lima mendapatkan pengampunan lengkap penyakit Crohn mereka. 10 dari 11 pasien menunjukkan respon klinis membaik setelah pengobatan ganja medis.

24. Cystic Fibrosis
Berdasarkan bukti praklinis awal, beberapa ilmuwan percaya bahwa obat ganja harus diselidiki lebih lanjut untukcystic fibrosis .
Defisiensi endokannabino ditemukan pada model pengerat fibrosis kistik.Secara teori, obat cannabinoid mungkin dapat meningkatkan kadar molekul cannabinoid dalam darah dan dengan demikian memperbaiki gejala fibrosis kistik.

25. Diabetes
Tipe kedua dan tipe dua diabetes mungkin responsif terhadap penggunaan ganja secara medis. Anehnya, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwaganja untuk diabetes mungkin jauh lebih menjanjikan daripada yang mungkin diyakini.
Untuk diabetes tipe satu autoimun, senyawa ganja CBD telah terbuktimengurangi peradangan pankreas pada hewan. Pada diabetes tipe 2, tinjauan terhadap bukti ilmiah telah menemukan bahwa konsumen ganja cenderung tidak mengembangkan diabetes.
Dalam studi lain yang melibatkan lebih dari 2.500 peserta, konsumsi ganja dikaitkan dengan lingkar pinggang yang lebih kecil, kadar insulin puasa lebih rendah, dan sensitivitas insulin yang lebih baik pada orang dengan diabetes tipe 2.

26. Depresi
Secara anekdot, ganja terkenal bisa memperbaiki mood. Tapi, apakah depresisalah satu penggunaan medis dari ganja?
Penelitian praklinis menunjukkan bahwa ganja psikoaktif dapat memperbaiki gejala depresi pada dosis rendah sampai sedang sambil mempromosikan apatis dalam dosis tinggi. CBD yang tidak memabukkan, di sisi lain, telah terbuktimemiliki efek antidepresan yang cepat pada model hewan.

27. Eksim
Sebagai kondisi peradangan dan autoimun, ganja topikal bermanfaat untuk dijelajahi sebagai pengobatan untuk peradangan dan gatal yang berhubungan dengan eksim .
Selanjutnya, penelitian yang diterbitkan pada tahun 2005 menemukan bahwa asupan harian minyak rami diet berhasil mengurangi gejala eksim. Penelitian ini melibatkan peserta manusia.

28. Endometriosis
Hubungan antara ganja dan endometriosis adalah hal yang kompleks.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa obat cannabinoid dapat memberikan pereda nyeri pada orang dengan endometriosis.
Yang lain telah menemukan adanya disregulasi pada tingkat endocannabinoid selama fase siklus menstruasi tertentu.
Ketidakseimbangan ini ditemukan pada sampel jaringan yang diambil dari wanita dengan endometriosis. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui bagaimana obat ganja dan ganja mempengaruhi kelainan ini, namun endometriosis mungkin salah satu kemungkinan penggunaan ganja secara medis.

29. Epilepsi
Penelitian tentang epilepsi adalah beberapa yang paling maju terkait penggunaan medis ganja.
Sudah, setidaknya satu perusahaan farmasi telah mempresentasikan data fase 3 yang positif bahwa senyawa cannabis efektif mengurangi kejang pada epilepsi yang sulit diobati.
Kondisi yang diobati dengan obat berbasis ganja yang baru termasuk Dravet Syndrome dan Lennox-Gastaut Syndrome.

30. Fibromyalgia
Dalam sebuah survei oleh National Pain Report , ganja ternyata lebih efektif untuk menghilangkan gejala fibromyalgia daripada obat resep terkemuka.
Peneliti terkemuka juga menyarankanbahwa kekurangan endocannabinoid dapat berperan dalam rasa sakit yang berlebihan yang dialami pasien fibromyalgia.

31. Patah tulang
Penelitian tahun 2015 dari Universitas Tel Aviv menemukan bahwa senyawa ganja CBD dapat membantu memperkuat tulang setelah patah tulang .
Penelitian dilakukan pada model hewan, dan menemukan bahwa tulang yang terpapar CBD setelah fraktur 35 sampai 50 persen lebih kuat setelah penyembuhan daripada tulang pada hewan yang tidak diobati.

32. Gangguan Saluran cerna
Ganja terlibat dengan tubuh melalui reseptor cannabinoid. Reseptor Cannabinoid seperti kunci yang ditemukan di permukaan sel.
Molekul aktif di ganja seperti THC dan CBD terlibat dengan kunci seperti kunci, menghasilkan efek terapeutik.
Mungkin ada banyak penggunaan ganja medis bila menyangkut kesehatan gastrointestinal.
Reseptor Cannabinoid melimpah di seluruh saluran pencernaan, mengendalikan peradangan, respon imun, pencernaan, motilitas, dan sensasi viseral.
Cara senyawa cannabis melibatkan saluran pencernaan memberikan janji herbal dalam makanan dan perawatan medis untuk kondisi seperti penyakit celiac , sindrom iritasi usus besar ,Penyakit Crohn , dan penyakit usus mudah tersinggung lainnya.

33. Glaukoma
Penggunaan ganja untuk glaukoma pertama kali diusulkan pada tahun 1970an ketika para periset menemukanbahwa ramuan asap tersebut berhasil mengurangi tekanan intraokular.
Pada saat itu sejak beberapa penelitianmenunjukkan bahwa senyawa ganja mengurangi peradangan dan bersifat neuroprotektif untuk saraf optik.

34. Trauma Kepala
Percaya atau tidak, pemerintah AS saat ini memegang paten ( 6630507 ) tentang cannabinoids sebagai antioksidan neuroprotective.
Dalam aplikasi paten, mereka menjelaskan bahwa senyawa aktif dalam tanaman ganja mungkin berguna dalam pengobatan banyak penyakit neurologis, termasuk trauma kepala.
Sifat anti-inflamasi ganja mungkin bermanfaat untuk beberapa bentuk trauma kepala yang berbeda, termasukgegar otak , sindrom pasca-gegar otak, dan Chronic Traumatic Encephalopathy (CTE).
Memang, sebuah penelitian yangditerbitkan pada tahun 2014 dari Universitas Tel Aviv menemukan bahwa dosis THC ultra-rendah berhasil mencegah kerusakan yang disebabkan oleh peradangan otak pada tikus.

35. Hepatitis
Penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan hepatitis virus tidak hanya lebih cenderung untuk mematuhi pengobatan jika mereka adalah konsumen ganja, namun penelitian praklinis awal telah menemukan bahwa turunan ganja sintetis menghambat peradangan yang berkontribusi terhadap kerusakan hati dari penyakit ini.

36. HIV / AIDS
Obat cannabinoid sintetis sudah digunakan untuk mengobati cachexia dan pemborosan pada pasien AIDS.
Namun, ada banyak penelitian praklinis yang luar biasa yang menunjukkan bahwa senyawa ganja mungkin memiliki efek positif pada orang dengan HIV / AIDS .
Beberapa penelitian sekarang telah menemukan korelasi positif antara ganja dan peningkatan jumlah fungsi sel T kekebalan tubuh yang berfungsi pada pasien HIV / AIDS.
Studi terbaru , yang diterbitkan pada tahun 2017, menemukan bahwa pasien HIV / AIDS dengan tingkat THC yang positif dalam darah mereka menunjukkan peningkatan tanda kekebalan terhadap rekan-rekan mereka yang tidak mengkonsumsi.

37. Penyakit Huntington
Penyakit Huntington adalah penyakit neurodegeneratif berat lainnya dengan prognosis redup. Beberapa penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa senyawa ganja yang berasal dari tanaman seperti THC dan CBD, antara lain memiliki efek neuroprotektif pada Penyakit Huntington.
Jika efek neuroprotektif ini berlaku pada manusia, obat ganja dan obat ganja mungkin suatu hari bisa digunakan untuk memperlambat perkembangan penyakit ini.

38. Hipertensi
Jika ada kejatuhan besar pada konsumsi ganja yang diketahui sejauh ini, merokok ganja kronis mungkin terkait dengan efek kardiovaskular yang negatif.
Namun, mungkin ada beberapa manfaat vaskular dari ganja yang bisa disingkirkan dengan literatur lebih lanjut.
Sementara senyawa aktif seperti THC dapat meningkatkan denyut jantung pada orang dengan toleransi rendah, ramuan tersebut telah lama diketahui dapat menurunkan tekanan darah secara keseluruhan.
Dalam 2007 tinjauan , peneliti mengusulkan bahwa obat cannabinoid dapat berguna dalam mengurangi tekanan darah pada hipertensi.
Saat ini, penelitian tentang ganja dan hipertensi jauh dari meyakinkan.Faktanya, sebuah studi tahun 2017 dari Georgia State University menemukan bahwa kematian akibat penyakit jantung tampaknya sedikit lebih umum di antara perokok ganja.
Namun, penelitian ini memiliki keterbatasan serius. Studi tersebut mengasumsikan bahwa konsumsi ganja terus berlanjut selama periode 20 tahun, tanpa pengujian penggunaan ganja secara berkala. Sementara penelitian ini melihat keseluruhan BMI, penelitian ini tidak mengevaluasi faktor gaya hidup lainnya seperti diet dan olahraga.

39. Peningkatan Kualitas Hidup
Sementara subyektif, satu manfaat utama ganja medis dan gizi adalah keseluruhan rasa positif dan peningkatan kualitas hidup.
Bagi banyak pasien ganja medis dan konsumen kesehatan, ini berarti mengurangi rasa sakit, memperbaiki tidur, meningkatkan mood, dan kemampuan untuk merasa lebih hadir dengan kehidupan seperti yang terjadi.

40. Cedera
Entah itu patch transdermal pada otot yang tegang, gumpalan topikal, atau penguapan pasca operasi yang menguapkan, cedera bisa menjadi salah satu penggunaan medis ganja yang paling berharga.
Ganja adalah ramuan analgesik, antiseptik, dan antiinflamasi yang terkenal.
Sifat-sifat ini mungkin bermanfaat bagi mereka yang mencari bantuan dari luka ringan dan lecet.

41. Peradangan
Dalam beberapa tahun terakhir, peradangan telah disebut sebagai penyebab utama di balik banyak penyakit modern.
Dari kondisi autoimun sampai depresi hingga autisme, peradangan sistemik merupakan faktor utama.
Seperti yang dibuktikan berkali-kali dalam artikel ini, ganja memiliki sifat anti-inflamasi yang kuat.
Potensi ramuan itu sebagai " obat anti-inflamasi baru " dapat membantu mengurangi risiko penyakit dan memperbaiki status penyakit adalah sejumlah besar kondisi.

42. Insomnia
Tidur adalah salah satu alasan paling umum konsumen menaruh perhatian pada ganja dewasa dan medis.
Sementara penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan secara pasti bagaimana dan mengapa dampak ganja berdampak pada tidur, bukti sejak awal 1973 telah menemukan bahwa ramuan tersebut membantu konsumen manusia tertidur lebih cepat dan berpotensi tertidur lebih lama.
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah ganja menghasilkan tidur yang nyenyak dan berkualitas tinggi.

43. Bantuan Buruh
Topik penggunaan ganja kehamilan adalah topik yang sangat tabu dan kontroversi. Namun, ada banyakbukti arkeologi dan etnobotani yang menunjukkan bahwa ganja digunakan sebagai bantuan tenaga kerja oleh beberapa peradaban kuno.
Tidak ada studi modern yang meneliti obat ganja sebagai pengobatan untuk nyeri persalinan, yang berarti bahwa tidak ada bukti bahwa ganja aman atau berbahaya untuk tujuan ini.
Namun, mengingat sejarah panjang ramuan itu sebagai bantuan tenaga kerja, mungkin bermanfaat untuk mempelajari obat ganja sebagai alternatif potensial untuk prosedur dengan efek samping yang diketahui seperti epidural.
Epidural, yang berasal dari kokain, disertai efek samping seperti hilangnya cairan tulang belakang yang menyebabkan sakit kepala persisten, waktu persalinan yang lama, dan kemungkinan instrumen yang lebih besar yang digunakan selama proses persalinan.
Seperti ganja, obat penghilang rasa sakit epidural bisa memasuki aliran darah bayi sebelum melahirkan.

44. Migrain
Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa ada manfaat medis penggunaan ganja untuk migrain .
Tinktur ganja digunakan sebagai pengobatan migrain dan sakit kepala oleh dokter Barat di abad ke-19.
Sekarang, penelitian manusia kontemporer baru yang dipresentasikan di Kongres Ketiga Pusat Neurologi Eropa telah menemukan bahwa senyawa ganja mungkin sama efektifnya dengan obat farmasi dalam hal bantuan migrain.

44. Sindrom Metabolik
Hubungan antara sindrom ganja dan metabolik masih membingungkan peneliti ganja di seluruh dunia.
Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa konsumen ganja memiliki risiko diabetes dan obesitas yang lebih rendah, yang merupakan faktor risiko utama sindrom metabolik.
Selanjutnya, penelitian praklinis telah menunjukkan bahwa sistem endocannabinoid tampaknya menjadi sasaran yang tepat untuk pengobatan potensial kondisi seperti aterosklerosis dan resistensi insulin.
Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membersihkan apakah konsumsi ganja kronis meningkatkan ketegangan pada jantung, dan juga hubungan herbal dengan stroke.

46. ​​Mood Disorders
Diperlukan lebih banyak penelitian tentang apakah gangguan mood merupakan penggunaan medis ganja yang layak.
Namun, beberapa bukti awalmenunjukkan bahwa penderita ganja yang mengkonsumsi pasien dengan gangguan bipolar menunjukkan perbaikan kognitif pada non-konsumen.
Studi kasus pilih juga mendukung penggunaan ganja untuk memperbaiki gejala gangguan bipolar.
Senyawa seperti CBD dan cannabichromene (CBC) telah ditemukanmemiliki sifat stabilisasi dan antidepresan.
Penting untuk dicatat, bagaimanapun, bahwa dosis tinggi THC telah dikaitkan dengan kecemasan dan depresi yanglebih besar . Konsumsi ganja kronis juga telah ditemukan memperburuk beberapa gejala gangguan mood.

47. Motion Sickness
Penelitian laboratorium menunjukkan bahwa sistem endocannabinoid mungkin berperan dalam pusing dan mual yang terkait dengan mabuk perjalanan.
Dengan demikian, penelitian hewandengan THC yang terisolasi telah menemukan bahwa senyawa ganja mengurangi gejala mabuk perjalanan.

48. Multiple Sclerosis
Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa ganja bermanfaat untuk multiple sclerosis . Sudah, obat resep yang dibuat dengan senyawa ganja yang terisolasi tersedia untuk pasien di banyak negara.Amerika Serikat bukan salah satunya.

49. Spa otot
Beberapa senyawa ganja dikenal sebagaipelemas otot , yang mungkin mengapa begitu banyak konsumen ganja medis mengambil ganja untuk mendapatkan bantuan dari kejang otot dari kondisi seperti multiple sclerosis, dan juga untuk kejang akibat luka lama dan gangguan lainnya.

50. Muscular dystrophy
Sementara beberapa penelitian telah meneliti efek ganja pada pasien dengandistrofi otot , pelemas otot anti-spasmodik, dan sifat pereda nyeri dari ramuan tersebut membuat obat alami yang berharga untuk dipertimbangkan untuk gangguan tersebut.
Penelitian hewan pengerat dini juga menunjukkan bahwa senyawa aktif dalam ganja dapat membantu pengurangan ketegangan otot pada model hewani distrofi otot.

51. Neuropati
Neuropati sering dikaitkan dengan diabetes tipe dua, yang mengakibatkan kerusakan saraf permanen dan nyeri.
Percobaan manusia kecil telah menemukan bahwa senyawa ganja dapat memiliki dampak positif pada neuropati.
Satu percobaan manusia dilakukan pada pasien dengan neuropati diabetik kaki.Dalam penelitian ini, pasien diberi plasebo atau dosis yang bervariasi dari THC yang diuapkan.
Studi tersebut menemukan respons tergantung dosis terhadap ganja yang menguap, mereka yang mengkonsumsi THC dalam jumlah yang lebih tinggi merasa paling lega.
Yang lain menunjukkan efek positif dari ganja inhalasi pada neuropati sensorik pada pasien HIV / AIDS.

52. Antioksidan Neuroprotektif
Sekarang sudah mapan dalam literatur praklinis bahwa senyawa ganja adalah antioksidan neuroprotective.
Kualitas neuroprotektif dari ramuan ini memberi banyak kegunaan medis, terutama yang berkaitan dengan sistem saraf dan gangguan otak.

53. Kegagalan Nonorganik untuk Bertumbuh
Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ester Fride telah menemukan bahwa molekul endocannabinoid tubuh sendiri merangsang menyusui pada organisme yang baru lahir.
Fride menunjukkan bahwa ada bukti bahwa obat cannabinoid dapat membantu bayi dengan kegagalan nonorganik untuk berkembang, yang tidak memberi makan dan tidak memiliki masalah medis lain yang dapat diamati.

54. Obesitas
Studi yang muncul menunjukkan bahwa ada banyak janji untuk ganja di daerah obesitas. Tidak hanya konsumen ganja yang terkait dengan lingkar pinggang yang lebih rendah dan BMI yang lebih kecil, namun bukti pengemis barumenunjukkan bahwa THC menyebabkan perubahan positif pada mikrobiom usus pada tikus obesitas.

55. Obsesif Kompulsif Disorder
Ganja dan senyawa ganja memiliki banyak efek menarik pada suasana hati, pemikiran, dan perilaku. Penelitian tikus di bidang gangguan obsesif-kompulsif memberi, lebih banyak lagi, memberi bahan bakar pada argumen bahwa senyawa cannabis dapat secara positif mengubah perilaku sosial dan pemikiran yang tidak teratur.
Sebuah studi yang diterbitkan di Psychopharmacology menemukan bahwa senyawa ganja seperti CBD berhasil mengurangi perilaku obsesif-kompulsif pada model hewan pengerat.
Cannabinoid mengurangi perilaku obsesif dengan cara yang bergantung pada waktu.

56. Osteoporosis
Ternyata, senyawa ganja seperti CBD berdampak positif pada kesehatan tulang pada orang dewasa yang menua.
The kemampuan fraktur penyembuhandari CBD yang disebutkan di atas mungkin akan sangat membantu bagi mereka dengan osteoporosis, yang mengalami patah tulang sering dan istirahat.
Bukti tambahan menunjukkan bahwa senyawa ganja dapat membantu memperkuat tulang untuk orang tua, namun mungkin membuat konsumen muda lebih rentan terhadap kelemahan tulang.

57. Sakit
Pada saat ini, sifat analgesik ganja cukup terkenal. Efeknya dianggap sangat berguna untuk rasa sakit kronis , yang bisa sangat sulit diobati.
Survei telah menemukan bahwa ramuan tersebut adalah pilihan yang lebih disukai di antara pasien dengan otorisasi ganja medis, yang memilih ramuan obat pereda rasa sakit resep dengan efek samping yang lebih parah.
Sudah saatnya profesional medis dan pembuat kebijakan menganggap ganja sebagai alternatif yang lebih aman untuk opioid.

58. Penyakit Parkinson
Sebagai gangguan neurodegeneratif lainnya, efek antioksidan dari ganja diharapkan bermanfaat untuk mengurangi gejala.
Sudah, sebuah survei di tahun 1990 di Ceko yang melibatkan para penderitaganja medis yang mengkonsumsi pasien Parkinson menemukan bahwa separuh dari mereka yang mengkonsumsi ramuan itu pernah merasakan perbaikan gejala.
Mereka yang mengonsumsi ganja lebih dari tiga bulan merasakan peningkatan terbesar.

59. Alternatif farmasi
Sayangnya bagi banyak perusahaan biofarmasi besar, ganja sering dipandang oleh pasien sebagai pengganti obat-obatan konvensional yang memiliki risiko tinggi terkena efek samping yang tidak diinginkan.
Sudah, resep untuk obat penghilang rasa sakit opioid turun di negara bagian dengan undang-undang ganja medis.
Survei tambahan menunjukkan bahwa ganja juga disukai karena antidepresan, obat antianxiety, dan obat-obatan kasar lainnya yang diresepkan untuk orang-orang dengan penyakit yang melemahkan.

60. Gangguan stres pascatrauma
Sekeras mungkin, penelitian hewan pengerat baru menunjukkan bahwa CBD dapat membantu pasien dengan stres pasca-trauma dan gangguan kecemasan mengatasi ketakutan belajar.
Studi telah menunjukkan bahwa sistem endocannabinoid tampak tidak diatur diPTSD , menunjukkan bahwa obat berbasis ganja dapat membantu kondisi tersebut.

61. Sindrom pramenstruasi (PMS)
Ganja telah digunakan sebagai bantuan kesehatan wanita selama ribuan tahun.Relaksasi anti-inflamasi, otot, dan sifat penguat mood membuat ramuan obat alami yang menjanjikan untuk sindrom pramenstruasi dan mungkin gangguan menstruasi lainnya.

62. Psoriasis
Psoriasis mungkin merupakan penggunaan medis lain dari ganja.Psoriasis adalah penyakit autoimun inflamasi yang mempengaruhi kulit.
Efek anti-inflamasi dan imunosupresif ramuan ini diharapkan dapat mengurangi gejala psoriasis bila dioleskan secara topikal atau saat dikonsumsi.

63. Skizofrenia
Banyak yang mungkin terkejut saat mengetahui bahwa pengobatan skizofrenia bisa menjadi salah satu dari banyak penggunaan ganja secara medis.
Sudah, percobaan terkontrol plasebopada pasien dengan skizofrenia resisten pengobatan menemukan bahwa CBD secara signifikan meningkatkan gejala positif dan negatif dari gangguan ini.

64. Disfungsi seksual
Mereka yang mengalami rasa sakit yang tidak diinginkan selama aktivitas seksual yang disengaja dapat menikmati salah satu dari beberapa pelumas dan lotion yang diami ganja yang sekarang tersedia di banyak negara ganja yang menggunakan obat-obatan dan orang dewasa.
Sebuah tinjauan 2017 menempatkan ramuan aphrodisiac reputasi untuk tes.Studi tersebut meninjau berbagai survei konsumen ganja yang dilakukan selama periode waktu yang berbeda.
Kajian tersebut mengartikulasikan bahwa banyak konsumen menemukan bahwa tanaman tersebut meningkatkan kenikmatan seksual mereka.

65. Sleep Apnea
Studi praklinis awal menunjukkan bahwa THC dapat membantu menstabilkan pernapasan pada mereka yang berjuang dengan sleep apnea.
Penelitian tambahan menunjukkan bahwa versi sintetis psikoaktif dengan aman mengurangi keparahan apnea tidur pada 17 pasien. Semua di antaranya mendapat manfaat positif dari perawatan THC.

66. Cedera Spinal Cord
Dalam percobaan klinis kecil yangdilakukan pada tahun 2014, pasien dengan penyakit sumsum tulang belakang menghirup ganja yang menguap yang mengandung THC.
Secara keseluruhan, para peneliti menemukan bahwa ganja dikaitkan dengan penurunan skor nyeri secara statistik.

67. Stres
Seiring dengan rasa sakit dan insomnia,manajemen stres adalah salah satu penggunaan ganja yang paling umum.
Dalam percobaan manusia kecil , peneliti menemukan bahwa rendah sampai sedang THC mengurangi persepsi stres dalam situasi wawancara pekerjaan tiruan.
Namun dosis tinggi psikoaktif dikaitkan dengan kecemasan yang lebih dalam situasi yang sama.

68. Stroke
Hubungan antara ganja dan stroke adalah hal yang rumit.
Sementara dampak ganja pada pencegahan stroke untuk diperdebatkan,penelitian hewan menunjukkan bahwa senyawa cannabis dapat memperbaiki pemulihan dari stroke setelah terjadi.
Anda bisa berterima kasih pada antioksidan neuroprotective pada ganja untuk fenomena ini.

69. Tourette Syndrome
Selama beberapa tahun terakhir, beberapa penelitian telah menyebutkan bukti bahwa senyawa cannabis seperti THC berhasil mengurangi tica pada pasien Tourette.
THC telah ditemukan untuk mengurangi gejala Tourette tanpa menyebabkan penurunan kognitif yang nyata atau efek samping negatif pada percobaan manusia kecil.

70. Terapi Ajudan
Penggunaan ganja medis lain yang bersifat subjektif adalah pembantu terapi.
Sudah, efek anxiolytic dan behavior-modifying yang manjur dari ramuan ini dianggap bermanfaat bagi mereka yang memiliki gangguan kecemasan, PTSD, dan mungkin gangguan obsesif-kompulsif.
Kemampuan CBD untuk membantu konsumen mendekati topik yang sulit dalam suasana hati yang menyenangkan dan berpotensi membantu mengurangi ketakutan belajar mungkin merupakan alat yang berguna dalam meningkatkan hasil psikoterapi.

71. Cedera Otak Trauma (TBI)
Berkat efek neuroprotektif ramuan itu, ada banyak janji untuk ganja untuk cedera otak traumatis (TBI).
Percaya atau tidak, pengobatan CBD dosis rendah untuk atlet diharapkandapat bertindak sebagai terapi pencegahan untuk mengurangi kerusakan akibat peradangan jika terjadi trauma kepala parah.
Penelitian tambahan telah menemukan bahwa pemberian THC tepat setelah cedera otak traumatis dapat menghentikan kerusakan, yang berpotensi menyelamatkan nyawa.