Test Footer 2

Kamis, 01 Oktober 2015

Neo-Liberalisme Dan Sosialisme Baru

Alvaro Garcia Linera
Kata Pengantar - W. T. Whitney Jr
Sejak keruntuhan Blok Soviet, beredar pertanyaan-pertanyaan baru tentang sifat dan evolusi sosialisme. Terpilihnya Hugo Chavez menjadi presiden Venezuela pada 1998 mengangkat istilah "sosialisme abad-21" di Amerika Latin.
Pidato luar biasa yang diberikan pada 29 Oktober oleh Wapres Bolivia Alvaro Garcia Linera menunjukan bahwa bukan saja sosialisme memiliki masa depan, tapi bahwa ide-ide baru tentang identitas kelas pekerja memberikan wajah baru pada versi sosialisme Amerika Latin. Dan Garcia meyakini bahwa "Amerika Kita" - Amerika di selatan Rio Grande sebagaimana digagas oleh Jose Marti - kini adalah panggung utama dunia bagi perubahan revolusioner.
Garcia yang berusia 44 tahun, wapres dalam pemerintahan penduduk asli pertama di Bolivia, memiliki pengetahuan yang cukup untuk analisis seperti itu. Ia bergabung dengan kampanye solidaritas Amerika Tengah ketika berkuliah di Kota Mexico 1980-85. Di Bolivia, ia bekerja bersama penambang timah yang bergabung dengan gerakan tani penduduk asli untuk membentuk Tentara Gerilya Tupac Katari pada 1990. Didakwa melakukan pemberontakan bersenjata, ia dan pimpinan lainnya dipenjara dari 1992-1997. Judul-judul bukunya menjadi saksi dari minat politiknya; Kritik terhadap Nasion (1989), Re-proletarisasi (1999), Kondisi pekerja (2001), dan Negara Multinasional (2005). Sebelum menjadi Wakil Presiden pada Januari 2006, ia mengartikulasikan perjuangan kaum pekerja, tani dan gerakan penduduk asli Bolivia dalam artikel dan radio dan televisi.
Dalam wawancara pada bulan April 2006, Garcia mengaku mengonsentrasikan dirinya dalam melibatkan peran rakyat penduduk asli ke dalam pembangunan nasional. Jauh sebelumnya ia "memulai obsesi untuk menemukan benang merah yang mengarahkan Marxisme ke tema penduduk asli, meyakini bahwa Marxisme bisa jadi mampu menyertakan ... potensi tuntutan nasional dan etnis dari rakyat penduduk asli." Ia mengemukakan bahwa "Rakyat Indian menunjukkan diri mereka sebagai subyek politik otonom yang mengusung suatu nasionalisme ekspansif, suatu bangsa "dengan kesatuan dalam keberagaman"
Upaya Garcia menerapkan Marxisme ke dalam kenyataan Amerika Latin tidaklah baru. Teoretikus dan pengorganisir Jose Carlos Mariategui mendirikan Partai Komunis Peru pada 1924. Ia terkenal sebagai pengadaptasi konsep-konsep yang diambil dari kelas pekerja industrial perkotaan ke Peru yang masih berada dalam feodalisme berupa tanah-tanah luas yang dimiliki oleh mereka yang disebut sebagai pengkoloni. "Penyebaran ide-ide sosialis di Peru," catat Mariategui "menyebabkan gerakan dengan komitmen penduduk asli yang kuat. Generasi Peru yang baru ... memahami bahwa kemajuan di Peru adalah fiktif [bila] ia tidak menangani kesejahteraan massa rakyat Peru yang empat-perlimanya adalah penduduk asli dan petani." Ia menemukan "sisa-sisa komunitas yang bertahan dan elemen praktek-praktek sosialisme dalam kehidupan dan pertanian penduduk asli." Mariategui mempelopori proses penyelidikan dan aksi yang ditelusuri oleh Garcia.
Diwawancara oleh BBC pada 23 Desember, Noam Chomsky menegaskan bahwa "terpilihnya Morales mencerminkan hadirnya seruan untuk suatu "bangsa penduduk asli" dalam percaturan politik di benua itu. Rakyat penduduk asli, jelasnya, "mewakili ancaman serius terhadap rencana Washington untuk meraih akses sumber daya alam di Hemisfer Barat."
Maka Alvaro Garcia Linera adalah orang yang tepat untuk menganalisa kontestasi antara tuntutan kekuasaan penduduk asli dan rintangan-rintangan yang dihadirkan oleh kapitalisme transnasional. Sebagai seorang sosialis, ia cukup pantas memimpin diskusi tentang "sosialisme baru," terutama dengan semakin terwujudnya hal itu di selatan dunia. Pada masanya, prioritas-prioritas Marx, Engels, dan Lenin lebih dekat dengan kenyataan di wilayahnya.
Segelintir kalangan kiri-jauh di Bolivia menuduh Garcia dan pemerintahan Morales sebagai pengusung reformisme dan kebijakan setengah-setengah. Mereka mengacu pada upaya Garcia pada Desember 2006 untuk berkompromi dengan kekuatan oposisi separatis di Bolivia Timur yang mewakili kepentingan pemilik tanah dan pengusaha kaya. Pendekatan Garcia yang dimanifestasikan dalam pidato di bawah mendapat kritikan karena dianggap "memungkinkan kaum kontra-revolusi mendapat oxigen, mengembalikan kekuatannya, dan terus mendestabilisasi administrasi penduduk asli." (Cesar Zelada, rebelion.org)
Pidato Garcia diberikan saat acara penutupan Pertemuan Pertama Rakyat dan Negara-negara untuk Pembebasan Patria Grande yang dilangsungkan di Sucre, dan yang, menurut para pengamat, merupakan pertemuan gerakan sosial dan kepala negara Amerika Latin yang berskala historis.
Alvaro Garcia Linera
Wakil Presiden Republik Bolivia
(diterjemahkan ke dalam bhs Inggris oleh W. T. Whitney Jr.)
Companeros dan Companeras: Ijinkan saya memberikan salam yang terhangat dan penuh persaudaraan dari presiden kita Evo Morales. Ia mengikuti pertemuan kontinental ini tiap langkah demi langkahnya, mengikuti diskusi-diskusinya dengan penuh perhatian. Karena pekerjaan yang rumit - penundaan negosiasi tentang petroleum dan mineral - ia tak dapat berada di sini bersama Anda. Ia menyampaikan salam terimakasih, persaudaraan dan persahabatan kepada Anda semua.
Ijinkan saya membahas tiga hal dengan Anda: bagaimana menjauhkan diri kita dari neo-liberalisme, bagaimana hubungan negara dengan gerakan sosial, dan sosialisme.
1. Empat pilar neo-liberalisme
Dalam lima - tujuh tahun belakangan ini, rakyat-rakyat di benua ini, rakyat yang mulia, rakyat pekerja, rakyat tertindas telah perlahan-lahan mulai menginisiatifkan proses mobilisasi, perjuangan, dan konfrontasi melawan apa yang kita sebut neo-liberalisme. Rakyat Amerika Latin tak diragukan lagi merupakan pelopor dalam perjuangan melawan neo-liberalisme yang telah terwujud dan mengakar di seluruh dunia selama 25 tahun terakhir.
Menggunakan kata-kata Marx, kita dapat mengatakan bahwa hantu anti-neo-liberalisme atau paska-neo-liberalisme sedang menggentayangi benua ini, dari Oaxaca di Mexico, hingga Venezuela, Ekuador, Brasil, Bolivia, dsb, hingga Tierra del Fuego di Cili. Benua ini menjadi pelopor dalam refleksi dan mobilisasi skala planet dalam merespon neo-liberalisme dan dampak-dampaknya. Untuk menelaah hal ini, untuk memahami mengapa kita melawan, kita perlu mengingatkan diri kita tentang 3-4 hal tentang apa neo-liberalisme itu.
Pertama-tama, neo-liberalisme menandakan proses fragmentasi - disintegrasi struktural - terhadap jaringan dukungan, solidaritas, dan mobilisasi kerakyatan. Di penjuru dunia, terutama di Eropa, Amerika Latin, dan Asia neo-liberalisme berkembang dari penghancuran, fragmentasi, dan disintegrasi terhadap gerakan pekerja yang lama, gerakan tani yang lama, dan mobilisasi perkotaan yang berkembang di tahun lima-puluhan dan delapan-puluhan.
Fragmentasi masyarakat dan penghancuran jaringan solidaritas maupun ikatan-ikatan kohesif telah memicu konsolidasi neo-liberalisme.
Kedua, neoliberalisme telah terbentuk, termajukan, dan menerapkan dirinya di dunia melalui privatisasi, yakni pengambil-alihan swasta terhadap kekayaan kolektif dan kepemilikan publik, termasuk simpanan publik, tanah, mineral, hutan, dana pensiun. Neo-liberalisme berkembangan melalui privatisasi sumber-sumber daya tersebut.
Ketiga, masuknya neo-liberalisme disertai dengan penyusutan dan deformasi negara, terutama aspek negara yang baik-buruknya berhubungan dengan konsep kolektif atau ide-ide kesejahteraan. Neo-liberalisme bertujuan menghancurkan pengertian negara sebagai kolektif atau penjamin kesejahteraan, demi menerapkan tipe ideologi korporat yang menyerukan pengambil-alihan dan penjarahan kekayaan kolektif yang diakumulasikan berkali-kali oleh dua, tiga, empat, atau lima generasi.
Keempat, penerapan neo-liberalisme menyebabkan pembatasan partisipasi politik rakyat; demokrasi diritualkan menjadi pemungutan suara setiap empat tahun. Warga pemilih tidak lagi turut serta dalam penentuan keputusan. Segelintir kecil lingkaran elit politik mengutus dirinya sendiri untuk mewakili rakyat. Inilah empat pilar neoliberalisme - fragmentasi terhadap sektor-sektor pekerja dan organisasi pekerja, privatisasi sumber daya publik, memudarnya peran negara, dan rintangan-rintangan terhadap pengambilan keputusan oleh rakyat.
Bagaimana merubuhkan empat pilar neo-liberalisme - apa yang akan menggantikannya
Bila terdapat empat hal, empat pilar neo-liberalisme yang telah menciptakan kemiskinan yang sangat, ketersingkiran dan kemalangan di negeri ini, maka jelaslah kita harus menyingkirkannya. Kita harus menggantikannya dengan struktur lain, mekanisme lain, yang mana masyarakat, bangsa, dan rakyat pekerja miskin dapat meraih kembali hak mereka untuk menentukan nasibnya sendiri.
Bolivia mencontohkan berlangsungnya fragmentasi sosial. Tapi kita juga dapat melihat Mexico, Ekuador, dan Argentina. Cara terbaik melawan neo-liberalisme adalah melalui konsolidasi gerakan-gerakan sosial. Ini melibatkan jaringan kerakyatan dan organisasi-organisasi otonom yang dibentuk oleh laki-laki, perempuan, pemuda, pekerja, petani, profesional, mahasiswa, dan rakyat penduduk asli. Pengorganisiran, yakni pembangunan kembali masyarakat sipil, kerakyatan, tani, dan penduduk asli merupakan pilar pertama kita untuk meruntuhkan resimen neo-liberal. Ini berarti mengorganisir sektor-sektor yang paling terpukul selama 25 tahun terakhir, kelas pekerja, pekerja perempuan, penduduk asli, petani, dan sektor-sektor pemuda, semuanya, terfragmentasi, terlemahkan, dan terpinggirkan, hak-hak mereka diinjak-injak. Tugas saat ini adalah menggunakan metode organisasi pekerja yang baru yang sejalan dengan tipe kerja yang ada saat ini, yakni produksi yang terfragmentasi, kerja yang tidak lagi terkonsentrasi dalam pusat-pusat produksi besar, organisasi yang juga terdiri dari petani dan penduduk asli yang mempertahankan hak-haknya untuk merebut kembali lahan mereka. Para pemuda perlu dimobilisasi untuk memperjuangkan kewarganegaraan yang sesungguhnya, sehingga mereka tidak lagi menjadi orang-orang yang diasingkan di Eropa atau Amerika Utara. Kerja-kerja ini - pembangunan dari bawah, dari basis - adalah tugas besar pertama yang harus kita jalankan untuk merubuhkan resimen neo-liberal. Kita telah melangkah menyusuri garis-garis ini di Bolivia, dan kita cukup bergembira. Kita memandang dunia secara langsung dan penuh hormat sembari menawarkan segudang pengalaman dalam membangun kembali ikatan-ikatan sosial - kini lebih banyak dilakukan di tempat tinggal rakyat, bukan lagi tempat kerja - seputar isu-isu yang cukup spesifik seperti air, tanah, migas. Inilah pokok-pokok dasar persatuan yang esensial dalam mereformasi jaringan-jaringan kelompok kerakyatan, pekerja, petani, dan penduduk asli yang telah dilucuti selama 25 tahun terakhir.
Kedua, perjuangan melawan neo-liberalisme menyuratkan kembalinya sosialisasi kekayaan kolektif, mengembalikannya kepada pemilik sesungguhnya segala sesuatu yang telah diprivatisasi selama dekade-dekade sebelumnya oleh segelintir kumpulan keluarga. Dan ini berarti mengembalikan sumber daya alam, migas, air, tanah, dan hutan. Hanya melalui pengambil-alihan sosial kekayaan bersama kita semua maka kita dapat merubuhkan inti neo-liberal. Pengalaman di penjuru benua dan di Bolivia khususnya mengindikasikan ini sebagai jalan di mana rakyat akan mempertahankan diri mereka sendiri. Rakyat di basis telah berpikir dan merenung secara independen, secara langsung. Di sini di Bolivia, mobilisasi didasarkan untuk mempertahankan daun koka, mempertahankan air, tanah, dan gas dan minyak. Inilah poros-poros tempat masyarakat mengembalikan kepercayaan dirinya dan kapasitasnya untuk mobilisasi, mengembangkan kepemimpinan, dan membangun jaringan untuk menyatukan perkotaan dan pedesaan. Berkat itu kini kita dapat mengatakan bahwa Bolivia memiliki pemerintahan yang terdiri dari gerakan sosial.
Mekanisme ketiga dalam perjuangan melawan neo-liberalisme berhubungan dengan pemberdayaan negara. Kenapa negara? Kenapa penting membangun negara saat ini? Situasi konteks internasional yang merugikan dan pengambil-alihan negara berjalan berdampingan, terutama ketika melibatkan rejim-rejim politik yang tak menghormati perbatasan nasional, atau perusahaan asing yang memiliki kekuasaan politik dan ekonomi melebihi dua, tiga, atau empat negara sekaligus. Tujuan pengkonsolidasian negara dengan kekuatan ekonomi, budaya, dan politik adalah untuk memberikan tameng pelindung bagi gerakan sosial, pertahanan internasional untuk pertumbuhan perjuangan sosial. Ya, perkuat negara, tapi tidak dalam pengertian negara kapitalisme lama, yang merupakan jalan untuk privatisasi sumber daya publik. Yang harus diperkuat adalah negara yang tersubordinasi, yang selalu dikontrol dan dirasuki oleh tuntutan, aktivitas dan perlawanan gerakan sosial, yang keberadaannya adalah untuk menjaga agar negara tidak dijadikan alasan oleh pengusaha baru dan penjarah baru.
Dan sifat keempat dari perjuangan melawan neoliberalisme adalah hadirnya dan berkembangnya demokrasi melalui cara-cara yang meletakkan nasib pribadi ke dalam tangan orang itu sendiri. Demokrasi bukan sekedar memberikan suara tiap empat tahun sekali. Melainkan memiliki kapasitas untuk berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam negeri, dari persoalan investasi kotapraja hingga menentukan apakah kontrak petroleum perlu ditandatangani atau tidak. Dan di Amerika Latin kita memiliki banyak pengalaman tentang demokrasi di basis, dengan komunitas penduduk asli, warga perkotaan, pemukiman pekerja, dan kelompok pengangguran. Banyak terdapat benih-benih demokrasi sejati, demokrasi langsung, demokrasi komunitas, demokrasi partisipatoris. Inilah situasi yang dibutuhkan untuk perkembangan, inisiatif, usulan dan perwujudan hak-hak. Rakyat harus memperjuangkan hak-haknya agar hak-hak yang dijamin oleh hukum dan negara bisa mendapatkan legitimasinya.
Jadi perjuangan menentang neo-liberalisme ini didasarkan pada empat fundamental: berbagai bentuk ekspresi demokratik (berbasiskan-komunitas, berbasiskan-teritorial, langsung, dan partisipatoris), pengembalian kekayaan kolektif masyarakat oleh mereka sendiri, penguatan negara - yang disubordinasikan pada masyarakat - demi perlindungan internasional, dan terakhir, penyatuan gerakan sosial. Bergabungnya pedesaan dan perkotaan, begitu juga rakyat penduduk asli dan petani, pekerja muda dan tua, pengangguran dan gelandangan, mereka yang tak memiliki lahan dan tak berpunya.
Amerika Latin - pelopor pembangunan, diskusi, dan pengorganisiran masyarakat paska-neo-liberal.
Setelah mempertimbangkan empat hal tadi, saya tidak sedikit pun meragukan bahwa konsolidasi dari apa pun itu yang akan menyudahi neo-liberalisme, atau menggantikannya, akan berlangsung dan berawal di benua ini, dan dari sini meluas ke benua lainnya, bila kita memiliki kekuatan dan kapasitas. Semoga rakyat Amerika Latin akan terus menjadi pelopor pembangunan, diskusi dan pengorganisiran masyarakat paska-neo-liberal.
2. Dialektika antara negara dan gerakan sosial.
Tapi di sini timbul sebuah pertanyaan yang tersirat dari nama pertemuan ini: bagaimana negara dan gerakan sosial saling berhubungan? Sekilas mereka tampak memiliki makna yang bertolak belakang. Pemikiran tentang negara menyiratkan konsentrasi pengambilan keputusan; negara memiliki monopoli dalam wilayah tersebut. Istilah gerakan sosial menandakan penyebaran pengambilan keputusan, sosialisasi dari proses tersebut. Ini adalah pertentangan yang harus kita tangani, dan ini membutuhkan latihan praktek. Negara sebagai sentralisasi, gerakan sebagai sosialisasi: ini adalah pertentangan yang permanen.
Dan saya menggambarkan pengalaman pemerintahan kita sendiri, yakni pertentangan antara mandat dari gerakan sosial - seperti contohnya dalam menunjuk seseorang ke dalam birokrasi negara atau mengelaborasikan suatu undang-undang - dan, di pihak lain, keputusan yang akan diterapkan ke kekuatan oposisi di masyarakat. Ini adalah diskusi lama yang telah berlangsung sejak Komune Paris, dihadapi pula oleh soviet-soviet pada masa Lenin, Dewan-dewan Hungaria di Eropa. Di sini di Bolivia terdapat pengalaman panjang dari Catavi, dari tahun "52", dan terulang lagi saat ini. Bagaimana membangun suatu negara yang dikelola dan dipimpin oleh gerakan sosial - hal ini tampak bertolak belakang. Tapi tidak. Mungkin pertentangan-pertentangan ini lah, antara sosialisasi dan konsentrasi, antara demokratisasi pengambilan keputusan dan monopoli, yang akan harus dilalui oleh revolusi-revolusi di abad ke-21.
Gerakan sosial di sini memikul tanggung jawab yang penting. Dalam menyelesaikan pertentangan ini, kita di Amerika Latin mungkin akan mampu menghasilkan dan mengajukan usulan kepada gerakan-gerakan sosial lainnya di dunia.
Hingga tahun 2003, diskusi yang ada adalah tentang gerakan sosial yang terpisah dari negara. Atau, sebagaimana dikatakan oleh kiri lama, negara harus berada di bawah kendali satu partai yang terpisah dari gerakan sosial. Abad 21 tampaknya berjalan pada rute yang lain, yang diambil dari pengalaman kita sebagai rakyat Amerika Latin, tentang pertentangan permanen dan dialektika yang terus-menerus antara negara dan gerakan sosial, antara sosialisasi dan konsentrasi. Di sini gerakan sosial menjawab tantangan untuk mencapai kepemimpinan sosial. Karena tidaklah cukup menjadi bagian dari negara dan mengambil keputusan. Agar keputusan-keputusan tersebut mendapat legitimasi, Anda harus bergantung pada dukungan sektor-sektor lain di masyarakat, tidak sekedar dari gerakan sosial, pekerja dan rakyat penduduk asli. Dan di Bolivia, tantangan bagi gerakan penduduk asli kita adalah untuk mampu menarik, merangkul, dan memenangkan kelas-kelas menengah yang tak terorganisir, bagaimana merangkul sektor-sektor profesional yang tidak termobilisasi, bahkan bagaimana memenangkan dukungan 90% dari masyarakat. Bila kita mampu melakukan itu, Companera Silvia, keberhasilan akan terjamin, karena bukan saja akan tercipta pemerintahan gerakan sosial tapi juga akan hadir Negara gerakan sosial yang mampu mengartikulasikan dan menyatukan tanah air dalam keseluruhannya, masyarakat dalam keseluruhannya. (Garcia mengacu pada Silvia Lazarte, Presiden Majelis Konstituante)
Setelah Neo-Liberalisme - Sosialisme abad ke-21
Satu pertanyaan masih belum terjawab; apa yang akan muncul setelah perjuangan melawan neo-liberalisme; apa hubungan paska-neo-liberalisme dengan sosialisme? Apakah paska neo-liberalisme pasti menyebabkan sejenis sosialisme? Ini diskusi lain, di antara gerakan sosial, intelektual, dan pimpinan - dan juga diskusi yang berlangsung dalam pemerintahan kita.
Jelaslah bahwa sosialisme, dalam pengertian masyarakat yang memakmurkan seluruh warganya, di mana rakyat mengembalikan kendalinya atas pengambilan keputusan berbasiskan komunitas dalam bidang ekonomi, budaya dan politik - ini tidak dibangun dalam setahun, atau sepuluh tahun, atau bahkan 50. Sosialisme pun bukan sesuatu yang didirikan lewat suatu keputusan. Ia adalah bagian dari perjuangan melawan neo-liberalisme. Kita kaum revolusioner harus mentransformasi tendensi menjadi praktek dan perbuatan, bukan sekedar di atas kertas. Dalam masyarakat kita, kita harus memperkuat kapasitas pengorganisiran komunitas-komunitas penduduk asli. Mereka terkepung, terfragmentasi, dan ditindas oleh kolonialisme, tapi secara internal mereka memiliki potensi untuk mengelola kekayaan, produksi, penggunaan lahan, air, keahlian, dan material-material untuk komunitasnya. Kaum revolusioner berkewajiban melancarkan perjuangan melawan neo-liberalisme dengan gerakan menuju sosialisme yang secara fundamental berdasarkan pada pengambil-alihan kembali kekayaan kita secara kolektif dan sosial. Gerakan ini menyatu dalam komunitas-komunitas penduduk asli kita di Mexico, Ekuador, Guatemala, Cili, Peru, dan Bolivia. Kita harus membangkitkannya, mendorongnya, dan memperluasnya menjadi suatu proposisi yang menjangkau jauh melampaui neo-liberalisme semata.
Gerakan pekerja dan tani penduduk asli yang baru dapat membangkitkan potensi bagi sosialisme abad 21 yang sejati di benua ini.
Terdapat dua hal yang perlu dipertimbangkan. Gerakan pekerja lama yang berdasarkan pada pengorganisiran serikat buruh di perusahaan-perusahaan besar, kini telah hilang, tapi kelas pekerja belum hilang. Kini lebih banyak terdapat pekerja baru dibanding sebelumnya, tapi kebanyakan dari mereka adalah pemuda dan perempuan, hak-hak mereka telah hilang; mereka tak terorganisir, tak berasosiasi, terfragmentasi, dan tersebar pada tempat-tempat kerja yang kecil. Dengan menemukan diskursus baru, kaum revolusioner harus mere-artikulasikan suatu gerakan pekerja baru yang terdiri dari perempuan dan pemuda yang memiliki perspektif lain. Mereka harus dikelompokkan menurut daerah-daerah pemukiman, kecamatan/kelurahan, dan pekerjaan, tidak lagi menurut tempat kerja. Di sini ada lima pekerja, di sana sepuluh, 20 di sana, 30 di sana. Mereka bukan komunitas yang erat. Kita harus menggunakan metode-metode untuk memberdayakan gerakan pekerja yang kuat dalam skala benua. Tampaknya di benua Amerika Latin, persatuan gerakan tani-penduduk asli bersama dengan gerakan pekerja baru bisa membangkitkan potensi sosial bagi sosialisme abad 21.
Sosialisme Abad 21 sebagai struktur berskala planet
Maka, companeros dan companeras, ada banyak yang harus dilakukan. Kita menjalankan tugas-tugas ini di negeri kita sendiri, kecamatan, serikat buruh, atau universitas. Tapi perjuangan satu orang saja tidak cukup. Satu kecamatan, satu wilayah, satu provinsi, satu negara, atau satu negeri yang berjuang juga tidak cukup. Itu karena neo-liberalisme, dan lebih lagi kapitalisme, adalah konstruksi satu planet. Dan satu-satunya cara mentransendensi sistem sedunia adalah dengan menggerakan secara khusus suatu perjuangan yang semakin mendunia untuk meraih hak-hak dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar.
Perjuanganmu adalah juga perjuangan kami
Kehadiran Anda di sini memberikan kegembiraan. Kita tidak sendirian. Dan kita berterimakasih Anda datang ke negeri kita dan mengatakan: "Rakyat Bolivia, kau tidak sendirian." Terima kasih banyak atas kehadirannya. Semua orang tahu bahwa perjuanganmu adalah juga perjuangan kami. Kami mengetahui sendiri bahwa kami tidak akan menang bila Anda tidak menang - dan Anda, dan Anda! Kita semua menang atau kita semua kalah. Itulah rencana untuk abad 21. Inilah mengapa - seperti yang dikatakan Companera? (Silvia Lazarte) - Kita berkewajiban mengglobalkan perjuangan ini agar dapat menang di tempat kita. Dan harus ada artikulasi gerakan sosial dan negara-negara progresif untuk memungkinkan tali solidaritas tetap terjaga dan menjangkau lebih jauh.
Dan yang penting, companeros, adalah agar kami memahami perjuanganmu. Penting bagi Anda untuk hadir di sini dan mengajarkan kami apa yang Anda lakukan - apa yang terjadi di Ekuador, Argentina, Mexico, dan Perancis. Kami perlu belajar, dan kami mampu berbagi bukan hanya dengan segelintir intelektual. Kita kini memiliki kewajiban terhadap petani, penduduk asli, pekerja yang bersemangat untuk belajar dan bersemangat untuk berkolaborasi dengan proyek-proyek di masa depan. Companeros dan companeras, atas nama Presiden Republik, atas nama kami, kami berterimakasih atas kehadiran Anda.
Kami mohon jangan lupakan kami. Dan yakinlah bahwa kami tak akan melupakan Anda dalam tiap inisiatif Anda, atau perjuangan Anda, atau salah satu kemenangan Anda.
Terimakasih banyak.
_______________________________
Diambil dari www.politicalaffairs.net
Diterjemahkan oleh NEFOS.org
http://2008.nefos.org/node/77

0 komentar:

Posting Komentar