Test Footer 2

Jumat, 29 Juni 2018

Pidato Kemenangan Kotak Kosong Makassar

Ahmed Taufiq Rosidi



Warga Makassar tercinta,

As-salâmu ‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh. Salom. Om swastiastu. Namo buddhaya. Salam sejahtera untuk kita semua.

Kita baru saja menyelesaikan sebuah tugas konstitusional dan demokratis, yakni Pemilihan Wali Kota Makassar, sebagai bagian dari rangkaian Pilkada nasional yang diselenggarakan secara serentak di seluruh negeri bersama daerah-daerah lain. Tugas itu telah kita tuntaskan dengan baik, damai, tertib, dan penuh kemenangan.

Rasa terima kasih harus kita berikan kepada segenap pihak yang bekerja keras mewujudkan hajatan akbar ini, baik kepada KPUD, panitia, aparat keamanan, pemerintah kota, dan terutama kepada kita sendiri, warga Makassar. Tak hanya warga kota yang datang ke TPS-TPS tetapi juga warga kota yang tak ikut memilih.

Kita harus menghormati cara masing-masing orang dalam menyatakan hak politiknya. Mereka golongan putih yang tak memilih, maupun kita golongan hitam yang memilih kotak kosong. Semua sama. Kita sama-sama menolak calon yang dipilihkan oleh elite dan partai politik. Hanya cara kita untuk mengungkapkan saja yang berbeda.
Warga Makassar tercinta,

Kita boleh berbangga jika membandingkan diri dengan warga di daerah-daerah lain. Warga Jakarta, misalnya, mereka masih saja sibuk saling hujat satu sama lain hanya karena mendukung calon yang berbeda.
Mereka terpecah belah hanya karena percaya pada omongan politisi.

Padahal tepat setelah pemilihan, mereka masih tetap bergelut sendiri dengan masalah sehari-hari. Yang punya utang tetap harus memikirkan utang. Yang miskin tetap harus membanting tulang. Yang bodoh tetap akan ditipu orang. Yang sakit tetap dipusingkan oleh biaya pengobatan. Mereka tetap akan diisap oleh kapitalisme.

Atau warga Yogya, yang sama sekali tak punya hak untuk memilih Gubernur. Mereka diberi pemimpin yang sama sekali tak pernah mereka pilih. Gubernur yang akan tetap menjadi pemimpin hampir seumur hidup sebelum ia digantikan. Oleh siapa? Siapa lagi kalau bukan anak-cucunya sendiri. Mereka terus dibelenggu feodalisme.

Namun, warga Makassar berbeda.

Dengan memenangkan kotak kosong di atas calon pilihan elite dan partai politik, kita telah mencatatkan diri ke dalam lembar sejarah politik dan demokrasi Indonesia. Hari ini kita telah membuktikan kepada para elite dan partai politik yang congkak itu, bahwa doktrin the lesser evil yang mereka jual kepada rakyat tidak laku di Makassar.

Kita, warga kota, diberi hak oleh konstitusi untuk memilih pemimpin dan kita memilih untuk tak dipimpin oleh siapa-siapa kecuali diri kita sendiri. Warga Makassar telah berhasil merebut kembali kota yang kita cintai ini dari tangan para elite dan partai politik.

Lebih jauh, kita telah merebut kembali kedaulatan politik kita sebagai warga kota yang selama ini hanya dianggap sebagai digit angka di papan perhitungan suara. Kita, warga Makassar, adalah rakyat yang berdaulat atas dirinya sendiri. Kita menolak tunduk di hadapan kepentingan elite, makelar, mafia, partai, maupun oligarki politik mana pun.

Warga Makassar tercinta,

Kemenangan ini hanyalah satu dari sekian banyak tugas yang harus kita selesaikan dengan baik. Tugas kita masih banyak dan berat. Kita harus bersatu mempertahankan apa yang telah kita menangkan dari para elite dan partai politik.

Kita harus segera merumuskan tata kelola kota Makassar terutama bidang ekonomi-politik yang lebih demokratis, mutualis, partisipatoris, egalitarian, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan budaya. Kita akan buktikan kepada dunia bahwa demokrasi rakyat sangat mungkin dilakukan.

Selain itu, kita harus memperjuangkan kemenangan yang sama untuk lima tahun ke depan. Bukan hanya di pemilihan wali kota, tetapi juga pemilihan gubernur. Tak hanya di Makassar, kita harus menularkan ke daerah-daerah lain di seluruh negeri. Kita harus mendesak pemerintah memasukkan pilihan kotak kosong ke dalam surat suara, meskipun di daerah tersebut calonnya tidak tunggal.

Kita harus buktikan bahwa doktrin the lesser evil adalah pembodohan. Kita harus buktikan rakyat bukan sekumpulan orang bodoh yang tak bisa mengatur dirinya sendiri, rakyat bukan sekumpulan orang bodoh yang harus selalu didikte oleh para elite dan partai politik. Kita akan wujudkan demokrasi yang benar-benar dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat.

Panjang umur pembangkangan!

Hidup warga kota!
Hidup Makassar!

As-salâmu ‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh. Salom. Om santi santi santi om. Namo buddhaya. Salam sejahtera untuk kita semua.


Sumber: GeoTimes 

0 komentar:

Posting Komentar