Test Footer 2

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 22 Desember 2016

Mengapa Logika Agama?

December 22, 2016 | Kajian: Muhsin Labib 




Agama adalah akal. Tak menggunakan akal, tak beragama." (Imam Sadiq)
Orang yang menjadikan akal sebagai juri utama dengan logika sebagai aturannya tidak terbelenggu oleh dogma irasiional dan fanatisme sektarian.
Akal adalah dasar memilih keyakinan tentang eksistensi Tuhan dan keesaanNya, keyakinan tentang agama dan kehidupan kedua.
Yang bisa memerdekakan manusia adalah ketundukan pada akal.
Akal mengarahkan manusia mengutamakan "ada" atas "apa".
Akal mengarahkan manusia mendahulukan "apa" atas "siapa".
Ada dua akal, 1. Akal potensial. 2. Akal aktual. Setiap manusia mempunyai akal potensial. Sebagian manusia mempunyai akal aktual (pemikir).
Sebagian besar orang berpikir. Sebagian kecil orang berpikir sistematis (logis).
Orang yang berpikir logis sadar priotitas dalam menyusun pikiran berdasarkan validitas, urgensi dan pengaruhnya.
dalam diri orang yang berpikir logis, pikiran-pikiran tersusun secara hierarkis bak piramida terbalik,yang diawali dengan satu pikiran fundamental sebagai BIOS.
Pikiran utama yang berfungsi sebagai BIOS sdh tercangkok dalam diri setiap manusia. Ia bahkan menjadi alasan disebut manusia.
Pikiran perdana dalam diri manusia pasti valid dan tidk memerlukan dalil krn ia yang memproduksi dalil dab muara jawaban atas semua "mengapa".
Pikiran perdana bukan hasil korespondensi dengan objek di luar diri,tapi disadari stlh korespondensi saat awal manusia membuka mata dan indranya.
Pikiran perdana lebih tepat disebut kesadaran atau "pengetahuan yang hadir", karena ia justru memproduksi pikiran yang lazim disebut konsep.
Para teolog Muslim menyebutnya fitrah. Para flsuf Muslim dan metafiskawan menyebutnya intuisi. yang pasti ia adalah pengetahuan supra konsep.
Yang pertama kali disadari (meski tidak dipahaminya atau terpikir) oleh manusia adalah "ada".
Yang kedua disadarinya (meski tidak diketahui atau bahkan mungkin dibantahnya) adalah "aku" sebagai sesuatu yang berada dalam "ada".
Pedoman hidup.adalah agama. Sumber agama adalah Quran & Sunnah. Dasar pemahaman Quran & Sunnah adalah akal. Induk akal adalah intuisi (fitrah).
Agama tanpa akal adalah dominasi & kesewenang-wenangan berbungkus kepatuhan. Akal tanpa agama adalah arogansi & keliaran berbungkus kemerdekaan.
Islam sebagai nama agama adalah ajaran yang dibawa Nabi Muhammad. Islam sebagai ajaran keberserahan ada sblm Nabi Muhammad diutus.
Tanpa agama, logika menjadi liar. Tanpa logika, agama tampak kaku. Logika dan agama adalah dua sayap bagi relijius moderat.
Logika memperjelas hukum-hukum horisontal yang megimmanenkan Tuhan. Agama menjelaskan hukum-hukum vertikal yang mentransendenkan manusia.
Logka adalah "agama immanen". Agama adalah "logika transenden."
Banyak orang mengira logika hanya logika empiris, hingga sebagian orang saintis jadi jumud dalam beragama. Padahal ia lebih luas dari science.
Teologi dan aksiologi, tidak empiris, tapi logis krn logika menegaskan kausalitas yang pada diri hukumnya tidak empiris meski produknya empiris.
Ateisme dan anti agama adalah ekses dari peliburan logika dalam agama atau ekses dari reduksi logika hanya pada realitas sensual saintifik.
Mukjizat Nabi-Nabi termasuk Isra' Mi'raj mungkin tidak saintifik (krn.tidak induktif), tapi bila dilihat secara kausal dan deduktif, logis.
Saintisme yang menganggap agama tidak logis melahirkan anti agama. Skriptualisme yang menganggap agama tidak logis melahirkan anti logika. Mutual.
Sekilas pernyataan orang-orang yang mengaku anti agama itu cukup cerdas dan "wah", tapi bagi sebagian yang sdh akrab dengan aufkarung dan ateisme,itu biasa
Dengan paradigma agama yang logis, semua doktrin-doktrin mayor agama hrs lolos inferensi dan sillogisme. Bila tidak lolos, bisa dianggap bukan bagiannya.
Karena agama diturunkan untuk makhluk logis, ajarannya pasti logis. Kalau dirasa tidak logis, perlu dinalarkan lagi dan didiskuaikan.
Karena agama diturunkan untuk makhluk logis, ajarannya pasti logis. Kalau dirasa tidak logis, perlu dinalarkan lagi dan didiskusikan.
Agama logis melejitkan kesadaran, kreativitas dan kemandirian sikap. Karena itu, penguasa-penguasa tiran membencinya dan menyebarkan skriptualisme.
Agama adalah peradaban yang paling lestari. Menghina agama, hanya karena menemukan beberapa doktrin tak logis, berarti menghina peradaban.
Agama minus logika menciptakan relijius ekstremis dan bisa pula mencetak relijius naif, sesuai kepentingan penguasa despotik.
Menolak logika dengan alasan menjadikan kitab suci sebagai pedoman berarti menganggap karunia akal sebagai sia-sia. Anggapan ini tak sesuai dengan kitab suci.
https://muhsinlabib.com/wisdom/mengapa-logika-agama

Hari Ibu Bukan lah Mother's Day

Oleh: Tarli Nugroho


Peringatan Hari Ibu berbeda dengan peringatan Mother's Day di luar negeri. Jika peringatan Mother’s Day hanya bersifat penghormatan terhadap peran domestik kaum perempuan, maka peringatan Hari Ibu di Indonesia merupakan bentuk penghormatan terhadap perjuangan emansipasi kaum perempuan. Jadi, salah kaprah jika banyak orang kini justru memperingati Hari Ibu dengan semangat seperti Mother’s Day.
Tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu sejak tahun 1938, sebagai hasil Kongres Perempuan Indonesia III. Artinya, sebelum kita merdeka, tanggal 22 Desember telah diperingati sebagai Hari Ibu. Dan tanggal 22 Desember dipilih sebagai Hari Ibu karena merupakan tanggal keramat dalam gerakan kaum perempuan di tanah air. Diinspirasi oleh Kongres Pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda, pada tanggal itulah, 22 Desember 1928, Kongres Perempuan Indonesia I dihelat di Yogyakarta.
Pada kongres tersebut, berbagai organisasi perempuan hadir, seperti Wanita Utomo, Wanita Tamansiswa, Putri Indonesia, Malahayati, Aisyiyah, Jong Islamieten Bond bagian Wanita, Wanita Katholik, ataupun Jong Java bagian Perempuan. Dan hasil kongres waktu itu sangat maju, baik menurut ukuran hari ini, apalagi jika dilihat dari ukuran jamannya.
Kongres waktu itu, misalnya, mengirimkan mosi kepada pemerintah untuk memperbanyak sekolah bagi anak perempuan, mengusulkan pemberian beasiswa bagi anak-anak perempuan, serta penerbitan media yang akan dijadikan corong untuk memperjuangkan hak-hak dan kebutuhan perempuan. Jadi, Hari Ibu di Indonesia merupakan bentuk penghormatan terhadap semangat emansipasi perempuan.
Masalahnya, soal semangat emansipasi perempuan ini belakangan kemudian jadi terpersonifikasi pada figur Kartini. Repotnya, kita juga punya Hari Kartini, yang diperingati tiap tanggal 21 April, sehingga peringatan Hari Ibu pun jadi kian dimaknai tak berbeda dengan peringatan Mother's Day di luar negeri.
Perempuan adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Jadi, betapa besarnya pengaruh kaum perempuan bagi peradaban manusia. Para pejuang perempuan kita telah menyadari hal itu sejak lama, bahwa untuk menegakkan peradaban, kita pertama-tama harus memajukan kaum perempuan.
Oya, ngomong-ngomong soal peradaban, melalui peringatan Hari Ibu kita juga diingatkan bahwa para jomblo sesungguhnya merupakan ancaman serius terhadap masa depan peradaban manusia ðŸ˜‚ Hayo, Mblo, ndang nggolek pasangan. Lanjutkan peradaban umat manusia! 

Minggu, 18 Desember 2016

Tuntutlah Ilmu Sampai ke Tangsi Serdadu


Oleh: Windu W. Jusuf

Foto: historia.co.id
LELUCON pahit minggu ini: segerombolan mahasiswa bernama Badan Eksekutif Mahasiswa-Keluarga Mahasiswa (BEM-KM)—dari kampus yang tak pernah sepi dari sanjungan ‘intelek’ lagi ‘merakyat’—berencana mengundang tentara untuk mendiskusikan ‘kebangsaan.’
Hampir dua puluh tahun silam, anak-anak universitas ini punya riwayat yang membanggakan: nekat menggergaji kaki-kaki rejim diktator militer, tak peduli gedung kampusnya diserbu serdadu dan kawan-kawannya diburu intel. Sekarang junior-junior mereka barangkali berpikir seperti ini: ‘Kalau ABRI dulu masuk desa—lalu sekarang dipercaya mengawal peredaran benih dan pupuk—kenapa tidak sekalian sekarang kita bikin program ‘ABRI masuk kampus’? ‘Kan Orde Baru sudah lewat; ‘kan tentara sudah jauh dari politik; ‘kan pelaku pelanggaran HAM sekarang mayoritas dari kepolisian,’ dst dst.
Sudahlah. Mungkin saya gagal memahami jaman. Jangan-jangan yang gemar berkelahi dengan aparat dulu pun, sebelum jagal Kemusuk itu tumbang, adalah minoritas pelajar nekat, seminoritas Soekarno yang dulu memilih belajar teori-teori kiri ketika teman-teman sekampusnya bercita-cita menjadi arsitek orderan.
Tapi Bung dan Nona, ihwal kebangsaan ini sangat tricky. Jutaan orang percaya bahwa Indonesia tak kunjung makmur gara-gara suka konflik, adu mulut, baku pukul. Konflik niscaya buruk karena mengganggu tertib sosial, yang besar faedahnya untuk pembangunan, penggusuran, perampasan tanah, konversi hutan ke kebun sawit dan sebagainya. Konflik membuyarkan harmoni, yang tidak lain merupakan esensi batiniah orang Indonesia yang gampang kesenggol oleh ‘penistaan agama’, ‘propaganda LGBT’, dan ‘Separatis Papua’ sampai-sampai tidak kelihatan lagi di mana harmonisnya.
Jadi intinya, saudara-saudara, kemiskinan suatu bangsa tidaklah disebabkan oleh penghisapan kelas atau proses akumulasi primitif yang mengusir petani dari tanahnya, melainkan oleh tiga kata: KitaTidakBersatu. Buntut tiga kata ini adalah: ‘Kita butuh nasionalisme, bukan demokrasi pesanan asing yang bikin orang jadi liar; tak usah rajin cari masalah yang membahayakan sendi-sendi persatuan dan kesatuan.’ Yang kira-kira jika diterjemahkan dalam topik yang lain, bunyinya seperti komentar-komentar ignorant di facebook: ‘Korban perkosaan semestinya menerima pinangan pemerkosanya, tidak usah kelamaan ribut, bikin malu keluarga, membahayakan kandungan—sudahlah, nggak usah ke pengadilan,’ dst dst.
Tapi marilah berprasangka baik pada kawan-kawan tercinta kita di BEM-KM. Silaturahmi, dengan siapa saja, dengan politisi dan perwira manapun, baik adanya, harus dijaga karena kita semua bersaudara.
Mungkin kawan-kawan kita ini setia berpedoman pada rumus-rumus dasar profesionalisasi kehidupan yang sudah mereka kenal semenjak wajib memilih jurusan. Ternak lele selayaknya diserahkan kepada peternak lele dan teknik bubut pada insinyur bubut. Gampang toh? Urusan ekonomi serahkan pada ekonom; jangan minta nasihat pada TKW yang hobi curhat disiksa majikan. Urusan politik serahkan pada politikus; jangan lari ke petani fatalis penolak pabrik semen. Urusan budaya tanyakan kepada budayawan sekaliber Taufik Ismail; jangan tanya bencong Wates yang lima tahun lalu masih keliaran saban pagi di kereta ekonomi Jakarta-Jogja.
(Kecuali mungkin untuk tiga perkara: astronomi—silakan cari ahli falak pembela teori Bumi Datar; Evolusi—bacalah Harun Yahya; Komunisme—tanya Alfian Tanjung)
Maka, Bung dan Nona, berkeluh-kesah di bahu para serdadu Indonesia tentang segala hal yang memprihatinkan dari kehidupan berbangsa adalah suatu kewajaran—kendati ideolog besarnya, jagal proxy dari Kemusuk itu, mati-matian menjaga kesucian UU Penanaman Modal Asing sejak 1967. Tentu lebih sedap lagi jika pilihan bahu untuk mengadu jatuh pada seorang serdadu yang selama setahun belakangan memperkenalkan ulang istilah ‘proxy war‘ di mimbar-mimbar publik dan memperoleh sambutan luar biasa dari Paguyuban Pecinta Berita Sampah.
Bung dan Nona, sia-sia apabila sekarang Anda bicara nasionalisme di Indonesia sebagai corak perjuangan sosial kaum terjajah. Hari ini, rasa cinta tanah air Anda diukur berdasarkan seberapa nyaring Anda teriak ‘ganyang asing dan aseng.’ Tak perlu Anda mengurai sebab-musabab kemalangan bangsa dengan mengkaji Kapital atau menelusuri asal-usul ramuan sila kelima sampai ke pemikir kafir kominis Prancis macam Jean Jaurès; cukuplah Anda membaca Obor RakyatPostmetroVOA-Islam, sambil  meneruskan informasi tentang ‘invasi buruh Cina’ dari grup WhatsApp sebelah ke grup WhatsApp lainnya.
Upaya kawan-kawan BEM-KM untuk memperdalam penghayatan mahasiswa akan luhurnya nilai-nilai kebangsaan ini sungguh perlu diapresiasi dan dicontoh. Jika suatu hari Anda berniat menggelar seminar atau training kantoran tentang ‘wawasan kebangsaan’, carilah calon pembicara dari sekumpulan sekte pembenci asing-aseng seperti Rizieq Syihab, dari kartel buzzer bigot yang 24/7 memajang hashtag #NKRIBersyariah, atau dari kalangan perwira jagal yang ‘sudah jadi orang’, yang terbukti sukses berbisnis dan sukses mangkir dari pengadilan HAM.
Yang jelas, tak usah repot-repot menanyakan perihal kebangsaan kepada pensiunan atlet yang jual medali di pasar loak dan bekerja sebagai tukang pukul, kepada warga Tionghoa yang anggota keluarganya disembelih delapan belas tahun silam, kepada anak-anak Papua yang dipaksa menukar tanah dan nyawa dengan peradaban kolonial-adiluhung Melayu-Jawa, kepada ibu-ibu Kendeng yang sedang dikadali gubernurnya dengan kibul-kibul Amdal baru.
Satu saja saran saya untuk kawan-kawan BEM-KM. Mengundang serdadu untuk membicarakan ‘kebangsaan’ bukannya keliru, tapi kurang tepat. Kurang taktis. Anda-Anda ini kan bakal segera lulus dan bekerja kantoran. Di era neo-Dwifungsi yang jahiliyahnya ampun-ampunan ini, semestinya Anda mengundang serdadu untuk membicarakan hal-hal yang lebih berguna untuk karir Anda di masa depan—jangan lupa minta sertifikat begitu seminar selesai—misalnya:
  1. Bagaimana memindahkan rapat penentuan upah buruh ke markas Kodam.
  2. Bagaimana mengurus klub olahraga nasional dan menjual tiket pertandingan sepak bola di markas Kostrad.
  3. (Khusus bagi yang ingin meniti karir sebagai birokrat kampus) Bagaimana mendisplinkan mahasiswa tahun pertama dengan cara mengundang serdadu dalam Ospek.
Bung dan Nona sekalian yang berbahagia, ada saja orang-orang snob di media sosial yang mengatakan bahwa pendidikan kita dewasa ini membuat mahasiswa jarang sekali menggunakan otaknya secara maksimal. Saya tidak sepakat. Tentunya otak tetap dipakai. Dipakai seutuhnya untuk membuktikan apakah bumi itu bulat atau datar.
Oh iya, ngomong-ngomong saya baru saja mendapat kabar kalau tahun depan, setelah Bumi Datar sudah tidak trending lagi, mereka akan sibuk berdebat soal apakah perempuan itu manusia atau bukan.
***
http://indoprogress.com/2016/12/tuntutlah-ilmu-sampai-ke-tangsi-serdadu/

Kamis, 08 Desember 2016

Surat Selamat Tinggal Kepada Fidel Castro Che Guevara | 1965

by: Senja Berdarah | Surat ini dibacakan oleh Fidel Castro pada tanggal 3 oktober 1965, pada rapat terbuka yang mengumumkan Komite Sentral Partai Komunis Kuba yang baru terbentuk dengan dihadiri oleh istri Guevara dan anak-anaknya, Castro menyatakan: 
"Saya hendak bacakan sebuah surat, yang ditulis tangan dan kemudian diketik, dari kawan Ernesto Guevara, yakni penjelasan diri .... Tertulis demikian: 'havana' -tanpa tanggal- surat yang musti dibacakan pada kesempatan yang amat baik, namun sesungguhnya dibuat pada tanggal 1 April tahun ini."
Pembacaan, surat ini merupakan penjelasan terbuka pertama kali sejak guevara tidak pernah nampak lagi di Kuba.
Havana, Tahun Pertanian.
Fidel:
Pada saat ini aku teringat banyak hal --ketika aku pertama kali bertemu denganmu di rumah Maria Antonia, ketika kau mengusulkan aku untuk ikut serta, seluruh ketegangan terlibat dalam persiapan itu. (peperangan/gerilya melawan Batista, pent)
Suatu ketika ketegangan-ketegangan itu akan menghampiri kita lagi dan menagih nyawa kita, dan kemungkinan nyata dari fakta itu memukul kita semua. Di kemudian hari tahulah kita bahwa itu benar, bahwa dalam revolusi salah satu pihak akan menang atau mati (bila itu benar revolusi). Banyak kawan yang berjatuhan sepanjang jalan menuju kemenangan.
Saat ini segala sesuatunya tidak lagi terlalu dramatis, karena kita lebih matang. Namun kejadian-kejadian kembali terulang. Aku merasa bahwa aku telah memnuhi kewajibanku yang mengikatkan aku pada revolusi Kuba,secara teritorial, dan kuucapkan selamat berpisah padamu, pada rakyatmu, yang sekarang rakyatku juga.
Secara resmi aku mengundurkan diri dari kedudukan dalam kepemimpinan nasional partai, kedudukan, sebagai menteri, pangkat komandanku, dan kewarganegaraan Kuba-ku. Tak ada yang legal yang mengikatku dengan Kuba. Satu-satunya ikatan adalah hal lain --ikatan yang tak bisa diputuskan seperti pemberhentian seseorang dari sebuah jabatan.
Merenungkan kehidupan masa laluku, aku yakin aku telah bekerja dengan cukup jujur dan pengabdian untuk mengkonsolidasikan kejayaan revolusioner. Satu-satunya kesalahanku yang serius adalah tidak punya kepercayaan yang besar padamu saat pertama di Sierra Maestra dulu, dan tidak segera yakin akan kualitasmu sebagai seorang pemimpin dan seorang revolusioner.
Hari-hari kehidupanku kulewati dengan indah di sini, dan di sisimu aku merasa bangga memiliki rakyat yang demikian tangguh menghadapi saat-saat penuh penderitaan dalam krisis Karibia.
Jarang sekali ada negarawan yang lebih ulung darimu menghadapi saat-saat seperti itu. Akupun bangga mengikutimu tanpa keraguan, mengidentifikasikan dengan jalan pikiran,pandangan,perhitungan menghadapi bahaya, dan prinsip-prinsipmu.
Kali ini bangsa-bangsa lain mengharapkan sumbangsihku. Dan aku bisa melakukannya tanpa mengikutsertakanmu karena tanggung jawabmu yang besar sebagai pimpinan kuba, dan tibalah saatnya bagi kita untuk berpisah.
Ketahuilah, bahwa aku melakukan tugas ini dengan campuran perasaan bahagia dan sedih. Kutinggalkan di sini harapan-harapanku yang paling murni sebagai seorang pembangun dan seluruh ketulusanku yang paling dalam.Kutinggalkan orang-orang yang telah menganggapku anak.
Itu semua sesungguhnya menimbulkan luka yang dalam bagiku.Akan kubawa ke medan juang baru segala hal yang kau ajarkan padaku, semangat revolusioner rakyat kita, perasaan untuk memenuhi kewajiban yang amat suci: berjuang menentang imperialisme dimanapun ia adanya. Ini yang akan mengobati dan mengeringkan luka di jiwaku.
Kunyatakan sekali lagi bahwa aku melepaskan Kuba dari tanggung jawab apapun juga, kecuali teladan-teladan yang diberikannya. Kalau saja saat-saat akhir hayatku aku berada di bawah langit lain, pikiranku yang terakhir adalah tentang rakyat Kuba dan terutama tentang dirimu. Aku amat berterima kasih atas ajaran-ajaranmu, teladan-teladanmu, dan aku akan memegangnya hingga konsekuensiku yang paling akhir dari tindakanku.
Aku selalu mengidentifikasikan diri dengan kebijaksanaan luar negeri dari revolusi kita, dan akan meneruskannya.
Dimanapun aku berada, aku akan merasa bertanggung jawab terhadap revolusi Kuba, dan aku kan menjaganya. Aku tak merasa malu bahwa aku tak meninggalkan kekayaan materi untuk anak-anak dan istriku; aku bahagia dengan cara seperti itu. Aku tak memintakan apapun untuk mereka, karena negara akan mencukupi kebutuhan hidup dan pendidikan untuk mereka.
Aku ingin mengatakan banyak hal padamu dan pada rakyat kita, namun aku merasa hal itu tak perlu. kata-kata tak akan mampu mengekspresikan apa yang ingin kuungkapkan itu, dan kupikir tak ada manfaatnya untuk membuat coretan lebih banyak lagi di sini.
Hasta la victoria siempre! (Maju terus menuju kemenangan) Patria o muerte! (Tanah air atau mati) Kupeluk kau dengan sepenuh semangat revolusionerku.
Che
(fara teploknet)

https://www.facebook.com/ferdirp/posts/1326452920708843