Test Footer 2

Selasa, 19 Desember 2017

Monica Study: Penelitian Ambisius WHO yang Gagal Menemukan Hubungan Antara Serangan Jantung dan Kebiasaan Merokok

December 19, 2017



“Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi Dan Gangguan Kehamilan Dan Janin.”
Peringatan yang tertempel di bungkus rokok tersebut pasti melekat di dalam ingatan sebagian besar orang Indonesia dan terus diduplikasi sebagai bagian dari perang terhadap produk tembakau. Meskipun peringatan yang termuhtahir yang mulai diterapkan pada pertengahan 2012 secara lebih ekstrim lagi menyatakan bahwa “Merokok Membunuhmu”.
rokok
Sejak perang terhadap nikotin bergulir pada dekade 1960-an, sejumlah pernyataan mengaitkan rokok sebagai penyebab berbagai penyakit yang mematikan. American Cancer Society misalnya, mengeluarkan pernyataan bahwa penggunaan tembakau menyumbang setidaknya 30% dari semua kasus kematian akibat kanker.
Berbagai penelitian lain kemudian dilakukan setelahnya demi menguatkan argumentasi bahwa rokok menjadi penyebab timbulnya penyakit, termasuk di antaranya serangan jantung.
orang merokok
Penelitian ambisius untuk mengungkap hal ini adalah Studi Monica. Tak tanggung-tanggung kajian ini dilakukan di 21 negara dengan memakan waktu 10 tahun dan menjadi penelitian cardiologi paling besar dan memakan biaya besar.
Sayangnya, hasil penilitian ini sia-sia. Seperti diungkap oleh Aisling Irwing dalam artikelnya “Study casts doubt on heart ‘risk factors’” secara gamblang menyatakan studi cardiologi paling besar yang pernah dilakukan ini telah gagal menemukan hubungan antara serangan jantung dengan faktor-faktor klasik, seperti merokok dan tingkat kolestrol yang tinggi.
Meski hasil Studi Monica yang didanai WHO telah gagal menemukan kaitan antara penyakit jantung dengan faktor risiko fisik, tetapi WHO sepertinya enggan mengakui kebenaran ini. Sehingga penelitian ini tidak dipublikasikan secara luas. WHO sendiri bersikukuh menyatakan bahwa faktor-faktor fisik risiko klasik merupakan kontribusi utama bagi risiko individual.
rokok
Beberapa peneliti yang kritis terhadap argumentasi WHO seperi Lauren A, Colby, Robert A. Levy, Rosalind B. Marimont, dan Judith Hatton tetap berkeyakinan bahwa propaganda yang dilakukan untuk memerangi rokok adalah tidak benar dan semata-mata berdasarkan pada penelitian yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Salah satu contoh yang bertentangan dengan argumentasi propaganda anti tembakau ialah negara Jepang, Yunani, dan Siprus. Negara-negara yang dikenal mempunyai banyak perokok ini memiliki tingkat penyakit kanker paru-paru yang tergolong rendah dan harapan hidup yang jauh lebih lama. Fakta-fakta ini bertentangan dengan kampanye anti tembakau.
Sumber Bacaan: Nicotine War: Perang Nikotin dan Para Pedagang Obat, INSISTPress 2010.
Gambar ilustrasi: Eko Susanto | Sumber: GambarRokok 

0 komentar:

Posting Komentar