MANUNGGALING KAWULA GUSTI (Syeikh Siti Jenar)
from http://www.eocommunity.com/showthread.php?tid=42429
Sebelum membaca ada baiknya anda tidak langsung memberi komentar yang
menghujam, ini adalah ilmu hakekat dan perlu pemahaman yang dahsyat.
Syekh Siti Jenar (juga dikenal dalam banyak nama lain, antara lain
Sitibrit, Lemahbang, dan Lemah Abang) adalah seorang tokoh yang dianggap
sebagai sufi dan salah seorang penyebar agama Islam di Pulau Jawa.Tidak
ada yang mengetahui secara pasti asal-usulnya. Di masyarakat, terdapat
banyak variasi cerita mengenai asal-usul Syekh Siti Jenar. Sebagian umat
Islam menganggapnya sesat karena ajarannya yang terkenal, yaitu
Manunggaling Kawula Gusti. Akan tetapi, sebagian yang lain menganggap
bahwa Syekh Siti Jenar adalah seorang intelektual yang telah memperoleh
esensi Islam itu sendiri. Ajaran-ajarannya tertuang dalam karya sastra
buatannya yang disebut pupuh. Ajaran yang sangat mulia dari Syekh Siti
Jenar adalah budi pekerti. Syekh Siti Jenar mengembangkan ajaran cara
hidup sufi yang dinilai bertentangan dengan ajaran Walisongo.
Pertentangan praktik sufi Syekh Siti Jenar dengan Walisongo terletak
pada penekanan aspek formal ketentuan syariah yang dilakukan oleh
Walisongo.
Syekh Siti Jenar juga berpendapat bahwa Allah itu ada dalam dirinya,
yaitu di dalam budi. Pemahaman inilah yang dipropagandakan oleh para
ulama pada masa itu, mirip dengan konsep Al-Hallaj (tokoh sufi Islam
yang dihukum mati pada awal sejarah perkembangan Islam, kira-kira pada
abad ke-9 Masehi) tentang hulul yang berkaitan dengan kesamaan sifat
Tuhan dan manusia. Dimana seharusnya pemahaman ketauhidan melewati empat
tahap, yaitu:
Syariat, dengan menjalankan hukum-hukum agama seperti salat, zakat, dan lain-lain,
Tarekat, dengan melakukan amalan-amalan seperti wirid, zikir dalam waktu dan hitungan tertentu,
Hakekat, di mana hakikat dari manusia dan kesejatian hidup akan ditemukan, dan
Makrifat, kecintaan kepada Allah dengan makna seluas-luasnya.
Syekh Siti Jenar juga mengajarkan agar seseorang dapat lebih
mengutamakan prinsip ikhlas dalam menjalankan ibadah. Orang yang
beribadah dengan mengharapkan surga atau pahala berarti belum bisa
disebut ikhlas.
Manunggaling Kawula Gusti
Dalam ajarannya ini, pendukungnya berpendapat bahwa Syekh Siti Jenar
tidak pernah menyebut dirinya sebagai Tuhan. Arti dari Manunggaling
Kawula Gusti dianggap bukan bercampurnya Tuhan dengan makhluk-Nya,
melainkan bahwa Sang Pencipta adalah tempat kembali semua makhluk dan
dengan kembali kepada Tuhannya, manusia telah bersatu dengan Tuhannya.
Dalam ajarannya pula, Manunggaling Kawula Gusti bermakna bahwa di dalam
diri manusia terdapat roh yang berasal dari roh Tuhan sesuai dengan ayat
Al-Quran yang menerangkan tentang penciptaan manusia:
“ Ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan
kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh-Ku, maka hendaklah kamu
tersungkur dengan bersujud kepadanya." Q.S. Shaad: 71-72 ”
Dengan demikian ruh manusia akan menyatu dengan ruh Tuhan dikala
penyembahan terhadap Tuhan terjadi. Perbedaan penafsiran ayat Al-Qur’an
dari para murid Syekh Siti inilah yang menimbulkan polemik bahwa di
dalam tubuh manusia bersemayam ruh Tuhan, yaitu polemik paham
Manunggaling Kawula Gusti.
140 AJARAN DAN PEMIKIRAN SYEIKH SITI JENAR
001. …. tidak usah kebanyakan teori semua, karena sesungguhnya ingsun
(saya) inilah Allah. Nyata ingsun yang sejati, bergelar Prabu Satmata,
yang tidak ada lain kesejatiannya yang disebut sebangsa Allah.
002. Jika ada seseorang manusia yang percaya kepada kesatuan lain selain
Allah SWT, maka ia akan kecewa karena ia tidak akan memperoleh apa yang
ia inginkan.
003. Allah itu adalah keadaanku, lalu mengapa kawan-kawanku sama memakai
penghalang? Dan sesungguhnya aku ini adalah haq Allah pun tiada wujud
dua; saya sekarang adalah Allah, nanti Allah, dzahir bathin tetap Allah,
kenapa kawan-kawan masih memakai pelindung?.
004. Sebenarnya keberadaan dzat yang nyata itu hanya berada pada
mantapnya tekad kita, tandanya tidak ada apa-apa, tetapi harus menjadi
segala niat kita yang sungguh-sungguh.
005. Tidak usah banyak bertingkah, saya ini adalah Tuhan. Ya, betul
betul saya ini adalah Tuhan yang sebenarnya, bergelar Prabu Satmata,
ketahuilah bahwa tidak ada tuhan yang lain selain saya.
006. Saya ini mengajarkan ilmu untuk betul-betul dapat merasakan adanya
kemanunggalan. Sedangkan bangkai itu selamanya tidak ada. Adapun yang
dibicarakan sekarang adalah ilmu yang sejati yang dapat membuka tabir
kehidupan. Dan lagi semuanya sama. Tidak ada tanda secara samar-samar,
bahwa benar-benar tidak ada perbedaan yang bagaimanapun, saya akan tetap
mempertahankan tegaknya ilmu tersebut.
007. Bahwa sesungguhnya, lafadz Allah yaitu kesaksian akan Allah, yang
tanpa rupa dan tiada tampak akan membingungkan orang, karena diragukan
kebenarannya. Dia tidak mengetahui akan diri pribadinya yang sejati,
sehingga ia menjadi bingung. Sesungguhnya nama Allah itu untuk menyebut
wakil-Nya, diucapkan untuk menyatakan yang dipuja dan menyatakan suatu
janji. Nama itu ditumbuhkan menjadi kalimat yang diucapkan Muhammad
Rasulullah.
008. ….. padahal sifat kafir berwatak jisim, yang akan membusuk, hancur
lebur bercampur tanah. Lain jika kita sejiwa dengan Dzat Yang Maha
Luhur. Ia gagah berani, Maha Sakti dalam syarak, menjelajahi alam
semesta. Dia itu pangeran saya, yang menguasai dan memerintah saya, yang
bersifat wahdahniyah, artinya menyatukan diri dengan ciptaan-Nya. Ia
dapat abadi mengembara melebihi peluru atau anak sumpit, bukan budi
bukan nyawa, bukan hidup tanpa asal dari manapun, bukan pula kehendak
tanpa tujuan. Dia itu yang bersatu padu dengan wujud saya. Tiada susah
payah, kudrat dan kehendak-Nya, tiada kenal rintangan, sehingga pikiran
keras dari keinginan luluh tiada berdaya. Maka timbullah dari jiwa raga
saya kearif-bijaksanaan saya menjumpai ia sudah ada di sana.
009. Syeikh Lemah Bang namaku, Rasulullah ya aku sendiri, Muhammad ya
aku sendiri,Asma Allah itu sesungguhya diri ku, ya akulah yang menjadi
Allah ta’ala.
010. Jika Anda menanyakan di mana rumah Tuhan, maka jawabnya tidaklah
sukar. Allah berada pada Dzat yang tempatnya tidak jauh, yaitu berada
dalam tubuh manusia. Tapi hanya orang yang terpilih saja yang bisa
melihatnya, yaitu orang-orang suni.
011. Rahasia kesadaran kesejatian kehidupan, ya ingsun ini kesejahteraan
kehidupan, engkau sejatinya Allah, ya ingsun sejatinya Allah; yakni
wujud yang berbentuk itu sejati itu sejatinya Allah, sirr (rahasia) itu
Rasulullah, lisan (pengucap) itu Allah, jasad Allah badan putih tanpa
darah, sirr Allah, rasa Allah, rahasia rasa kesejatian Allah, ya ingsun
(aku) ini sejatinya Allah.
012. Adanya kehidupan itu karena pribadi, demikian pula keinginan hidup
itupun ditetapkan oleh diri sendiri, tidak mengenal roh, yang
melestarikan kehidupan, tiada turut merasakan sakit ataupun lelah. Suka
dukapun musnah karena tidak diinginkan oleh hidup. Dengan demikian
hidupnya kehidupan itu berdiri sendiri.
013. Dzat wajibul maulana adalah yang menjadi pemimpin budi yang menuju
ke semua kebaikan. Citra manusia hanya ada dalam keinginan yang tunggal.
Satu keinginan saja belum tentu dapat dilaksanankan dengan tepat,
apalagi dua. Nah cobalah untuk memisahkan Dzat wajibul maulana dengan
budi, agar supaya manusia dapat menerima keinginan yang lain.
014. Hyang Widi, kalau dikatakan dalam bahasa di dunia ini adalah baka
bersifat abadi, tanpa antara tiada erat dengan sakit apapun rasa tidak
enak, ia berada baik disana, maupun di sini, bukan ini bukan itu. Oleh
tingkah yang banyak dilakukan dan yang tidak wajar, menuruti raga,
adalah sesuatu yang baru.
015. Gagasan adanya badan halus itu mematikan kehendak manusia. Di
manakah adanya Hyang Sukma, kecuali hanya diri pribadi. Kelilingilah
cakrawala dunia, membubunglah ke langit yang tinggi, selamilah dalam
bumi sampai lapisan ke tujuh, tiada ditemukan wujud yang mulia.
016. Kemana saja sunyi senyap adanya; ke Utara, Selatan, Barat, Timur
dan Tengah, yang ada di sana hanya adanya di sini. Yang ada di sini
bukan wujud saya. Yang ada dalam diriku adalah hampa dan sunyi. Isi
dalam daging tubuh adalah isi perut yang kotor. Maka bukan jantung bukan
otak yang pisah dari tubuh, laju peasat bagaikan anak panah lepas dari
busur, menjelajah Mekkah dan Madinah.
017. Saya ini bukan budi, bukan angan-angan hati, bukan pikiran yang
sadar, bukan niat, bukan udara, bukan angin, bukan panas, dan bukan
kekosongan atau kealpaan. Wujud saya ini jasad, yang akhirnya menjadi
jenazah, busuk bercampur tanah dan debu. Napas saya mengelilingi dunia,
tanah, api, air, dan udara kembali ke tempat asalnya, sebab semuanya
barang baru bukan asli.
018. Maka saya ini Dzat sejiwa yang menyatu, menyukma dalam Hyang Widi.
Pangeran saya bersifat Jalal dan Jamal, artinya Maha Mulia dan Maha
Indah. Ia tidak mau sholat atas kehendak sendiri, tidak pula mau
memerintah untuk shalat kepada siapapun. Adapun shalat itu budi yang
menyuruh, budi yang laknat dan mencelakakan, tidak dapat dipercaya dan
dituruti, karena perintahnya berubah-ubah. Perkataannya tidak dapat
dipegang, tidak jujur, jika dituruti tidak jadi dan selalu mengajak
mencuri.
019. Syukur kalau saya sampai tiba di dalam kehidupan yang sejati. Dalam
alam kematian ini saya kaya akan dosa. Siang malam saya berdekatan
dengan api neraka. Sakit dan sehat saya temukan di dunia ini. Lain
halnya apabila saya sudah lepas dari alam kematian. Saya akan hidup
sempurna, langgeng tiada ini dan itu.
020. Menduakan kerja bukan watak saya. Siapa yang mau mati dalam alam
kematian orang kaya akan dosa. Balik jika saya hidup yang tak kekak
ajal, akan langeng hidup saya, tidak perlu ini dan itu. Akan tetapi saya
disuruh untuk memilih hidup atau mati saya tidak sudi. Sekalipun saya
hidup, biar saya sendiri yang menentukan.
021. …….Betapa banyak nikmat hidup manfaatnya mati. Kenikmatan ini
dijumpai dalam mati, mati yang sempurna teramat indah, manusia sejati
adalah yang sudah meraih ilmu. Tiada dia mati, hidup selamanya,
menyebutnya mati berarti syirik, lantaran tak tersentuh lahat, hanya
beralih tempatlah dia memboyong kratonnya.
022. Aku angkat saksi dihadapan Dzat-KU sendiri, sesungguhnya tidak ada
Tuhan selain Aku. Dan Aku angkat saksi sesungguhnya Muhammad itu
utusan-KU, sesungguhnya yang disebut Allah adalah ingsun (aku) diri
sendiri. Rasul itu rasul-KU, Muhammad itu cahaya-KU, aku Dzat yang hidup
yang tak kena mati, Akulah Dzat yang kekal yang tidak pernah berubah
dalam segala keadaan. Akulah Dzat yang bijaksana tidak ada yang samar
sesuatupun, Akulah Dzat Yang Maha Menguasai, Yang Kuasa dan Yang
Bijaksana, tidak kekurangan dalam pengertian, sempurna terang benderang,
tidak terasa apa-apa, tidak kelihatan apa-apa, hanyalah aku yang
meliputi sekalian alam dengan kudrat-KU.
023. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah keberadaan Allah. Disebut Imannya Iman.
024. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah tempat manunggalnya Allah. Disebut Imannya Tauhid.
025. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah sifatnya Allah. Disebut Imannya Syahadat.
026. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kewaspadaan Allah. Disebut Imannya Ma’rifat.
027. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah menghadap Allah. Disebut Imannya Shalat.
028. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kehidupannya Allah. Disebut Imannya Kehidupan.
029. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kepunyaan dan keagungan Allah. Disebut Imannya Takbir.
030. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, sebab engkau adalah pertemuan Allah. Disebut Imannya Saderah.
031. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kesucian Allah. Disebut Imannya Kematian.
032. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, sebab engkau adalah wadahnya Allah. Disebut Imannya Junud.
033. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah
bertambahnya nikmat dan anugrah Allah. Disebut Imannya Jinabat.
034. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah asma Nama Allah. Disebut Imannya Wudlu.
035. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah
ucapan Allah. Disebut Imannya Kalam.036. Jangalah ragu dan janganlah
menyekutukan, karena engkau adalah juru bicara Allah. Disebut Imannya
Akal.
037. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah
wujud Allah, yaitu tempat berkumpulnya seluruh jagad alam mayapada,
dunia akhirat, surga neraka,arsy kursi, loh kalam, bumi langit, manusia,
jin, iblis laknat, malaikat, nabi, wali, orang mukmin, nyawa semua, itu
berkumpul di pucuknya jantung, yang disebut alam khayal (ala
al-khayal). Disebut Imannya Nur Cahaya.
038. Yang disebut kodrat itu yang berkuasa, tiada yang mirip atau yang
menyamai. Kekuasannya tanpa piranti, keadaan wujudnya tidak ada baik
luar maupun dalam merupakan kesatuan, yang beraneka ragam.
039. Iradat artinya kehendak yang tiada membicarakan, ilmu untuk
mengetahui keadaan, yang lepas jauh dari panca indra bagaikan anak
gumpitan lepas tertiup.
040. Inilah maksudnya syahadat: Asyhadu berarti jatuhnya rasa, Ilaha
berarti kesetian rasa, Ilallah berarti bertemunya rasa, Muhammad
berartihasil karya yang maujud dan Pangeran berarti kesejatian hidup.
041. Mengertilah bahwa sesungguhnya ini syahadat sakarat, jika tidak
tahu maka sakaratnya masih mendapatkan halangan, hidupnya dan matinya
hanya seperti hewan.
042. Syahadat allah, allah badan lebur menjadi nyawa, nyawa lebur
menjadi cahaya, cahaya lebur menjadi roh, roh lebur menjadi rasa, rasa
lebur sirna kembali kepada yang sejati, tinggalah hanya Allah semata
yang abadi dan terkematian. (Terjemahan dalam Bahasa Indonesia).
043. Syahadat Ananing Ingsun, Asyhadu keberadaan-KU, La Ilaha bentuk
wajahku, Ilallah Tuhanku, sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Aku, yaitu
badan dan nyawa seluruhnya. (Terjemahan dalam Bahasa Indonesia).
044. Syahadat Panetep Panatagana yaitu, yang menjadi bertempatnya Allah,
menghadap kepada Allah, bayanganku adalah roh Muhammad, yaitu sejatinya
manusia, yaitu wujudnya yang sempurna. (Terjemahan dalam Bahasa
Indonesia).
045. Kenikmatan mati tak dapat dihitung ….tersasar, tersesat, lagi
terjerumus, menjadikan kecemasan, menyusahkan dalam patihnya, justru
bagi ilmu orang remeh…..
046. Segala sesuatu yang wujud, yang tersebar di dunia ini, bertentangan
dengan sifat seluruh yang diciptakan, sebab isi bumi itu angkasa yang
hampa.
047. Shalat lima kali sehari adalah pujian dan dzikir yang merupakan
kebijaksanaan dalam hati menurut kehendak pribadi. Benar atau salah
pribadi sendiri yang akan menerima, dengan segala keberanian yang
dimiliki.
048. Pada permulaan saya shalat, budi saya mencuri, pada waktu saya
dzikir, budi saya melepaskan hati, menaruh hati kepada seseorang,
kadang-kadang menginginkan keduniaan yang banyak, lain dengan Dzat Maha
yang bersama diriku, Nah, saya inilah Yang Maha Suci, Dzat Maulana yang
nyata, yang tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibayangkan.
049. Syahadat, shalat, dan puasa itu adalah amalan yang tidak
diinginkan, oleh karena itu tidak perlu dilakukan. Adapun zakat dan naik
haji ke Makkah, keduanya adalah omong kosong. Itu semua adalah palsu
dan penipuan terhadap sesama manusia. Menurut para auliya’ bila manusia
melakukannya maka dia akan dapat pahala itu adalah omong kosong, dan
keduanya adalah orang yang tidak tahu.
050. Tiada pernah saya menuruti perintah budi, bersujud-sujud di masjid
mengenakan jubah, pahalanya besok saja, bila dahi sudah menjadi tebal,
kepala, berbelang. Sesungguhnya hal itu tidak masuk akal. Di dunia ini
semua manusia adalah sama. Mereka semua mengalami suka duka, menderita
sakit dan duka nestapa, tiada bedanya satu dengan yang lain. Oleh karena
itu saya, Siti Jenar, hanya setia pada satu hal, saja, yaitu Gusti Dzat
Maulana.
051. ….Gusti Dzat Maulana. Dialah yang luhur dan sangat sakti, yang
berkuasa Maha Besar, lagi pula memiliki dua puluh sifat, kuasa atas
segala kehendak-Nya. Dialah Maha Kuasa pangkal mula segala ilmu, Maha
Mulia, Maha Indah, Maha Sempurna, Maha Kuasa, Rupa warna-nya tanpa
cacat, seperti hamba-Nya. Di dalam raga manusia ia tiada tanpak. Ia
sangat sakti menguasai segala yang terjadi, dan menjelajahi seluruh alam
semesta, Ngindraloka.
052. Hyang Widi, wujud yang tak tampak oleh mata, mirip dengan ia
sendiri, sifat-sifatnya mempunyai wujud, sperti penampakan raga yang
tiada tanpak. Warnanya melambangkan keselamatan, tetapi tanpa cahaya
atau teja, halus, lurus terus menerus, menggambarkan kenyataan tiada
dusta, ibaratnya kekal tiada bermula, sifat dahulu yang meniadakan
permulaan, karena asal diri pribadi.
053. Mergertilah bahwa sesungguhnya ini syahadat sakarat, jika tidak
tahu maka sekaratnya masih mendapatkan halangan, hidupnya dan matinya
hanya seperti hewan.
054. Syekh Siti Jenar mengetahui benar di mana kemusnahan anta ya mulya,
yaitu Dzat yang melanggengkan budi, berdasarkan dalil ramaitu, ialah
dalil yang dapat memusnahkan beraneka ragam selubung, yaitu dapat lepas
bagaikan anak panah, tiada dapat diketahui di mana busurnya. Syari’at,
tarekat, hakekat, dan ma’rifat musnah tiada terpikirkan. Maka sampailah
Syekh Siti Jenar di istana sifat yang sejati.
055. Kematian ada dalam hidup, hidup ada dalam mati. Kematian adalah
hidup selamanya yang tidak mati, kembali ke tujuan dan hidup langgeng
selamanya, dalam hidup ini adalah ada surga dan neraka yang tidak dapat
ditolak oleh manusia. Jika manusia masuk surga berarti ia senang, bila
manusia bingung, kalut, risih, muak, dan menderita berarti ia masuk
neraka. Maka kenikmatan mati tak dapat dihitung.
056. Hidup itu bersifat baru dan dilengkapi dengan panca indera. Panca
indera ini merupakan barang pinjaman, yang jika sudah diminta oleh yang
mempunyai, akan menjadi tanah dan membusuk, hancur lebur bersifat najis.
Oleh karena itu panca indera tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup.
Demikian pula budi, pikiran, angan-angan dan kesadaran, berasal dari
panca indera, tidak dapat dipakai sebagai pegangan hidup. Akal dapat
menjadi gila, sedih, bingung, lupa, tidur dan sering kali tidak jujur.
Akal itu pula yang siang malam mengajak kita berbuat dengki, bahkan
merusak kebahagiaan orang lain. Dengki juga akan menimbulkan kejahatan,
kesombongan yang pada akhirnya membawa manusia ke dalam kenistaan dan
menodai citranya. Kalau sudah sampai sedemikian parahnya manusia
biasanya baru menyesali perbuatannya.
057. Apakah tidak tahu bahwa penampilan bentuk daging, urat, tulang, dan
sumsum busa rusak dan bagaimana cara Anda memperbaikinya. Biarpun
bersembahyang seribu kali setiap barinya akhirnya mati juga. Meskipun
badan Anda, Anda tutupi akhirnya kena debu juga. Tetapi jika penampilan
bentuknya seperti Tuhan, apakah para wali dapat membawa pulang
dagingnya, saya rasa tidak dapat. Alam semesta ini adalah baru. Tuhan
tidak akan membentuk dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat
dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat tatanan baru.
058. Segala sesuatu yang terjadi di alam ini pada hakikatnya adalah
perbuatan Allah. Berbagai hal yang dinilai baik maupun buruk pada
hakikatnya adalah dari Allah juga. Jadi sangat salah besar bila ada yang
menganggap bahwa yang baik itu dari Allah dan yang buruk adalah dari
selain Allah. Oleh karena itu Af’al allah harus dipahami dari dalam dan
dari luar diri manusia. Misalnya saat manusia menggoreskan pensil, di
situlah terjadi perpaduan dua kemampuan kodrati yang dipancarkan oleh
Allah kepada makhluk-Nya, yaitu kemampuan gerak pensil. Tanah yang
terlempar dari tangan seseorang itu adalah berdasar kemampuan kodrati
gerak tangan seseorang, ”maksudnya bukanlah engkau yang melempar,
melainkan allah yang melempar ketika engkau melempar.
059. Di dunia ini kita merupakan mayat-mayat yang cepat juga akan
menjadi rusak dan bercampur tanah. Ketahuilah juga bahwa apa yang
dinamakan kawulo-gusti tidak berkaitan dengan seorang manusia biasa
seperti yang lain-lain. Kawulo dan Gusti itu sudah ada dalam diriku,
siang dan malam tidak dapat memisahkan diriku dari mereka. Tetapi hanya
untuk saat ini nama kawula-gusti itu belaku, yakni selama saya mati.
Nanti kalau saya sudah hidup lagi, gusti dan kawulo lenyap, yang tinggal
hanya hidupku sendiri, ketentraman langgeng dalam Anda sendiri. Bial
kamu belum menyadari kata-kataku, maka dengan tepat dapat dikatakan
bahwa kamu masih terbenam dalam masa kematian. Di sini memang terdapat
banyak hihuran macam warna. Lebih banyak lagi hal-hal yang menimbulkan
hawa N4FSU. Tetapi kau tidak melihat, bahwa itu hanya akibat panca
indera. Itu hanya impian yang sama sekali tidak mengandung kebenaran dan
sebentar lagi akan cepat lenyap. Gilalah orng yang terikat padanya.
Saya tidak merasa tertarik, tak sudi tersesat dalam kerajaan kematian,
satu-satunya yang ku usahakan ualah kembali kepada kehidupan
.060. Bukan kehendak, angan-angan, bukan ingatan, pikir atau niat, hawa
nafsupun bukan, bukan juga kekosongan atau kehampaan, penampilanku bagai
mayat baru, andai menjadi gusti jasadku dapat busuk bercampur debu,
napsu terhembus ke segala penjuru dunia, tanah, api, air kembali sebagai
asalnya, yaitu kembali menjadi baru.
061. Bumi, langit dan sebagainya adalah kepunyaan seluruh manusia.
Manusialah yang memberi nama. Buktinya sebelum saya lahir tidak ada.
062. Sesungguhnya pada hakikatnya tidak ada perbedaan antara ajaran
Islam dengan Syiwa Budha. Hanya nama, bahasa, serta tatanan yang
berbeda. Misalnya dalam Syiwa Budha dikenal Yang Maha Baik dan Pangkal
Keselamatan, sementara dalam Islam kita mengenal Allah al Jamal dan as
Salam. Jika Syiwa dkenal sebagai pangkal penciptaan yang dikenal dengan
Brahmana maka dalam Islam kita mengenal al Khaliq. Syiwa sebagai
penguasa makhluk disebut Prajapati, maka dalam Islam kita mengenal al
Maliku al Mulki. Jika Syiwa Maha Pemurah dan Pengasih disebut Sankara,
maka dalam Islam kita mengena ar-Rahman dan ar-Rahim.
063. Kehilangan adalah kepedihan. Berbahagialah engkau, wahai musafir
papa, yang tidak memiliki apa-apa maka tidak akan pernah kehilangan
apa-apa.
064. Jika engkau kagum kepada seseorang yang engkau anggap Wali Allah,
jangan engkau terpancang pada kekaguman akan sosok dan perilaku yang
diperbuatnya. Sebab saat seseorang berada pada tahap kewalian, maka
keberadaan dirinya sebagai manusia telah lenyap, tenggelam ke dalam al
Waly.
065. Kewalian bersifat terus menerus, hanya saja saat tenggelam dalam al
Waly. Berlangsungnya Cuma beberapa saat. Dan saat tenggelam ke dalam al
Waly itulah sang wali benar-benar menjadi pengejawantahan al Waly.
Lantaran itu sang wali memiliki kekeramatan yang tidak bisa diukur
dengan akal pikiran manusia, dimana karamah itu sendiri pada hakekatnya
pengejawantahan al Waly. Dan lantaran itu pila yang dinamakan karamah
adalah sesuatu diluar kehendak sang wali pribadi. Semua itu semata-mata
kehendak-Nya mutlak.
066. Kekasih Allah itu ibarat cahaya. Jika ia berada di kejahuan,
kelihatan sekali terangnya. Namun jika cahaya itu didekatkan ke mata,
mata kita akan silau dan tidak bisa melihatnya dengan jelas. Semakin
dekat cahaya itu kemata maka kita akan semakin buta tidak bisa
melihatnya.
067. Engkau bisa melihat cahaya kewalian pada diri seseorang yang jauh
darimu. Namun engkau tidak bisa melihat cahaya kewalian yang memancar
dari diri orang-orang yang terdekat denganmu.
068. Saya hanya akan memberi sebuah petunjuk yang bisa digunakan untuk
meniti jembatam (shiratal mustaqim) ajaib ke arahnya. Saya katakan ajaib
karena jembatan itu bisa menjauhkan sekaligus mendekatkan jarak mereka
yang meniti dengan tujuan yang hendak dicapai.
069. Bagi kalangan awan, istighfar lazimnya dipahami sebagai upaya
memohon ampun kepada Allah sehingga mereka memperoleh pengampunan.
Tetapi bagi para salik, istighfar adalah upaya pembebasan dari belenggu
kekakuan kepada Allah sehingga memperoleh ampun yang menyingkap tabir
ghaib yang menyelubungi manusia. Sesungguhnya di dalam asma al Ghaffar
terangkum makna Maha Pengampun dan juga Maha menutupi, Maha
Menyembunyikan dan Maha Menyelubungi.
070. Semua itu terikat itu benar, hanya nama dan caranya saja yang
berbeda. Justru ”cara” itu menjadi salah dan sesat ketika sang salik
melihat menilai terlalu tinggi ”cara” yang diikutinya sehinga menafikan
”cara” yang lain.
071. Semua rintangan manusia itu berjumlah tujuh, karena kita adalah
makhluk yang hidup di atas permukaan bumi. Allah membentangkan tujuh
lapis langit yang kokoh di atas kita, sebagaimana bumipun berlapis
tujuh, dan samuderapun berlapis tujuh. Bahkan neraka berlapis tujuh.
Tidakkah anda ketahui bahwa suragapun berjumlah tujuh. Tidakkah Anda
ketahui bahwa dalam beribadaaah kepada Allah manusia diberi piranti
tujuh ayat yang diulang-ulang dari Al-Quran untuk menghubungkang
dengan-Nya? Tidakkah Anda sadari bahwa saat Anda sujud anggota badan
Anda yang menjadi tumpuan?
072. Di dunia manusia mati. Siang malam manusia berpikir dalam alam
kematian, mengharap-harap akan permulaan hidupnya. Hal ini mengherankan
sekali. Tetapi sesungguhnya manusia di dunia ini dalam alam kematian,
sebab di dunia ini banyak neraka yang dialami. Kesengsaraan, panas,
dingin, kebingungan, kekacauan, dan kehidupan manusia dalam alam yang
nyata.
073. Dalam alam ini manusia hidup mulia, mandiri diri pribadi, tiada
diperlukan lantaran ayah dan ibu. Ia berbuat menurut keinginan sendiri
tiada berasal dari angin, air, tanah, api, dan semua yang serba jasad.
Ia tidak menginginkan atau mengharap-harapkan kerusakan apapun. Maka apa
yang disebut Allah ialah barang baru, direka-reka menurut pikiran dan
perbuatan.
074. Orang-orang muda dan bodoh banyak yang diikat oleh budi, cipta
iblis laknat, kafir, syetan, dan angan-angan yang muluk-muluk, yang
menuntun mereka ke yang bukan-bukan. Orang jatuh ke dalam neraka dunia
karena ditarik oleh panca indera, menuruti N4FSU catur warna : hitam,
merah, kuning, serta putih, dalam jumlah yang besar sekali, yang masuk
ke dalam jiwa raganya.
075. Saya merindukan hidup saya dulu, tatkala saya masih suci tiada
terbayangkan, tiada kenal arah, tiada kenal tempat, tiada tahu hitam,
merah, putih, hijau, biru dan kuning. Kapankah saya kembali ke kehidupan
saya yang dulu? Kelahiranku di dunia alam kematian itu demikian susah
payahnya karena saya memiliki hati sebagai orang yang mengandung sifat
baru.
076. Kelahiranku di dunia kematian itu demikian susah payahnya karena
saya memiliki hati sebagai orang yang mengandung sifat baru.
077. Keinginan baru, kodrat, irodat, samak, basar dan ’aliman.
Betul-betul terasa amat berat di alam kematian ini. Panca pranawa kudus,
yaitu lima penerangan suci, semua sifat saya, baik yang dalam maupun
yang luar, tidak ada yang saya semuanya iti berwujud najis, kotor dan
akan menjadi racun. Beraneka ragam terdapat tersebut dalam alam kematian
ini. Di dunia kematian, manusia terikat oleh panca indera, menggunakan
keinginan hidup, yang dua puluh sifatnya, sehingga saya hampir
tergila-gila dalam kematian ini.
078. Hidup itu bersifat baru dan dilengkapi dengan panca indera. Panca
indera ini merupakan barang pinjaman, yang jika sudah diminta oleh yang
mempunyai, akan menjadi tanah dan membusuk, hancur lebur bersifat najis,
oleh karena itu panca indera tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup.
Demikian pula budi, pikiran, angan-angan dan kesadaran, berasal dari
panca indera, tidak dapat dipakai sebagai pandangan hidup. Akal dapat
menjadi gila, sedih, bingung, lupa, tidur dan sering kali tidak jujur.
Akal itu pula yang siang malam mengajak kita berbuat dengki, bahkan
merusak kebahagian orang lain. Dengki juga akan menimbulkan kejahatan,
kesombongan yang pada akhirnya membawa manusia ke dalam kenistaan dan
menodai citranya. Kalau sudah samapai sedemikian parahnya manuasia
biasanya baru menyesali perbuatannya.
079. Apakah tidak tahu bahwa penampilan bentuk daging, urat, sungsum,
bisa merusak dan bagaimana cara anda memperbaikinya. Biarpun
bersembahyang seribu kali tiap harinya akhirnya mati juga. Meskipun
badan anda, anda tutupi akhirnya kena debu juga. Tetapi jika penampilan
bentuknya seperti Tuhan, apakah para wali dapat membawa pulang
dagingnya, saya rasa tidak dapat. Alam semesta ini adalah baru. Tuhan
tidak akan membentuk dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat
tatanan baru.
080. Mayat-mayat berkeliaran kemana-mana, ke Utara dan ke Timur, mencari
makan dan sandang yang bagus dan permata serta perhiasan yang
berkilauan, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah mayat-mayat belaka.
Yang naik kenderaan, dokar atau bendi itu juga mayat, meskipun
seringkali ia berwatak keji terhadap sesamanya.
081. Orang yang dihadapi oleh hamba sahayanya, duduk di kursi, kaya
raya, mempunyai tanah dan rumah yang mewah, mereka sangat senang dan
bangga. Apakah ia tidak tahu, bahwa semua benda yang terdapat di dunia
akan musnah menjadi tanah. Meskipun demikian ia bersifat sombong lagi
congkak. Oh, berbelas kasihan saya kepadanya. Ia tidak tahu akan
sifat-sifat dan citra dirinya sebagai mayat. Ia merasa dirinya yang
paling cukup pandai.
082. Di alam kematian ada surga dan neraka, dijumpai untung serta sial.
Keadaan di dunia seperti ini menurut Syekh Siti Jenar, sesuai dengan
dalil Samarakandi ”al mayit pikruhi fayajitu kabilahu” artinya
Sesungguhnya orang yang mati, menemukan jiwa raga dan memperoleh pahala
surga serta neraka.
083. ”Keadaan itulah yang dialami manusia sekarang” demikian pendapat
Syekh Siti Jenar, yang pada akhirnya Siti Jenar siang malam berusaha
untuk mensucikan budi serta menguasai ilmu luhur dengan kemuliaan jiwa.
084. Di alam kematian terdapat surga dan neraka, yakni bertemu dengan
kebahagian dan kecelakaan, dipenuhi oleh hamparan keduniawian. Ini cocok
dengan dalil Samarakandi analmayit pikutri, wayajidu katibahu.
Sesungguhnya orang mati itu akan mendapatkan raga bangkainya, terkena
pahala surga serta neraka.
085. Surga neraka tidaklah kekal dan dapat lebur, ataupun letaknya hanya
dalam rasa hati masing-masing pribadi, senang puas itulah surga, adapun
neraka ialah jengkel, kecewa dalam hati. Bahwa surga neraka terdapat
dia akhirat. Itulah hal yang semata khayal tidak termakan akal.
086. Sesungguhnya, menurut ajaran Islam pun, surga dan neraka itu tidak
kekal. Yang menganggap kekal surga neraka itu adalah kalangan awam.
Sesungguhnya mereka berdua wajib rusak dan binasa. Hanya Allah Dzat yang
wajib abadi, kekal, langgeng, dan azali.
087. Sesungguhnya, tempat kebahagian dan kemulian yang disebut swarga
oleh orang-orang Hindu-Budha, di dalam Islam disebut dengan nama Jannah
(taman), yang bermakna tempat sangat menyenangkan yang di dalamnya hanya
terdapat kebahagian dan kegembiraan. Hampir mirip dengan swarga yang
dikenal di dalam Syiwa-Budha, di dalam Islam dikenal ada tujuh surga
besar yang disebut ’alailliyyin,al-Firdaus, al-Adn, an-Na’im, al-Khuld,
al-Mawa, dan Darussalam. Di surga-surga itulah amalan orang-orang yang
baik ditempatkan sesuai amal ibadahnya selam hidup di dunia.
088. Sementara itu, tidak berbeda dengan ajaran Syiwa-Budha yang
meyakini adanya Alam Bawah, yaitu neraka yang bertingkat-tingkat dan
jumlahnya sebanyak jenis siksaan, Islam pun mengajarkan demikian. Jika
dalam ajaran Syiwa-Budha dikenal ada tujuh neraka besar yaitu, Sutala,
Wtala, Talata, Mahatala, Satala, Atala, dan Patala. Maka dalam Islam
juga dikenal tingkatan neraka yaitu, Jahannam, Huthama, Hawiyah, Saqar,
Jahim, dal Wail.
089. Sebetulnya yang disebut awal dan akhir itu berda dalam cipta kita
pribadi, seumpama jasad di dalam kehidupan ini sebelum dilengkapi dengan
perabot lengkap, seperti umur 60 tahun, disitu masih disebut sebagai
awal, maka disebut masyriq (timur) yang maknanya mengangkat atau awal
penetapan manusia, serta genapnya hidup.
090. Yang saya sebut Maghrib (Barat) itu penghabisan, maksudnya saat
penghabisan mendekati akhir, maksudnya setelah melali segala hidup di
dunia. Maka, sejatinya awal itu memulai, akhir mengakhiri. Jika memang
bukan adanya zaman alam dunia atau zaman akhirat, itu semua masih dalam
keadaan hidup semua.
091. Untuk keadaan kematian saya sebut akhirat, hanyalah bentuk dari
bergantinya keadaan saja. Adapun sesungguhnya mati itu juga kiamat.
Kiamat itu perkumpulan, mati itu roh, jadi semua roh itu kalau sudah
menjadi satu hanya tinggal kesempurnaannya saja.
092. Moksanya roh saya sebut mati, karena dari roh itu terwujud
keberadaan Dzat semua, letaknya kesempurnaan roh itu adalah musnahnya
Dzat. Akan tetapi bagi penerapan ma’rifat hanya yang waspada dan tepat
yang bisa menerapkan aturannya. Disamping semua itu, sesungguhnya
semuanya juga hanya akan kembali kepada asalnya masing-masing.
093. Ketahuilah, bahwa surga dan neraka itu dua wujud, terjadinya dari
keadaan, wujud makhluk itu dari kejadian. Surga dan neraka sekarang
sudah tampak, terbentuk oleh kejadian yang nyata.
094. Saya berikan kiasan sebagai tanda bukti adanya surga, sekarang ini
sama sekali berdasarkan wujud dan kejadian di dunia. Surga yang luhur
itu terletak dalam perasaan hati yang senang. Tidak kurang orang duduk
dalam kenderaan yang bagus merasa sedih bahkan menangis tersedu-sedu,
sedang seorang pedagang keliling berjalan kaki sambil memikul barang
dagangannya menyanyi sepanjang jalan. Ia menyanyikan berbagai macam lagu
dengan suara yang terdengar mengalun merdu, sekalipun ia memikul,
menggendong, menjinjing atau menyunggi barang dagangannya pergi ke
Semarang. Ia itu menemukan surganya, karena merasa senang dan bahagia.
Ia tidur di rumah penginapan umum, berbantal kayu sebagai kalang kepala,
dikerumuni serangga penghisap darah, tetapi ia dapat tidur nyenyak.
095. Orang di surga segala macam barang serba ada, kalau ingin bepergian
serba enak, karena kereta bendi tersedia untuk mondar-mandir kemana
saja. Tetapi apabila nerakanya datang, menangislah ia bersama istri atau
suaminya dan anak-anaknya.
096. Manusia yang sejati itu ialah yang mempunyai hak dan kekuasaan
Tuhan yang Maha Kuasa, serta mandiri diri pribadi. Sebagai hamba ia
menjadi sukma, sedang Hyang Sukma menjadi nyawa. Hilangnya nyawa bersatu
padu dengan hampa dan kehampaan ini meliputi alam semesta.
097. Adanya Allah karena dzikir, sebab dengan berdzikir orang menjadi
tidak tahu akan adanya Dzat dan sifat-sifatnya. Nama untuk menyebut
Hyang Manon, yaitu Yang Maha Tahu, menyatukan diri hingga lenyap dan
terasa dalam pribadi. Ya dia ya saya. Maka dalam hati timbul gagagasan,
bahwa ia yang berdzikir menjadi Dzat yang mulia. Dalam alam kelanggengan
yang masih di dunia ini, dimanapun sama saja, hanya manusia yang ada.
Allah yang dirasakan adanya waktu orang berdzikir, tidak ada, jadi
gagasan yang palsu, sebab pada hakikatnya adanya Allah yang demikian itu
hanya karena nama saja.
098. Manusia yang melebihi sesamanya, memiliki dua puluh sifat, sehingga
dalam hal ini antara agama Hindu-Budha Jawa dan Islam sudah campur. Di
samping itu roh dan nama sudah bersatu. Jadi tiada kesukaran lagi
mengerti akan hal ini dan semua sangat mudah dipahami.
099. Manusia hidup dalam alam dunia ini hanya menghadapi dua masalah
yang saling berpasangan, yaitu baik buruk berpasangan dengan kamu, hidup
berjodoh dengan mati, Tuhan berhadapan dengan hambanya.
100. Orang hidup tiada merasakan ajal, orang berbuat baik tiada
merasakan berbuat buruk dan jiwa luhur tiada bertempat tinggal.
Demikianlah pengetahuan yang bijaksana, yang meliputi cakrawala
kehidupan, yang tiada berusaha mencari kemuliaan kematian, hidup
terserah kehendak masing-masing.
101. Keadaan hidup itu berupa bumi, angkasa, samudra dan gunung
seisinya, semua yang tumbuh di dunia, udara dan angin yang tersebar di
mana-mana, matahari dan bulan menyusup di langit dan keberadaan manusia
sebagai yang terutama.
102. Allah bukan jauhar manik, yaitu ratna mutu manikam, bukan jenazah dan rahasia yang ghaib....Syahadat itu kepalsuan.
103. akhirat di dunia ini tempatnya. Hidup dan matipun hanya didunia ini.
104. Bayi itu berasal dari desakan. Setelah menjadi tua menuruti kawan.
Karena terbiasa waktu kanak-kanak berkumpul dengan anak, setelah tua
berkumpul dengan orang tua. Berbincang-bincanglah mereka tentang nama
sunyi hampa, saling bohong membohongi, meskipun sifat-sifat dan wujud
mereka tidak diketahui.
105. Takdir itu tiada kenal mundur, sebab semuanya itu ada dalam kekuasaan Yang Murba Wasesa yang menguasai segala kejadian.
106. Orang mati tidak akan merasakan sakit, yang merasakan sakit itu
hidup yang masih mandiri dalam raga. Apabila jiwa saya telah melakukan
tugasnya, maka dia akan kembali ke alam aning anung, alam yang tentram
bahagia, aman damai dan abadi. Oleh karena itu saya tidak takut akan
bahaya apapun.
107. Menurut pendapat saya. Yang disebut ilmu itu ialah segala sesuatu yang tidak kelihatan oleh mata.
108. Mana ada Hyang Maha Suci? Baik di dunia maupun di akhirat sunyi.
Yang ada saya pribadi. Sesungguhnya besok saya hidup seorang diri tanpa
kawan yang menemani. Disitulah Dzatullah mesra bersatu menjadi saya.
109. Karena saya di dunia ini mati, luar dalam saya sekarang ini, yang di dalam hidupku besok, yang di luar kematianku sekarang.
110. Orang yang ingin pulang ke alam kehidupan tidak sukar, lebih-lebih
bagi murid Siti Jenar, sebab ia sudah paham dengan menguasai sebelumnya.
Di sini dia tahu rasanya di sana, di sana dia tahu rasanya di sini.
111. Tiada bimbang akan manunggalnya sukma, sukma dalam keheningan,
tersimpan di hati sanubari, terbukalah tirai, tak lain antara sadar dan
tidur, ibarat kaluar dari mimpi, menyusupi rasa jati.
112. Manusia tidak boleh memiliki daya atau keinginan yang buruk dan jelek.
113. Manusia tidak boleh berbohong.
114. Manusia tidak boleh mengeluarkan suara yang jorok, buruk, saru, tidak enak didengar, dan menyakiti orang lain.
115. Manusia tidak boleh memakan daging (hewan darat, udara ataupun air).
116. Manusia tidak boleh memakan nasi kecuali yang terbuat dari bahan jagung.
117. Manusia tidak boleh mengkhianati terhadap sesama manusia.
118. manusia tidak boleh meminum air yang tidak mengalir.
119. Manusia tidak boleh membuat dengki dan iri hari.
120. Manusia tidak boleh membuat fitnah.
121. Manusia tidak boleh membunuh seluruh isi jagad.
122. manusia tidak boleh memakan ikan atau daging dari hewan yang rusuh, tidak patut, tidak bersisik, atau tidak berbulu.
123. Bila jiwa badan lenyap, orang menemukan kehidupan dalam sukma yang
sungguh nyata dan tanpa bandingan. Ia dapat diumpamakan dengan isinya
buah kamumu. Pramana menampilkannya manunggal dengan asalnya dan
dilahirkan olehnya.
124. tetapi yang kau lihat, yang nampaknya sebagai sebuah boneka penuh
mutiara bercahaya indah, yang memancarkan sinar-sinar bernyala-nyala,
itu dinamakan pramana. Pramana itu kehidupan badan. Ia manunggal dengan
badan, tetapi tidak ambail bagian dalam suka dan dukanya. Ia berada di
dalam badan.
125. Tanpa turut tidur dan makan tanpa menderita kesakitan atau
kelaparan. Bila ia terpisah dari badan, maka badan ikut tertinggal tanpa
daya, lemah. Pramana itulah yang mampu mengemban rasa, karena ia
dihidupi oleh sukma. Kepadanya diberi anugrah mengemban kehidupan yang
dipandang sebagai rahasia rasa nya Dzat.
126. Penggosokan terjadi karena digerakkan oleh angin. Dari kayu yang
menjadi panas muncullah asap, kemudian api. Api maupun asap keluar dari
kayu. Perhatikanlah saat permulaan segala sesuatu, segala yang dapat
diraba dengan panca indera, keluar dari yang tidak kelihatan
tersembunyi…..
127. Ada orang yang menyepi dipantai. Mereka melakukan konsentrasi di
tepi laut. Buka dua hal yang mereka pikirkan. Hanya Pencipta semesta
alam yang menjadai pusat perhatiannya. Karena kecewa belum dapat
berjumpa dengan-Nya, maka mereka lupa makan dan tidur.
128. Badan jasmani disebut cermin lahir, karena merupakan cermin jauh
dari apa yang dicari dalam mencerminkan wajah dia yang ber-paes. Cermin
batin jauh lebih dekat.
129. Siang malam terus menerus mereka lakukan shalat. Dengan tiada
hentinya terdengarlah pujian dan dzikir mereka. Dan kadang mereka
mencari tempat lain dan melakukan konsentrasi di kesunyian hutan. Luar
biasalah usaha mereka, hanya Penciptalah yang menjadi pusat
pandangannya.
130. Badan cacat kita cela, keutamaan kerendahan hati kita puji, tetapi
keadaan kita ialah digerakkan dan didorong olek sukma. Tetapi sukma
tidak tampak, yang nampak hanya adan.
131. Cermin batin itu bukanlah cermin yang dipakai orang-orang biasa.
Cermin ini sangat istemewa, karena mendekati kenyataan. Bila kau
mengetahui badan yang sejati itulah yang dinamakan kematian terpilih.
132. Bila engkau melihat badanmu, Aku turut dilihat … Bila kau tidak memandang dirimu begitu, kau sungguh tersesat.
133. Sukma tidak jauh dari pribadi. Ia tinggal di tempat itu jua. Ia
jauh kalau dipandang jauh, tetapi dekat kalau dianggap dekat. Ia tidak
kelihatan, karena antara Dia dan manusia terdapat kekuadaan-Nya yang
meresapi segala-galanya.
134. Hyang Sukma Purba menyembunyikan Diri terhadap peglihatan, sehingga
ia lenyap sama sekali dan tak dapat dilihat. Kontemplasi terhadap Dia
yang benar lenyap dan berhenti. Jalan untuk menemukan-Nya dilacak
kembali dari puncak gunung.
135. Tetapi Hyang Sukma sendiri tidak dapat dilihat. Cepat orang turun
dari gunung dan dengan seksama orang melihat ke kiri ke kanan. Namun Dia
tidak ditemukan, hati orang itu berlalu penuh duka cita dan kerinduan.
136. Hendaklah waspada terhadap penghayatan roroning atunggil agar tiada
ragu terhadap bersatunya sukma, penghayatan ini terbuka di dalam
penyepian, tersimpan di dalam kalbu. Adapun proses terungkapnya tabir
penutup alam gaib, laksana terlintasnya dlam kantuk bagi orang yang
sedang mengantuk. Penghayatan gaib itu datang laksana lintasan mimpi.
Sesungguhnya orang yang telah menghayati semacam itu berarti telah
menerima anugrah Tuhan. Kembali ke alam sunyi. Tiada menghiraukan
kesenangan duniawi. Yang Maha Kuasa telah mencakup pada dirinya. Dia
telah kembali ke asal mulanya…..
137. Mati raga orang-orang ulama yang mengundurkan diri di dalam
kesunyian hutan ialah hanya memperhatikan yang satu itu tanpa membiarkan
pandangan mereka menyinpang. Mereka tidak menghiraukan kesukaran tempat
tinggal mereka hanya Dialah yang melindungi badan hidup mereka yang
diperlihatkan. Tak ada sesuatu yang lain yang mereka pandang, hanya Sang
Penciptalah yang mereka perhatikan.
138. Yang menciptakan mengemudi dunia adalah tanpa rupa atau suara.
Kalbu manusia yang dipandang sebagai wisma-Nya. Carilah Dia dengan
sungguh-sungguh, jangan sampai pandanganmu terbelah menjadi dua.
Peliharalah baik-baik iman kepercayaanmu dan tolaklah hawa nafsumu.
139. Bila kau masih menyembah dan memuji Tuhan dengan cara biasa, kau
baru memiliki pengetahuan yang kurang sempurna. Jangan terseyum
seolah-olah kau sudah mengerti, bila kau belum mengetahui ilmu sejati.
Itu semua hanya berupa tutur kata. Adapun kebenaran sejati ialah
meninggalkan sembah dan pujian yang diungkapkan dengan kata-kata.
140. Sembah dan puji sempurna ialah tidak memandang lagi adanya Tuhan,
serta mengenai adanya sendiri tidak lagi dipandang. Papan tulis dan
tulisan sudah lebur, kualitas tak ada lagi. Adamu tak dapat diubah. Lalu
apa yang masih mau dipandang. Tidak ada lagi sesuatu. Maklumilah