BelokKiri.Fest adalah kerja
kreatif kebudayaan dan intelektual yang digarap secara kolektif oleh kalangan
muda negeri ini. Kerja ini adalah perayaan atas perjalanan sejarah gemilang
bangsa kita, sejak kebangkitan semangat kebangsaan hingga perjuangan kemerdekaan
melawan kolonialisme yang terjadi lebih dari tujuh dekade silam.
Namun, setengah abad yang lalu, cita-cita dan semangat
emansipasi sosial para pendiri Republik itu, sayangnya, telah dihancurkan oleh
suatu rezim yang disebut Orde Baru dengan Suharto sebagai panglima tertingginya.
Lebih dari setengah juta manusia dibantai dan jutaan lainnya kehilangan hak-haknya sebagai warga negara Indonesia dan manusia.
Lebih dari setengah juta manusia dibantai dan jutaan lainnya kehilangan hak-haknya sebagai warga negara Indonesia dan manusia.
Mereka dikucilkan, disiksa, dipenjara tanpa diadili. Ratusan
ribu orang diperbudak dalam kamp kerja paksa. Orde baru bukan hanya
menginjak-injak hukum. Orde Baru juga menciptakan ‘hukumnya’ sendiri,
melancarkan propaganda dan teror dengan membasmi hingga ke akar-akarnya apa
yang dalam bahasa universal dunia disebut sebagai kaum Kiri.
Kaum kiri adalah mereka yang mengembangkan suatu posisi kritis
terhadap dehumanisasi akibat penghisapan dan penindasan kapitalisme. Kaum kiri
juga adalah mereka yang sedia berjuang bagi masa depan seluruh umat manusia
yang demokratis dan emansipatoris. Bukan hanya itu. Semua gagasan, pikiran dan
perjuangan garda depan yang sesungguhnya merupakan inti dari nasionalisme
Indonesia dan perlawanan terhadap kolonialisme pun dibungkam, dilarang, dan
dihancurkan oleh rezim Suharto dan antek-anteknya.
Sejarah gemilang perjuangan kemerdekaan Indonesia dan
penghancuran terhadap semangat dan cita-cita para pendiri Republik dua dekade
kemudian di atas adalah intisari dari buku “Sejarah Gerakan Kiri di Indonesia
untuk Pemula”. Hari ini, 27 Februari 2016, kami merencanakan peluncuran buku
yang disusul serangkain acara pameran, diskusi, lokakarya, dan pertukaran
pengalaman dan gagasan-gagasan kiri.
Karya kolektif ini dengan rendah hati kami persembahkan kepada
rakyat Indonesia, kepada kaum muda yang mengemban cita-cita, dan menjadi
tumpuan harapan masa depan Indonesia.
Untuk itulah kami memilih Taman Ismail Marsuki, salah satu
wahana pendidikan, ekspresi seni dan budaya yang terhormat dan tertua di
Jakarta sebagai lokasi penyelenggaraan Festival ini.
Taman Ismail Marzuki kami andaikan sebagai tempat yang bisa
mempertemukan mereka-mereka yang punya pikiran dan semangat untuk membangun
Indonesia ke depan yang lebih baik. Akan tetapi menjelang acara dibuka, kami
tidak memperoleh izin oleh UPT TIM dan Aparat Kepolisian—sebagaimana yang sudah
dijelaskan pada kronologi dan siaran pers—sehingga kami terpaksa membatalkan kegiatan
tersebut di tempat ini.
Permintaan pembatalan, dengan alasan aturan izin keramaian dan
ancaman pembubaran dari kelompok tertentu merupakan dalih yang dikemukakan oleh
pihak Kepolisian. Otoritas adminstrasi TIM pun tidak memberikan alasan yang
masuk akal, selain izin yang belum kami dapatkan dari Kepolisian. Ancaman dan
pelarangan serupa ini bukan pertama kali terjadi. Berbagai acara serupa semakin
mentradisi dan menjadi kebiasaan.
Alih-alih menjamin dan melindungi kebebasan berpendapat,
khusunya kebebasan bereskpresi yang dijamin Konstitusi, pihak Kepolisian malah
membungkam kami dengan berbagai dalih, termasuk ikut mengintimidasi dan tidak
mencegah ancaman kekerasan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak
menghormati kemerdekaan berpendapat.
Yang juga patut disesalkan adalah sikap UPT TIM. Mereka lebih
tunduk pada berbagai aturan yang mengekang dan membatasi kebebasan
berpendapat/berekpresi secara tidak sah dan tidak proposional ketimbang
menjalankan mandatnya sebagai pengelola suatu lembaga yang seharusnya menjamin
hak-hak setiap orang untuk berkesenian dan mengekspresikan serta berpartispasi
dalam urusan pendidikan dan kebudayaan. Inilah wajah paling menyedihkan dari
para birokrat kesenian.
Kami, seperti suri teladan para pendiri Republik tercinta ini, tidak akan pernah menyerah dan terus berjuang untuk merebut kembali hak-hak dan kemerdekaan yang telah dirampas oleh otoritarianisme Orde Baru selama 32 tahun dan yang kini hendak direnggut kembali. Indonesia tetap ada dan akan menjadi lebih baik karena perlawanan terhadap kezaliman dan kebodohan terus dikumandangkan. Oleh karena itu, sebagaimana sikap banyak kawan-kawan yang tersebar di seluruh pelosok nusantara, kami tetap berlawan. Kami tetap menentang kezaliman dan kebodohan di negeri ini. Berjuang, berjuang, dan berjuang.
Kami, seperti suri teladan para pendiri Republik tercinta ini, tidak akan pernah menyerah dan terus berjuang untuk merebut kembali hak-hak dan kemerdekaan yang telah dirampas oleh otoritarianisme Orde Baru selama 32 tahun dan yang kini hendak direnggut kembali. Indonesia tetap ada dan akan menjadi lebih baik karena perlawanan terhadap kezaliman dan kebodohan terus dikumandangkan. Oleh karena itu, sebagaimana sikap banyak kawan-kawan yang tersebar di seluruh pelosok nusantara, kami tetap berlawan. Kami tetap menentang kezaliman dan kebodohan di negeri ini. Berjuang, berjuang, dan berjuang.
Salam Juang,
Komite BelokKiri.Fest
https://www.youtube.com/watch?v=oP_vmrHk8Zs&feature=share
0 komentar:
Posting Komentar