9 April 2016 |
Penyakit kanker tidak dapat dihubungkan dengan perilaku merokok. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama membantah argumen aktivis anti rokok saat menyampaikan protes atas penyelenggaraan World Tobacco Process and Machinery (WTPM).
Pendapat Ahok sesuai dengan hasil riset yang dikeluarkan World Health Organization (WHO). Lewat badan riset khusus penyakit kanker, The International Agency for Research on Cancer (IARC) pada 2013 dibuktikan bahwa faktor utama penyebab kanker adalah polusi udara. Polusi udara bisa berasal dari asap knalpot mobil, asap dari pembangkit listrik, emisi pertanian dan industri, dan proses pemanasan yang dihasilkan oleh rumah-rumah penduduk.
Aktivis anti rokok selama ini menunjuk rokok sebagai penyebab utama kematian akibat kanker. Kurt Straif, dokter dan peneliti dari IARC menyatakan bahwa 223.000 kasus kematian akibat kanker paru-paru di seluruh dunia disebabkan oleh polusi udara. Dampak polusi pada kesehatan setara dengan radiasi UV dan plutonium.
Sebagai bukti, Kurt menyebut negara-negara yang industrinya sedang bergeliat seperti Tiongkok dan kawasan Asia Timur lainnya adalah negara-negara dengan jumlah penderita kanker paling banyak. Selain kanker paru-paru, polusi udara juga menyebabkan kanker kandung kemih dan kanker lainnya.
Sekarang kita tahu bahwa polusi udara bukan hanya risiko utama dari kesehatan secara umum, namun juga penyebab utama kematian akibat kanker. Rekomendasi riset WHO tersebut menyarankan kepada seluruh pemerintah agar segera ambil tindakan mengurangi polusi udara.
Masuk akal jika Ahok meminta aktivis anti-rokok agar tidak menghubung-hubungkan jumlah penderita kanker dengan perilaku merokok. Tanpa bukti riset yang kuat tuduhan para aktivis anti rokok sama saja omong kosong.
0 komentar:
Posting Komentar