Test Footer 2

Selasa, 11 Februari 2020

Entropi Budaya (toxic culture) dan kinerja ANS/PNS


Dalam wacana 'Transformasi Budaya Perusahaan' dikenal istilah Entropi Budaya/ Toxic Culture yaitu energi dalam kelompok yang digunakan untuk pekerjaan yang tidak produktif. Entropi budaya mengukur konflik, friksi, dan keputusasaan yang muncul dalam sebuah organisasi atau perusahaan.


Mengapa satu budaya organisasi seperti korporasi atau instansi pemerintah lebih entropis dari yang lain? Entropi budaya adalah mengukur energi yang terbuang percuma di tempat kerja. Memang berbeda-beda prosentasenya, ada yang tinggi dan ada yang rendah, contoh sederhana, saya umpamakan sebuah organisasi itu adalah sebuah mobil yang memiliki tingkat konsumsi bahan bakarnya 1:10, atau setiap satu liter bensin bisa menjangkau 10 km. Akan tetapi kenyataannya 1 liter bensin yang dikonsumsi hanya mampu mencapai 5 km saja. Artinya entropi mobil itu adalah 50% akibat karat dan aus. Entropi budaya yang tinggi akan menurunkan kinerja organisasi, akibat energi yang terbuang percuma, sebaliknya entropi rendah maka akan meningkatkan kinerja organisasi secara efisien.

Entropi budaya di sebuah organisasi sesungguhnya adalah cerminan dari entropi pribadi pemimpinnya, atau warisan entropi pribadi pemimpin sebelumnya. Entropi pribadi dalam suatu organisasi bahkan dilembagakan melalui sistem birokrasi masa lalu yang panjang berbelit dan proses yang membutuhkan hirarki dalam pengambilan setiap keputusan, atau kekakuan karena struktur organisasi yang tidak efisien. Entropi budaya yang disebabkan oleh pemimpin saat ini biasanya muncul dalam bentuk: kontrol berlebihan dan kehati-hatian akibat saling tidak percaya, saling menyalahkan, kompetisi internal, dan ketidakjelasan wewenang.

Entropi budaya organisasi, kor­porasi atau instansi sesungguhnya adalah refleksi langsung dari entropi pribadi sang pemimpin itu sendiri. Ini adalah jumlah energi ditimbulkan karena ketakutan seorang pemimpin yang diekspresikan dalam interaksi sehari-hari dengan orang-orang dalam organi­sasi. Kekhawatiran pemimpin da­pat menimbulkan tindakan seperti: kontrol berlebih, terlalu berhati-hati dan lain sebagainya.

Penyebab utama entropi pribadi adalah ketakutan di alam bawah sadar dalam pengambilan keputusan. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan penguasaan pribadi, didukung oleh pembelajaran skill kepemimpinan untuk menciptakan keselarasan pribadi (personal alignment).

Penelitian menunjukkan ada­nya korelasi yang jelas antara pemimpin dengan entropi budaya organisasi. Ada dua hasil peneli­tian yang cukup ekstrim yang me­nunjukkan hubungan tersebut yang pertama disebut Pemimpin Entropi Tinggi dan Pemimpin Entropi Rendah. Pemimpin yang memiliki tingkat entropi tinggi akan menghasilkan tim berkiner­ja rendah.

Apabila entropi priba­di 64 persen maka mengakibatkan entropi budaya timnya juga tinggi yaitu 38 persen. Pemimpin entropi rendah mengakibatkan tim berkinerja tinggi, entropi pri­badi pemimpinnya relatif rendah sebesar 9 persen, dan entropi bu­daya tim juga rendah sebesar 7 persen. Artinya pemimpin sesungguhnya adalah penyebab utama dari entropi budaya organi­sasi, korporasi ataupun instansi.

Cara untuk mengurangi waris­an entropis pemimpin masa lalu adalah dengan melakukan: de-la­yering, re-strukturisasi, dan de-biro­kratisasi dan transformasi budaya. Bukan dengan menaikkan gaji secara membabi buta dan janji2 tunjangan yg berlebihan yang sekarang ini diumbar ole pemerintah pusat maupun daerah.

*Dikutip dari beberapa sumber.

0 komentar:

Posting Komentar