Kamis, 13 November 2014 | Leon Trotsky (30 Oktober 1937)
Sungguh sulit dipercaya kalau 10 tahun lagi Manifesto Partai Komunis
akan berumur 100 tahun! Pamflet tersebut, yang menunjukkan kejeniusan
yang lebih besar daripada sosok manapun di dunia literatur, bahkan masih
mengejutkan kita hari ini dengan kesegarannya. Bagian-bagian terpenting
dari pamflet tersebut seakan-akan ditulis kemarin. Jelas sekali, para
penulisnya yang muda (Marx berumur 29 tahun, Engels berumur 27 tahun)
mampu melihat lebih jauh ke depan dibandingkan siapa pun sebelum mereka,
dan mungkin siapa pun setelah mereka.
Semenjak pendahuluan yang mereka tulis bersama untuk edisi tahun
1872, Marx dan Engels menyatakan bahwa kendati beberapa kalimat sekunder
di dalam Manifesto telah menjadi kuno, mereka merasa mereka tidak punya
lagi hak untuk mengubah teks ini karena Manifesto Komunis telah menjadi
sebuah dokumen bersejarah, selama periode 25 tahun semenjak
diterbitkannya. Enam puluh lima tahun telah berlalu sejak itu. Sejumlah
kalimat di dalam Manifesto telah surut bahkan lebih jauh lagi ke masa
lalu. Kita akan mencoba menjabarkan secara singkat di dalam pendahuluan
ini gagasan-gagasan di dalam Manifesto Komunis yang masih memiliki
kekuatan penuhnya hari ini dan gagasan-gagasan yang membutuhkan
perubahan penting atau penekanan.
1. Konsepsi materialis atas sejarah, yang ditemukan oleh Marx dan
digunakan dengan sangat berhasil di dalam Manifesto Komunis, telah
sepenuhnya teruji oleh peristiwa-peristiwa dan berhasil menahan
pukulan-pukulan kritik yang keras. Hari ini ia adalah salah satu
instrumen pemikiran manusia yang paling berharga. Semua interpretasi
proses sejarah lain telah kehilangan semua makna ilmiahnya. Kita dapat
menyatakan dengan kepastian bahwa di masa sekarang kita tidak akan bisa
menjadi seorang militan revolusioner, atau bahkan seorang pengamat
politik yang handal, tanpa menyerap interpretasi materialis atas
sejarah.
2. Bab pertama dari Manifesto Komunis dibuka dengan kalimat berikut
ini: “Sejarah dari semua masyarakat yang ada hingga sekarang ini adalah
sejarah perjuangan kelas.” Postulat ini, kesimpulan terpenting yang
ditarik dari interpretasi materialis atas sejarah, segera menjadi sebuah
isu di dalam perjuangan kelas. Orang-orang munafik yang reaksioner,
para doktriner liberal, dan para demokrat idealis segera melemparkan
serangan-serangan yang penuh racun ke teori ini, yakni teori yang
membantah pemahaman lama yang mengatakan bahwa kekuatan pendorong
sejarah adalah perjuangan kepentingan-kepentingan material untuk
“kesejahteraan bersama”, “persatuan nasional”, dan “kebenaran moral
yang abadi”. Mereka kemudian diikuti oleh rekrut-rekrut baru dari
jajaran gerakan buruh itu sendiri, oleh kaum revisionis, yakni
orang-orang yang ingin mengkaji (“mengubah”) Marxisme dalam semangat
kolaborasi kelas dan konsiliasi kelas. Akhirnya, di masa kita sendiri,
jalan yang sama telah diikuti dalam prakteknyaoleh para epigon terkutuk
dari Komunis Internasional[1] (kaum “Stalinis”): kebijakan Front Rakyat atau Front Popular[2]
mengalir sepenuhnya dari penyangkalan terhadap hukum-hukum perjuangan
kelas. Sementara, epos imperialisme, yang membawa semua
kontradiksi-kontradiksi sosial ke tensi tertingginya, justru adalah
fakta yang memberikan Manifesto Komunis kejayaan teoritisnya yang
tertinggi.
3. Anatomi kapitalisme, sebagai sebuah tahapan tertentu dalam
perkembangan ekonomi masyarakat, dijelaskan sepenuhnya oleh Marx dalam
Kapital (1867). Tetapi bahkan di dalam Manifesto Komunis garis-garis
utama dari analisa Kapital sudah terpatri dengan tegas: pembayaran
kemampuan kerja (labourpower) yang sesuai dengan biaya
produksinya; apropriasi nilai surplus oleh kaum kapitalis; kompetisi
sebagai hukum dasar relasi-relasi sosial; kehancuran kelas-kelas
menengah, yakni kelas borjuis kecil perkotaan dan kaum tani; konsentrasi
kekayaan di tangan segelintir pemilik properti yang semakin kecil
jumlahnya, di satu kutub, dan pertumbuhan kaum proletariat dalam jumlah,
di kutub yang lain; persiapan prakondisi-prakondisi material dan
politik untuk rejim sosialis.
4. Proposisi di dalam Manifesto Komunis yang mengatakan bahwa
kapitalisme cenderung menurunkan taraf hidup kaum buruh, dan bahkan
mengubahnya menjadi fakir miskin, telah diserang habis-habisan. Para
pendeta, para profesor, para jurnalis, para teoretikus Sosial
Demokratik, dan para pemimpin serikat buruh menentang apa-yang-disebut
“teori pemiskinan”. Mereka selalu menemukan tanda-tanda adanya
peningkatan kesejahteraan rakyat pekerja, dengan mencampur aduk buruh
aristokrat dan proletariat, atau melihat tendensi sementara sebagai
sesuatu yang permanen. Sementara, bahkan perkembangan kapitalisme yang
paing kuat di dunia, yakni kapitalisme Amerika Serikat, telah mengubah
jutaan buruh menjadi fakir miskin yang dihidupi oleh bantuan sosial dari
pemerintahan federal dan pemerintahan kota, atau derma pribadi. 5. Bertentangan dengan Manifesto Komunis, yang menggambarkan
krisis-krisis komersial dan industrial sebagai serangkaian bencana yang
semakin hari menjadi semakin ekstensif, kaum revisionis bersumpah bahwa
perkembangan trust-trust[3]
akan menjamin kontrol terhadap pasar, dan perlahan-lahan akan mengarah
pada penghilangan krisis. Akhir abad yang lalu dan awal dari abad
sekarang ini pada kenyataannya ditandai oleh sebuah perkembangan
kapitalisme yang begitu kuat sehingga membuat krisis-krisis tampak
seperti kemacetan “aksidental”. Tetapi epos ini telah berlalu dan tidak
akan kembali lagi. Pada analisa terakhir, kebenaran ternyata ada di sisi
Marx dalam masalah ini juga.
6. “Badan eksekutif negara modern tidak lain adalah sebuah komite
untuk mengelola urusan-urusan bersama seluruh kaum borjuasi.” Formula
yang ringkas ini, yang dilihat oleh para pemimpin Sosial Demokrasi
sebagai sebuah paradoks jurnalistik, mengandung satu-satunya teori
ilmiah mengenai negara. Demokrasi yang dibangun oleh kaum borjuasi
bukanlah, seperti pikir Bernstein dan Kautsky, sebuah karung kosong yang
bisa diisi dengan konten kelas apa pun. Demokrasi borjuis hanya dapat
melayani kelas borjuasi. Sebuah pemerintahan “Front Rakyat”, entah itu
dipimpin oleh Blum[4] atau Chautemps[5], Caballero[6] atau Negrin[7],
hanyalah “sebuah komite untuk mengelola masalah-masalah bersama seluruh
kaum borjuasi.” Bila “komite” ini tidak becus mengelola, kaum borjuasi
akan memecatnya.
7. “Setiap perjuangan kelas adalah perjuangan politik.”
“Mengorganisasi kaum proletariat sebagai sebuah kelas [adalah] sebagai
konsekuensinya mengorganisasinya ke dalam sebuah partai politik.”
Aktivis serikat buruh, di satu pihak, dan kaum anarko-sindikalis, di
pihak lain, sejak lama telah menjauhi – dan bahkan sekarang mencoba
menjauhi – pemahaman akan hukum historis ini. Serikat-buruhisme “murni”
sekarang telah menderita sebuah pukulan yang meremukkan di tempat
perlindungan utamanya: Amerika Serikat. Anarko-sindikalisme telah
menderita kekalahan telak di benteng pertahanan terakhirnya – Spanyol.
Di sini juga Manifesto terbukti benar
8.Kaum proletariat tidak dapat merebut kekuasaan di dalam kerangka
legalitas yang dibentuk oleh kaum borjuasi. “Kaum Komunis menyatakan
secara terbuka bahwa cita-cita mereka hanya bisa dicapai dengan
penumbangan paksa terhadap semua kondisi-kondisi sosial yang ada.”
Reformisme mencoba menjelaskan postulat dari Manifesto Komunis ini
dengan alasan bahwa gerakan pada saat itu belumlah matang, dan demokrasi
masih belum berkembang secara memadai. Nasib Italia, Jerman dan banyak
negeri “demokrasi” lainnya membuktikan bahwa “ketidakmatangan” adalah
ciri-ciri unik dari gagasan reformis itu sendiri.
9. Untuk membentuk masyarakat sosialis, kelas buruh harus
mengonsentrasikan ke dalam tangannya sebuah kekuatan yang demikian besar
sehingga mampu meremukkan semua rintangan politik yang menghalangi
jalannya ke sistem yang baru itu. “Kelas proletariat yang terorganisir
sebagai kelas penguasa” – inilah kediktatoran. Pada saat yang sama ini
adalah satu-satunya demokrasi proletarian yang sejati. Cakupan dan
kedalaman dari demokrasi proletarian ini bergantung pada kondisi-kondisi
historis yang konkret. Semakin banyak negara yang mengambil jalan
revolusi sosialis, maka semakin bebas dan semakin fleksibel bentuk yang
akan diambil oleh kediktatoran proletariat ini, dan semakin luas dan
dalam demokrasi buruh ini.
10. Perkembangan internasional dari kapitalisme telah mengkodratkan
karakter internasional dari revolusi proletarian. “Aksi yang tersatukan,
dari negeri-negeri beradab yang terutama setidaknya, adalah salah satu
prakondisi untuk emansipasi kaum proletariat.” Perkembangan kapitalisme
selanjutnya telah mengikat erat semua bagian dari planet kita, yang
“beradab” dan yang “tidak beradab”, sehingga masalah revolusi sosialis
telah sepenuhnya dan secara menentukan mengambil karakter internasional.
Birokrasi Soviet mencoba melikuidasi Manifesto Komunis sehubungan
dengan masalah fundamental ini. Degenerasi Bonapartis dari negara
Soviet adalah sebuah ilustrasi yang mencolok mata dari kekeliruan teori
sosialisme di satu negeri.
11. “Ketika, dalam perjalanan perkembangannya, perbedaan-perbedaan
kelas telah menghilang, dan semua produksi telah dipusatkan ke dalam
tangan sebuah perserikatan luas dari seluruh bangsa, pemerintahan publik
akan kehilangan karakter politiknya.” Dalam kata lain, negara akan
melayu. Masyarakat akan tetap ada, tetapi bebas dari belenggu negara.
Ini tidak lain adalah sosialisme. Teori yang sebaliknya: menguatnya
penindasan negara yang menyeramkan di Uni Soviet adalah bukti yang jelas
bahwa masyarakat Uni Soviet sedang bergerak menjauhi sosialisme.
12. “Kaum buruh tidak memiliki tanah air.” Kata-kata dari Manifesto
Komunis ini sering kali dianggap oleh kaum filistin hanya sebagai sebuah
frase agitasi yang pintar. Pada kenyataannya kata-kata ini menyediakan
kepada kaum proletariat satu-satunya panduan untuk menjawab masalah
“tanah air” kapitalis. Pelanggaran terhadap panduan ini[8] oleh Internasional Kedua[9] tidak hanya menyebabkan empat tahun kehancuran di Eropa[10], tetapi juga stagnasi kebudayaan dunia. Menimbang peperangan baru yang akan datang[11],
yang kedatangannya telah dibuka jalannya oleh pengkhianatan
Internasional Ketiga, Manifesto Komunis bahkan sekarang masih merupakan
panduan yang paling dapat diandalkan untuk menjawab permasalahan “tanah
air” kapitalis.
Dengan ini, kita melihat bagaimana karya bersama dan singkat dari dua
penulis ini [Marx dan Engels] terus menyediakan panduan-panduan penting
untuk masalah-masalah perjuangan emansipasi yang paling penting dan
paling mendesak. Buku lain mana yang dapat dibandingkan dengan Manifesto
Komunis? Tetapi ini tidak berarti bahwa setelah 90 tahun perkembangan
kekuatan-kekuatan produksi yang tanpa preseden dan perjuangan-perjuangan
sosial yang luas, Manifesto Komunis tidak membutuhkan koreksi atau
tambahan. Program dan prognosis diuji dan diperbaiki melalui pengalaman,
yang merupakan standar ukuran tertinggi untuk penalaran manusia.
Manifesto Komunis, juga, membutuhkan koreksi dan tambahan. Akan tetapi,
seperti yang telah dibuktikan oleh pengalaman sejarah, koreksi-koreksi
dan tambahan-tambahan ini hanya dapat dibuat secara berhasil dengan
menggunakan metode yang menjadi fondasi Manifesto Komunis itu sendiri.
Kita akan mencoba menjabarkan ini dalam beberapa contoh yang paling
penting.
1. Marx mengajarkan bahwa tidak ada sistem sosial yang akan angkat
kaki dari arena sejarah sebelum sistem sosial ini menghabiskan seluruh
potensi kreativitasnya. Manifesto Komunis mengkritik kapitalisme karena
ia menghambat perkembangan kekuatan-kekuatan produksi. Akan tetapi,
selama periode itu, dan juga pada dekade-dekade selanjutnya,
penghambatan ini hanya bersifat relatif. Bila saja pada paruh kedua abad
ke-19 kita bisa mengorganisasi ekonomi secara sosialis, maka tempo
pertumbuhan ekonomi akan jauh lebih cepat. Tetapi postulat teoritis yang
tak terbantahkan ini tidak menihilkan fakta bahwa kekuatan-kekuatan
produksi terus berkembang dalam skala dunia, sampai pada perang dunia
[Perang Dunia I]. Hanya pada 20 tahun terakhir, kendati pencapaian sains
dan teknologi yang paling modern, kita mulai saksikan epos stagnasi dan
bahkan kemunduran ekonomi dunia. Umat manusia mulai menghabiskan
kapital yang telah diakumulasinya, sementara perang yang akan datang
[Perang Dunia II] mengancam menghancurkan fondasi-fondasi peradaban
manusia untuk bertahun-tahun ke depan. Pengarang Manifesto Komunis
berpikir bahwa kapitalisme akan dirubuhkan jauh sebelum rejim kapitalis
yang relatif reaksioner ini berubah menjadi sebuah rejim yang
sungguh-sungguh reaksioner. Perubahan ini mengambil bentuk finalnya di
depan mata generasi hari ini, dan mengubah epos kita menjadi epos
peperangan, revolusi, dan fasisme.
2. Kekeliruan Marx dan Engels dalam penanggalan historis mengalir, di
satu pihak, dari menaksir terlalu rendah kemungkinan-kemungkinan laten
dalam kapitalisme, dan, di pihak lain, menaksir terlalu tinggi
kematangan revolusioner kaum proletariat. Revolusi 1848[12]
tidak berubah menjadi sebuah revolusi sosialis seperti yang
diperkirakan oleh Manifesto Komunis, tetapi membuka jalan bagi Jerman
untuk perkembangan kapitalis yang luas di masa depan. Komune Paris[13]
membuktikan bahwa kaum proletariat, tanpa memiliki kepemimpinan dari
sebuah partai revolusioner yang tertempa, tidak dapat merebut kekuasaan
dari kaum borjuasi. Sementara, periode kemakmuran kapitalis yang
berkepanjangan yang menyusul setelah Komune Paris bukannya membawa
edukasi bagi kaum pelopor revolusioner, tetapi justru membawa degenerasi
borjuis di antara aristokrasi buruh, yang pada gilirannya menjadi
hambatan terutama terhadap revolusi proletariat. Para pengarang
Manifesto Komunis tidak mungkin bisa memprediksi “dialektika” ini.
3. Bagi Manifesto Komunis, kapitalisme adalah kerajaan kompetisi
bebas. Sementara ia berbicara mengenai konsentrasi kapital yang terus
menguat, Manifesto Komunis tidak menarik kesimpulan yang diperlukan
mengenai monopoli, yang telah menjadi bentuk kapitalisme yang dominan di
epos kita hari ini dan prakondisi yang paling penting bagi ekonomi
sosialis. Hanya setelah itu, di dalam Kapital, Marx menjabarkan tendensi
transformasi persaingan bebas menjadi monopoli. Lenin-lah yang kemudian
memberikan karakterisasi ilmiah terhadap kapitalisme monopoli di dalam
bukunya Imperialisme [Imperialisme, Tahapan Tertinggi Kapitalisme].
4. Mendasarkan diri mereka dari contoh “Revolusi Industri” di
Inggris, para pengarang Manifesto Komunis menggambarkan proses likuidasi
kelas-kelas menengah (pengrajin, pedagang kecil, dan kaum tani) dan
proletarianisasi penuh kelas-kelas ini dengan terlalu unilateral. Pada
kenyataannya, kekuatan-kekuatan dasar kompetisi sangatlah jauh dari
menuntaskan kerja yang progresif dan juga barbar ini. Kapitalisme telah
menghancurkan kaum borjuis kecil dengan kecepatan yang jauh lebih cepat
daripada kemampuannya untuk mengubah mereka menjadi kaum proletar. Lebih
lanjut lagi, negara borjuis sejak lama telah mengimplementasi secara
sadar kebijakan untuk mempertahankan secara artifisial strata borjuis
kecil. Di kutub yang berlawanan, pertumbuhan teknologi dan rasionalisasi
industri skala besar menciptakan situasi pengangguran kronik dan
menghalangi proletarianisasi kaum borjuis kecil. Pada saat yang sama,
perkembangan kapitalisme telah mempercepat secara ekstrem pertumbuhan
pasukan teknisi, administrator, pekerja komersial, dalam kata lain apa
yang disebut “kelas menengah baru”. Sebagai akibatnya, kelas-kelas
menengah ini, yang menurut Manifesto Komunis akan melenyap, membentuk
sekitar setengah dari populasi bahkan di Jerman yang sangat
terindustrialisasi. Akan tetapi, mempertahankan secara artifisial strata
borjuis-kecil yang sudah usang ini sama sekali tidak melunakkan
kontradiksi-kontradiksi sosial yang ada. Sebaliknya, ini justru menanam
kebencian yang besar di antara strata borjuis kecil, dan bersama-sama
dengan pasukan pengangguran permanen [lumpenproletar] mereka adalah
ekspresi yang paling gelap dari kebusukan kapitalisme.
5. Ditulis dengan memperkirakan tibanya sebuah epos revolusi,
Manifesto Komunis mengandung (pada akhir Bab II) 10 tuntutan yang
disesuaikan untuk periode transisi langsung dari kapitalisme ke
sosialisme. Di pendahuluan mereka untuk edisi 1872, Marx dan Engels
menyatakan bahwa sebagian tuntutan ini sudah usang dan hanya memiliki
signifikansi yang sekunder. Kaum reformis menggunakan kata-kata Marx dan
Engels ini untuk mengartikan bahwa tuntutan transisional revolusioner
telah selamanya digantikan oleh “program minimum” Sosial Demokratik,
yang seperti kita ketahui dengan baik tidak melampaui batas-batas
demokrasi borjuasi. Pada kenyataannya, para pengarang Manifesto Komunis
ini mengindikasikan dengan cukup jelas koreksi utama dari program
transisional mereka, yakni, “kelas buruh tidak dapat begitu saja
mengambil kendali mesin negara yang sudah ada [baca: mesin negara
borjuasi – Pent.] dan menggunakannya untuk kepentingan mereka sendiri.”
Dalam kata lain, koreksi ini diarahkan untuk melawan fetisisme terhadap
demokrasi borjuasi. Marx kemudian mempertentangkan negara kapitalis
dengan negara tipe Komune [Paris]. “Tipe” ini kemudian mengambil bentuk
soviet[14]
yang lebih jelas. Hari ini tidak akan bisa ada sebuah program
revolusioner tanpa soviet dan tanpa kontrol buruh. Sepuluh tuntutan
Manifesto Komunis, yang tanpanya “usang” di dalam epos aktivitas
parlementer yang damai, hari ini telah sepenuhnya memperoleh kembali
signifikansi riil mereka. “Program minimum” Sosial Demokratik, di pihak
lain, telah menjadi usang dan menyedihkan.
6. Mendasarkan ekspektasi mereka bahwa “Revolusi borjuis Jerman [pada
1848] ... akan menjadi sebuah pembukaan untuk revolusi proletariat yang
akan segera menyusulnya,” Manifesto Komunis berbicara mengenai
kondisi-kondisi peradaban Eropa yang jauh lebih maju dibandingkan dengan
apa yang ada di Inggris pada abad ke-17 dan di Prancis pada abad ke-18,
dan perkembangan kaum proletariat yang jauh lebih besar. Kekeliruan
prognosis ini bukan hanya pada penanggalan. Revolusi 1848 mengungkapkan
dalam waktu beberapa bulan bahwa justru di bawah kondisi-kondisi yang
lebih maju ini semua kelas borjuasi tidak mampu menuntaskan revolusi.
Kelas borjuasi besar dan menengah terlalu terikat pada para tuan tanah,
dan mereka takut terhadap massa rakyat; kelas borjuis kecil terlalu
terpecah-pecah dan kepemimpinannya terlalu tergantung pada borjuasi
besar. Seperti yang telah dibuktikan oleh seluruh perkembangan di Eropa
dan Asia yang selanjutnya, revolusi borjuis dalam dirinya sendiri sudah
tidak bisa lagi dituntaskan. Penghapusan seluruh sampah feodal dari
masyarakat hanya mungkin terjadi bila kaum proletariat, yang bebas dari
pengaruh partai-partai borjuis, dapat memimpin kaum tani dan membangun
kediktatoran revolusioner. Dengan ini maka revolusi borjuis menjadi
terjalin dengan tahapan pertama revolusi sosialis, dan selanjutnya
menjadi bagian di dalamnya. Revolusi nasional dengan demikian menjadi
sebuah mata rantai dari revolusi dunia. Transformasi fondasi ekonomi dan
semua relasi-relasi sosial mengambil karakter yang permanen (tak
terinterupsi).
Bagi partai-partai revolusioner di negeri-negeri terbelakang di Asia,
Amerika Latin, dan Afrika, sebuah pemahaman yang jelas mengenai
hubungan organik antara revolusi demokratik dan kediktatoran proletariat
– dan oleh karenanya, revolusi sosialis internasional – adalah masalah
hidup-mati.
7. Manifesto Komunis menjelaskan bagaimana kapitalisme menarik
negeri-negeri terbelakang dan barbar ke dalam pusarannya. Akan tetapi
Manifesto Komunis tidak berbicara mengenai perjuangan kemerdekaan
negeri-negeri kolonial dan semi-kolonial. Sejauh Marx dan Engels
mempertimbangkan revolusi sosial “di negeri-negeri beradab yang utama
setidaknya” sebagai sesuatu yang akan terjadi dalam waktu beberapa tahun
ke depan, masalah kolonial akan terpecahkan secara otomatis bagi
mereka, bukan sebagai konsekuensi dari gerakan kemerdekaan dari
bangsa-bangsa yang terjajah ini tetapi sebagai konsekuensi dari
kemenangan kelas proletariat di pusat-pusat kapitalisme. Masalah
strategi revolusioner di negeri-negeri kolonial dan semi-kolonial oleh
karenanya tidak disentuh sama sekali oleh Manifesto Komunis. Namun
masalah ini menuntut solusi tersendiri. Contohnya, cukup jelas bahwa
“tanah air nasional” telah menjadi hambatan sejarah yang paling beracun
di negeri-negeri kapitalis maju, akan tetapi masalah “tanah air
nasional” masih merupakan sebuah faktor yang secara relatif progresif di
negeri-negeri terbelakang yang terdorong untuk berjuang demi
kemerdekaan mereka.
“Kaum Komunis dimana pun mendukung setiap gerakan revolusioner yang
melawan tatanan sosial dan politik yang ada,” tulis Manifesto Komunis.
Gerakan ras-ras berwarna dalam melawan penindas imperialis mereka adalah
salah satu gerakan yang paling penting dan kuat dalam melawan tatanan
yang ada dan oleh karenanya menuntut dukungan yang penuh, tanpa kondisi,
dan tak terbatas dari kaum proletariat kulit putih. Lenin adalah orang
yang paling bertanggung jawab dalam mengembangkan strategi revolusioner
bagi bangsa-bangsa atau nasionalitas-nasionalitas tertindas.
8. Bagian yang paling tua dan usang dari Manifesto Komunis – bukan
dalam hal metode tetapi dalam hal materi – adalah kritiknya terhadap
literatur-literatur “sosialis” pada paruh pertama abad ke-19 (Bab III)
dan definisi posisi kaum Komunis dalam hubungannya dengan berbagai
partai-partai oposisi (Bab IV). Gerakan-gerakan dan partai-partai yang
dijabarkan di Manifesto Komunis sudah tersapu habis oleh revolusi 1848
atau kontra-revolusi yang menyusulnya, sehingga kita hanya dapat mencari
nama mereka sekarang di kamus sejarah. Akan tetapi, di dalam bagian
ini, Manifesto Komunis mungkin lebih dekat dengan kita sekarang
dibandingkan pada generasi sebelumnya. Selama epos memekarnya
Internasional Kedua, ketika Marxisme tampaknya mendominasi,
gagasan-gagasan sosialisme pra-Marxis dapat dianggap telah terkubur
dalam-dalam di masa lalu. Sekarang ini telah berubah. Bangkrutnya Sosial
Demokrasi dan Komunis Internasional di setiap langkah telah menyebabkan
kemunduran ideologi yang mengerikan. Pikiran yang uzur tampaknya telah
menjadi kekanak-kanakan. Guna mencari formula yang dapat menjawab semua
pertanyaan, para nabi dari epos kemunduran ini menemukan kembali
doktrin-doktrin yang telah lama dikubur oleh sosialisme ilmiah.
Mengenai masalah partai-partai oposisi, dalam ranah inilah
dekade-dekade yang sudah lewat ini telah memperkenalkan
perubahan-perubahan yang paling dalam. Partai-partai yang lama bukan
hanya telah disingkirkan oleh partai-partai yang baru, tetapi karakter
partai-partai ini dan relasi di antara mereka juga telah berubah secara
radikal di bawah kondisi-kondisi epos imperialisme. Manifesto Komunis
oleh karenanya harus disuplemen dengan dokumen-dokumen terpenting dari
empat kongres pertama Komunis Internasional, karya-karya utama
Bolshevisme, dan keputusan-keputusan dari konferensi-konferensi
Internasional Keempat[15].
Kita telah mengatakan di atas bahwa menurut Marx tidak ada tatanan
sosial yang akan meninggalkan arena sejarah sebelum menghabiskan
potensi-potensi yang laten di dalamnya. Akan tetapi, bahkan sebuah
tatanan sosial yang usang tidak akan meninggalkan panggung sejarah tanpa
perlawanan. Perubahan rejim sosial mensyaratkan bentuk perjuangan kelas
yang paling keras, yakni revolusi. Bila kaum proletariat, untuk satu
alasan atau lainnya, terbukti tidak mampu menumbangkan tatanan borjuasi
yang sudah uzur ini dengan sebuah pukulan yang tegas, maka kapital
finans dalam usahanya untuk mempertahankan kekuasaannya yang tidak
stabil akan menggunakan kaum borjuis kecil yang sudah hancur dan
terdemoralisasi olehnya dan mengubahnya menjadi pasukan fasis.
Degenerasi borjuis dari Sosial Demokrasi dan degenerasi fasis dari kaum
borjuis kecil adalah dua hal yang saling terkait sebagai sebab dan
akibat.
Di periode sekarang ini, Internasional Ketiga menipu dan meremukkan
semangat rakyat pekerja di semua negeri, dan ia melakukan kerja ini
dengan jauh lebih ceroboh dibandingkan dengan Internasional Kedua.
Dengan membantai kaum pelopor proletariat Spanyol, para agen-agen
bayaran Moskow tidak hanya membuka jalan bagi fasisme tetapi mereka juga
membantu kerja kaum fasis. Krisis revolusi internasional yang
berkepanjangan, yang semakin berubah menjadi krisis peradaban manusia,
pada akhirnya dapat direduksi ke krisis kepemimpinan revolusioner.
Sebagai pewaris tradisi yang maha besar, dimana Manifesto Komunis
adalah mata rantai terpenting dari tradisi ini, Internasional Keempat
sedang mendidik kader-kader baru untuk menghadapi tugas-tugas lama.
Teori adalah realitas yang digeneralisasi. Di dalam sebuah sikap yang
jujur terhadap teori revolusioner terekspresikan sebuah keinginan yang
penuh semangat untuk membangun kembali realitas sosial. Di bagian
selatan Benua Hitam [Afrika], para kamerad kita adalah yang pertama
menerjemahkan Manifesto Komunis ke dalam bahasa Afrikaan, dan ini adalah
ilustrasi yang jelas bahwa pemikiran Marxis terus menyala hari ini
hanya di bawah panji Internasional Keempat. Masa depan adalah miliknya.
Ketika ulang tahun ke-100 Manifesto Komunis dirayakan, Internasional
Keempat akan sudah menjadi kekuatan revolusioner yang menentukan di
planet ini.[16]***
Ditulis: 30 Oktober, 1937
Pertama kali Diterbitkan: Dalam bahasa Afrikaan di
Afrika Selatan untuk edisi pertama Manifesto Komunis dalam bahasa
tersebut. Dalam bahasa Inggris di The New International [New York],
Vol.IV No.2, Februari 1938, hal.53-55, 63. Diterjemahkan oleh: Ted Sprague (8 November 2014). Sumber “NinetyYears of theCommunist Manifesto” dari Trotsky Internet Archive.
[1]
Komunis Internasional (1919-1943), disebut juga Internasional Ketiga.
Setelah kemenangan Revolusi Rusia pada tahun 1917 dan sementara republik
Soviet masih berjuang dalam Perang Sipil, Bolshevik menyerukan kepada
kaum revolusioner sedunia untuk datang ke Moskow dan membentuk sebuah
organisasi internasional baru dari kaum komunis yang revolusioner.
Tujuan dari Komunis Internasional adalah menyebarkan revolusi sosialis
ke seluruh dunia. Setelah Uni Soviet sendiri mulai mengalami degenerasi,
yakni setelah kematian Lenin dan pengasingan Trotsky, Komunis
Internasional mulai mengalami degenerasi. Komunis Internasional akhirnya
dibubarkan oleh Stalin pada tahun 1943 untuk berkompromi dengan
kekuatan Sekutu.
[2]Front
Rakyat atau Front Popular adalah taktik yang diusung oleh kaum Stalinis
di sejumlah negeri (Spanyol terutama, juga di Indonesia dimana PKI
menyerukan dukungan terhadap kaum borjuasi nasionalis “progresif” di
bawah Soekarno, lalu juga selama periode fasisme), dimana kelas buruh
didorong untuk melakukan aliansi kelas dengan kelas borjuasi “progresif”
dengan alasan bahwa tahapan revolusi saat ini adalah revolusi borjuis,
atau demi menghadang fasisme. Kebijakan Front Popular ini secara praktek
berarti mengebiri kemandirian kelas proletariat dan menjadi penghambat
kemenangan revolusi sosialis.
[3]Trust adalah sebuah perusahaan monopoli besar yang menguasai berbagai cabang industri dari hulu hingga hilir.
[4]Leon
Blum (1872-1950) adalah seorang politisi Prancis dari Partai Sosialis.
Pada saat kenaikan Hitler dan Nazi Jerman, dia membentuk Front Popular
dengan partai-partai kiri dan sentris lainnya pada bulan Mei 1936. Buruh
Prancis menyambut kemenangan Front Popular dengan pemogokan dan
pendudukan pabrik-pabrik mereka karena mereka melihat bahwa revolusi
sudah mulai bergulir, tetapi Leon Blum menyuruh para buruh untuk kembali
bekerja karena ia tidak percaya bahwa buruh bisa menang; dan akhirnya
gerakan buruh Prancis dipatahkan oleh para pemimpin reformis.
[5]Camille
Chautemps (1885-1963) adalah politisi dari partai Radikal (sebuah
partai borjuis liberal) di Prancis. Dia menjabat sebagai Perdana Menteri
Prancis pada 1930, 1933-34, dan 1937-38. Pada 1937 dia menggantikan
Leon Blum sebagai kepala pemerintahan Front Popular.
[6]Francisco
Largo Caballero (1869-1946) adalah seorang politisi dan aktivis serikat
buruh dari Spanyol. Dia memimpin Partai Buruh Sosialis Spanyol (PSOE)
dan Serikat Buruh Umum (UGT). Pada 1936-37 dia menjabat sebagai Perdana
Menteri Republik Spanyol Kedua (Pemerintahan Front Popular) selama
Perang Sipil Spanyol.
[7]Juan
Negrin (1892-1965) adalah pemimpin Partai Buruh Sosial Spanyol (PSOE).
Dia menggantikan Caballero sebagai Perdana Menteri Republik Spanyol
Kedua pada 1937-39, sebelum pemerintahannya ditumbangkan oleh Franco dan
kaum fasis.
[8]Pada
1914, para pemimpin Sosial Demokrasi dari Internasional Kedua
menyatakan dukungan mereka terhadap Perang Dunia Pertama dengan dalih
bahwa tugas kaum buruh adalah membela tanah air mereka.
[9]Internasional
Kedua dibentuk pada 1881 oleh partai-partai buruh massa Eropa.
Organisasi internasional ini mendasarkan dirinya pada gagasan Marxisme.
Akan tetapi dalam perjalanannya, banyak para pemimpin Internasional
Kedua mulai mengadopsi gagasan reformisme. Pada 1914, mayoritas seksi
Internasionale Kedua mendukung Perang Dunia Pertama, dan ini menandai
kehancuran organisasi tersebut.
[10]Akibat
keputusan dari para pemimpin Sosial Demokrasi dari Internasional kedua
untuk mendukung tiap-tiap negeri kapitalis mereka sendiri, meledaklah
Perang Dunia Pertama dari 1914-1918.
[11]Prognosis Leon Trotsky terbukti benar. Dua tahun setelah ditulisnya artikel ini, Perang Dunia Kedua meledak pada tahun 1939.
[12]Revolusi
1848 adalah serangkaian gejolak politik yang berlangsung di Eropa Barat
pada 1848. Ia adalah periode gelombang revolusioner yang paling luas di
dalam sejarah Eropa, tetapi dalam waktu satu tahun revolusi ini
dipatahkan dan kekuatan reaksioner merebut kendali. Revolusi ini
menyentuh terutama Prancis, Jerman, Belanda, Polandia, Italia, dan
Kerajaan Austria. Marx dan Engels menulis banyak mengenai Revolusi 1848
ini, seperti dalam karya-karya utama ini: “Revolusi dan Kontra-revolusi
di Jerman” dan “Brumaire XVIII Louis Bonaparte”.
[13]Komune
Paris adalah revolusi pekerja pertama yang berhasil merebut kekuasaan
walaupun hanya untuk sementara. Komune Paris berdiri dari 28 Maret
hingga 28 Mei 1871. Setelah kekalahan Prancis dalam perang
Franco-Prusia, Pemerintahan Pertahanan Nasional mengakhiri perang
melawan Jerman dengan syarat-syarat yang kejam, salah satunya pendudukan
Paris yang secara heroik telah bertahan selama enam bulan melawan
pengepungan oleh tentara Jerman. Rakyat pekerja Paris sangat marah
terhadap pendudukan ini dan menolak untuk bekerja sama dengan tentara
Jerman. Pada tanggal 18 Maret, pemerintahan Prancis yang baru, dipimpin
oleh Thiers, setelah mendapatkan izin dari Jerman, mengirim tentara ke
Paris untuk merebut persenjataan di dalam kota, serta untuk memastikan
agar rakyat pekerja Paris tidak dipersenjatai dan melawan Jerman. Rakyat
pekerja Paris melawan. Akibatnya Pemerintahan “Pertahanan Nasional”
Prancis menyatakan perang terhadap kota Paris. Pada tanggal 26 Maret
1871, dewan kota atau Komune Paris dibentuk yang terdiri dari para
pekerja dan prajurit yang terpilih. Kurang dari tiga bulan setelah
anggota-anggota Komune Paris dipilih, kota Paris diserang dengan
kekuatan penuh oleh tentara pemerintah Perancis. Tiga puluh ribu pekerja
tanpa senjata dibantai, ribuan orang ditembaki dijalan-jalan kota
Paris. Ribuan lainnya ditangkap dan 7.000 pekerja diasingkan dari
Prancis selamanya.
[14]Soviet
berarti “dewan” dalam bahasa Rusia. Dewan ini terbentuk pada masa
revolusi sebagai organ perlawanan dan kekuasaan kaum buruh, tani, dan
tentara. Soviet adalah organ demokrasi paling luas dari rakyat
tertindas, dengan demokrasi langsung yang partisipatoris. Terbentuk
pertama kalinya pada Revolusi 1905, soviet lalu muncul kembali pada
Revolusi Februari 1917, dan akhirnya di bawah kepemimpinan Bolshevik
berhasil merebut kekuasaan pada Revolusi Oktober.
[15]Internasional
Keempat adalah organisasi komunis internasional yang diluncurkan oleh
Trotsky setelah kebangkrutan dan degenerasi total dari Komunis
Internasional (Internasional Ketiga), terutama ketika Komintern tidak
bisa menghadang kemenangan fasisme di Jerman dan tidak bisa belajar dari
kekeliruan besar mereka ini. Pada 1933 Trotsky menyerukan perlunya
membentuk sebuah Internasional yang baru, dan baru pada 1938
Internasional Keempat resmi dideklarasi. Akan tetapi setelah kematian
Trotsky pada 1940, para pemimpin penerus Internasional Keempat ternyata
tidak mampu membangun organisasi ini pasca Perang Dunia II. Mereka
berayun-ayun dari oportunisme ke ultra-kiri-isme, terus mencari jalan
pintas dan dengan demikian menghancurkan Internasional Keempat.
Internasional Keempat mengalami perpecahan demi perpecahan dan akhirnya
bisa dikatakan hari ini ia sudah bukan lagi Internasional Keempatnya
Trotsky.
[16]Kematian
Leon Trotsky pada 1940 merupakan pukulan telak bagi Internasional
Keempat. Tanpa kepemimpinan politiknya, organisasi Internasional Keempat
yang masih muda ini tidak mampu menahan badai yang menerpanya.
Kader-kader muda Internasional Keempat tidak sempat dididik dengan baik
oleh Trotsky karena pembunuhan terhadapnya oleh agen Stalinis. Oleh
karenanya, para pemimpin penerus Trotsky tidak mampu memberikan arahan
yang dibutuhkan oleh Internasional Keempat setelah berakhirnya Perang
Dunia II. Situasi-situasi baru pasca Perang Dunia II menyebabkan
kebingungan yang besar di dalam gerakan revolusioner, terutama dengan
menguatnya Stalinisme dan reformisme. Akhirnya Internasional Keempat
secara organisasional ambruk pada 1950an, dengan berbagai krisis
internal dan perpecahan. Hari ini secara organisasi Internasional
Keempatnya Leon Trotsky sudah tidak ada lagi, walaupun ada beberapa
organisasi yang mengklaim sebagai Internasional Keempat. [Penerjemah]
0 komentar:
Posting Komentar