Test Footer 2

Kamis, 22 Desember 2016

Hari Ibu Bukan lah Mother's Day

Oleh: Tarli Nugroho


Peringatan Hari Ibu berbeda dengan peringatan Mother's Day di luar negeri. Jika peringatan Mother’s Day hanya bersifat penghormatan terhadap peran domestik kaum perempuan, maka peringatan Hari Ibu di Indonesia merupakan bentuk penghormatan terhadap perjuangan emansipasi kaum perempuan. Jadi, salah kaprah jika banyak orang kini justru memperingati Hari Ibu dengan semangat seperti Mother’s Day.
Tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu sejak tahun 1938, sebagai hasil Kongres Perempuan Indonesia III. Artinya, sebelum kita merdeka, tanggal 22 Desember telah diperingati sebagai Hari Ibu. Dan tanggal 22 Desember dipilih sebagai Hari Ibu karena merupakan tanggal keramat dalam gerakan kaum perempuan di tanah air. Diinspirasi oleh Kongres Pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda, pada tanggal itulah, 22 Desember 1928, Kongres Perempuan Indonesia I dihelat di Yogyakarta.
Pada kongres tersebut, berbagai organisasi perempuan hadir, seperti Wanita Utomo, Wanita Tamansiswa, Putri Indonesia, Malahayati, Aisyiyah, Jong Islamieten Bond bagian Wanita, Wanita Katholik, ataupun Jong Java bagian Perempuan. Dan hasil kongres waktu itu sangat maju, baik menurut ukuran hari ini, apalagi jika dilihat dari ukuran jamannya.
Kongres waktu itu, misalnya, mengirimkan mosi kepada pemerintah untuk memperbanyak sekolah bagi anak perempuan, mengusulkan pemberian beasiswa bagi anak-anak perempuan, serta penerbitan media yang akan dijadikan corong untuk memperjuangkan hak-hak dan kebutuhan perempuan. Jadi, Hari Ibu di Indonesia merupakan bentuk penghormatan terhadap semangat emansipasi perempuan.
Masalahnya, soal semangat emansipasi perempuan ini belakangan kemudian jadi terpersonifikasi pada figur Kartini. Repotnya, kita juga punya Hari Kartini, yang diperingati tiap tanggal 21 April, sehingga peringatan Hari Ibu pun jadi kian dimaknai tak berbeda dengan peringatan Mother's Day di luar negeri.
Perempuan adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Jadi, betapa besarnya pengaruh kaum perempuan bagi peradaban manusia. Para pejuang perempuan kita telah menyadari hal itu sejak lama, bahwa untuk menegakkan peradaban, kita pertama-tama harus memajukan kaum perempuan.
Oya, ngomong-ngomong soal peradaban, melalui peringatan Hari Ibu kita juga diingatkan bahwa para jomblo sesungguhnya merupakan ancaman serius terhadap masa depan peradaban manusia ðŸ˜‚ Hayo, Mblo, ndang nggolek pasangan. Lanjutkan peradaban umat manusia! 

0 komentar:

Posting Komentar