Oleh: Rudi Hartono
[Artikel ini disarikan dari Marta Harnecker: Fidel Castro’s Political Strategy: From Moncada to Victory]
Revolusi
Kuba adalah oase bagi gerakan revolusioner di jagat raya ini. Banyak
gerakan revolusioner di Amerika Latin, juga di Asia dan Afrika,
mengambil pelajaran dari Revolusi Kuba.
Salah satu
pelajaran terpenting dari Revolusi Kuba adalah keberhasilannya
menyatukan berbagai kekuatan sosial rakyat Kuba. Hal itu memungkinkan
penggulingan rezim Batista dan kemudian menjadi pembuka jalan menuju
sosialisme.
Di sini Fidel Castro punya andil besar.
Salah satunya adalah keberhasilan Fidel mengelaborasi sebuah strategi
politik untuk membangun kekuatan sosial, yang memungkinkan penggulingan
rezim Batista dan oligarki.
Fidel mengetahui
bagaimana mengidentifikasi secara jelas mata-rantai paling menentukan,
yang memungkinkan untuk mengambil alih keseluruhan rantai dan membuat
revolusi bergerak maju. Di sini, mata rantai yang paling menentukan
adalah perjuangan menggulingkan Batista.
Sebagai
konsekuensinya, harus ada penyatuan seluruh kekuatan sosial
anti-Batista. Artinya, bukan hanya menyatukan sektor dan klas
revolusioner, tetapi juga sektor reformis dan bahkan sektor reaksioner
yang berkontradiksi dengan Batista.
Strategi Fidel
punya landasan kuat. Bagi Fidel, kekuatan imperialis, dengan sokongan
koran, televisi, dan sarana komunikasi massa lainnya, menggunakan
kebohongan halus untuk mempromosikan perpecahan dan menanamkan rasa
takut kepada massa terhadap ide-ide revolusioner.
“Perpecahan
adalah produk segala macam prasangka, ide yang salah dan bohong;
sektarianisme; dogmatisme; kurangnya konsep umum dalam menganalisa peran
setiap strata sosial, dengan partainya, organisasi dan pemimpinnya,”
kata Fidel.
Menurut Fidel, semua hal di atas
menghalangi perlunya kesatuan aksi yang harus terjadi dikalangan
progressif dan demokratik. Hal itu merintangi upaya mengorganisir
mayoritas besar massa rakyat dalam perjuangan anti-imperialisme dan
anti-feodalisme. Fidel menyebut itu sebagai penyakit kekanak-kanakan
dalam gerakan revolusioner.
Pada tahun 1971, ketika
berbicara dengan mahasiswa Chile, Fidel memberikan pandangan menarik
mengenai penyatuan berbagai kekuatan revolusioner. Fidel mengatakan,
“hal ideal dalam politik adalah kesatuan pandangan, kesatuan doktrin,
kesatuan kekuatan dan kesatuan komando, sebagaimana dalam perang.”
Sebuah
revolusi memang menyerupai perang, kata Fidel. “Sangat sulit
membayangkan pertempuran, di tengah sebuah pertempuran, dengan sepuluh
strategi militer berbeda dan sepuluh taktik berbeda. Idealnya adalah
kesatuan,” ujar Fidel.
Idealnya memang harus
bersatu, tetapi kenyataannya bisa berbeda. Bagi Fidel, memang sulit
untuk mencapai kesatuan penuh. Namun, mari mencari kesatuan dalam
pandangan. “Kita mencari kesatuan dalam tujuan, kesatuan dalam isu yang
spesifik. Jika tidak mungkin untuk mencapai persatuan yang ideal, mari
kita bersama dalam sejumlah tujuan,” kata Fidel.
Revolusi Kuba memberikan tiga pelajaran penting terkait proses penyatuan kekuatan revolusioner:
Pertama,
pemimpin revolusioner harus menempatkan upaya menyatukan kekuatan
revolusioner sebagai perhatian utama. Dan untuk itu, seperti ditegaskan
Fidel, mereka harus menggunakan tujuan minimum, bukan maksimum, sebagai
titik tolak. Sebagai contoh, fakta Meksiko antara gerakan 26 Juli dan
Revolutionary Directorate.
Kedua, hal yang paling
banyak membantu dalam proses unifikasi kekuatan revolusional adalah
implementasi strategi yang terbukti banyak kebenarannya dalam perjuangan
melawan musuh utama. Jika hasilnya baik, maka kekuatan revolusioner
yang lain akan bergabung dalam perjuangan, di momen kemenangan, atau
beberapa bulan atau tahun berikutnya.
Ketiga,
seluruh partisipan (dalam aliansi) harus punya hak yang setara dan
setiap ‘penyakit superioritas’ yang mungkin muncul di satu atau lain
organisasi harus diperangi. Ini sangat penting untuk mencapai persatuan
kekuatan revolusioner yang jangka panjang. Dan, seperti diperingatkan
Fidel, ini berguna untuk memberikan evaluasi yang tepat terhadap
kontribusi setiap kekuatan revolusioner, tanpa menetapkan pembagian
kekuasaan baik berdasarkan derajat keikutsertaan mereka dalam revolusi
maupun berdasarkan jumlah anggota tiap organisasi.
Untuk
memerangi sektarianisme, Fidel mengatakan begini: “revolusi adalah
superior dibanding apa yang setiap kami kerjakan. Ini superior dan ini
lebih penting dari setiap organisasi di sini.”
Fidel
menggambarkan revolusi ibarat pohon besar, sedangkan
organisasi-organisasi revolusioner sebagai akarnya. Pohon besar itu
punya banyak akar. Semua akar, yang berasal dari arah yang berbeda,
disatukan oleh batang pohong besar itu.
Selain itu,
Fidel juga menekankan, bahwa besar dan kecilnya kekuatan revolusioner
cukup berpengaruh dalam persatuan. Ia menjelaskan: “Mengapa ketika kami
hanya berjumlah 120 orang bersenjata, kami tidak tertarik dengan
persatuan luas, namun kemudian, ketika kami sudah berjumlah ribuan, kami
tertarik untuk persatuan luas? Jawaban sederhana: ketika kami hanya 120
orang, persatuan berarti mayoritas di tangan elemen konservatif dan
reaksioner atau perwakilan kepentingan yang tidak revolusioner,
sekalipun menentang Batista. Namun, menjelang akhir perjuangan, ketika
semua organisasi yakin bahwa gerakan akan mencapai kemenangan dan tirani
akan dikalahkan, mereka akan tertarik untuk persatuan. Dan kami menjadi
kekuatan menentukan di dalamnya.”
0 komentar:
Posting Komentar