Berikut ini kami sajikan laporan dari Kongres ke-32 dari The
Struggle, sebuah organisasi Marxis di Pakistan yang merupakan seksi dari
International Marxist Tendency (IMT), yang dihadiri lebih dari 2500
kamerad. Kongres akbar ini menunjukkan kekuatan Marxisme di tengah
kegelapan reaksioner rejim Pakistan, dimana gagasan Marx, Engels, Lenin,
dan Trotsky dapat dibangun bahkan di tengah situasi yang teramat sulit.
Hari Pertama
Kongres ke-32 kaum Marxis Pakistan dibuka pada Sabtu, 9 Maret 2013.
Jumlah kamerad dan simpatisan yang hadir sungguh di luar dugaan.
Sebanyak 2769 kamerad mendaftarkan diri pada hari pertama. Hal ini
membuat perhelatan tersebut menjadi kongres yang paling besar dari yang
pernah diadakan sebelumnya. Kamerad-kamerad kita datang dari seantero
Pakistan dengan antusiasme yang luar biasa. Sementara itu, Pakistan
sedang terjerumus ke dalam krisis yang paling dalam di sepanjang
sejarahnya.
Menghadiri kongres yang digelar di Lahore ini, kamerad-kamerad kita
datang dari daerah-daerah yang jauh. Sejatinya ini tidak gampang. Sebab
mereka harus memikul banyak kesulitan, termasuk ongkos naik kereta dan
bus yang melonjak. Jawatan Kereta Api Pakistan sedang mengalami krisis
yang serius. Banyak kereta tidak diberangkatkan. Kereta-kereta itu
dicoret dari jadwal atau diprivatisasi. Ini semakin mempersulit para
penumpang. Karena kelangkaan BBM dan gas, untuk datang tepat waktu di
kongres sudah sangat sulit. Kendati demikian, Kamerad-kamerad kita telah
membajakan tekad. Mereka berangkat satu hari sebelum waktu yang
dijadwalkan. Mereka ingin memastikan agar mereka tidak tertunda barang
sekejap pun untuk mengikuti kongres.
Banyak mahasiswa, kaum muda yang menganggur, dan buruh tidak bisa
membayar ongkos transport dan iuran kongres. Tapi mereka berupaya dengan
sungguh-sungguh. Selama beberapa bulan terakhir mereka urunan
menggalang dana. Sebab mereka tidak ingin kehilangan kesempatan untuk
menghadiri kongres. Mereka juga ingin berperan penting dalam
pengambilan-pengambilan keputusan yang akan dilakukan dalam kongres.
Kongres dibuka dengan cara yang sudah menjadi tradisi kaum Marxis
Pakistan. Sebuah puisi revolusioner dibacakan dalam berbagai bahasa yang
digunakan di negeri itu: Pushto, Sindhi, Saraiki, Urdu, Punjabi, dan
Darri (campuran bahasa Persia dan bahasa Pushto).
Setelah
itu Kamerad Hamid Khan tampil. Dalam pidatonya ia mendedikasikan
kongres untuk mengenang Ted Grant. Spanduk kongres tahun ini merayakan
seratus tahun kelahiran Ted Grant. Kamerad Hamid menjelaskan, berkat
perjuangan yang dilakukan Ted Grant seumur hidupnya untuk menegakkan
idea-idea Marxisme yang sejati, secara khusus perjuangannya melawan
Stalinisme, Tendensi Marxis Internasional eksis hari ini.
Kemudian Hamid menyambut semua kamerad yang hadir di gedung
pertemuan, yang terdiri dari kaum muda (80% dari mereka yang hadir
adalah kaum muda!), kamerad-kamerad dari serikat buruh, dan kaum
perempuan. Jumlah perempuan yang hadir dalam kongres ini dua kali lebih
banyak daripada kongres tahun lalu. Ini merupakan pencapaian yang sangat
bermakna. Betapa tidak! Segregasi yang diterapkan dalam masyarakat
Pakistan telah mengurung kaum perempuan dalam penjara-penjara domestik –
rumah tangga mereka.
Kamerad Lal Khan, pendiri The Struggle (seksi Pakistan IMT) kemudian
dipanggil ke podium. Ia menjelaskan bahwa dengan jumlah kamerad yang
sudah hadir, dan dengan mereka yang akan datang pada hari berikutnya,
kongres ini akan menjadi kongres yang paling besar dari seksi Pakistan
IMT. Jumlah kamerad yang terdaftar membenarkan pernyataan Lal Kahn.
Mata acara selanjutnya adalah menyimak kutipan-kutipan pidato Ted
Grant dalam Rally Militant pada 1984. Almarhum Kamerad Ted Grant memberi
penjelasan tentang krisis kapitalisme dan peran yang harus dimainkan
kaum Marxis dalam mentransformasi gerakan buruh. Pidatonya kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Urdu, yang disambut dengan tepuk tangan
yang riuh dan seruan Inqalab, Inqalab, Socialist Inqalab [Revolusi,
Revolusi, Revolusi Sosialis]. Slogan ini memang sering mengiringi
berbagai pidato selama kongres, ketika secara spontan Kamerad-kamerad
kita mengumandangkan nyanyian revolusioner.
Tahun ini Kamerad Alan Woods tidak bisa hadir. Tapi ia menyampaikan
pesan melalui rekaman video. Alan memberi salam kepada kongres. Ia
menjelaskan bahwa kongres tersebut digelar pada momen kunci dalam
sejarah, yakni ketika kapitalisme telah masuk ke dalam krisis yang
paling serius di sepanjang riwayatnya. Penjelasan Kamerad Alan Woods
juga disambut dengan gemuruh sorak-sorai dan nyanyian.
Beberapa pesan dari berbagai seksi IMT juga dibacakan dalam bahasa
Urdu, termasuk dari Venezuela dan Prancis, juga pesan video dari
Kamerad John Peterson, sekretaris Workers’ International League di
Amerika Serikat. Masing-masing pesan disambut dengan tepuk-tangan yang
bergemuruh.
Pesan dari Malala
Kamerad Javed Iqbal, seorang kamerad Pakistan dari Birmingham,
Inggris, membacakan pesan yang dikirim oleh Malala Yousafzai. Malala
adalah simpatisan muda Tendensi Marxis. Ia termashyur karena turut
memperjuangkan hak atas pendidikan bagi anak-anak perempuan Pakistan.
Malala pernah turut serta dalam Sekolah Marxis Musim Panas yang digelar
Juli tahun lalu di Swat oleh kamerad-kamerad The Struggle. Tragisnya, ia
ditembak di bagian kepala dalam sebuah serangan biadab yang dilakukan
oleh para fundamentalis. Kejadian ini kemudian menjadi berita di halaman
depan koran-koran di seluruh dunia. Syukurlah sekarang ia sedang
menjalani proses pemulihan di Inggris. Berikut pesan yang dikirim Malala:
“Terutama saya ingin mengucapkan terimakasih kepada The Struggle dan
IMT karena memberiku kesempatan untuk berbicara tahun lalu di Sekolah
Marxis Musim Panasdi Swat, juga memperkenalkan kepadaku Marxisme dan
Sosialisme. Saya hanya ingin mengatakan bahwa dalam soal pendidikan,
seperti halnya dalam masalah-masalah lainnya di Pakistan, sekaranglah
waktunya bagi kita untuk melakukan sesuatu. Penting untuk mengambil
prakarsa. Kita tidak bisa menunggu kedatangan orang lain yang akan
melakukannya. Mengapa kita harus menunggu seseorang untuk datang dan
membereskan segalanya? Mengapa bukan kita sendiri saja yang
melakukannya?”
“Dengan sepenuh hati saya ingin mengirimkan salamku kepada kongres.
Saya yakin bahwa Sosialisme adalah satu-satunya jalan, dan saya mendesak
semua Kamerad untuk membawa perjuangan ini sampai ke kemenangan
akhirnya. Hanya ini yang akan membebaskan kita dari rantai belenggu
keterbelakangan dan eksploitasi.”
Pembacaan surat Malala juga menjadi salah satu peristiwa yang
mengharukan dalam kongres. Seorang sahabat karib Malala hadir dalam
kongres. Ia ada dalam bus ketika para fundamentalis menyerang
gadis-gadis itu. Ia berbicara, dengan memberi beberapa komentar dan
membacakan sebuah puisi. Kamerad perempuan yang masih muda ini adalah
satu contoh dari kualitas Kamerad-kamerad yang tergabung dalam IMT di
Pakistan. Faktanya, selama kongres, Kamerad-kamerad datang dari
daerah-daerah di mana perkelahian antar-geng, pembunuhan-pembunuhan,
ledakan-ledakan bom, serangan-serangan pesawat tanpa awak (drone
attacks), dan peperangan yang meluas, sedang terjadi. Menyimak penuturan
mereka membuat darah kita mendidih. Ya, penuturan mereka begitu jelas
menggambarkan kontradiksi-kontradiksi dan ketidakdilan yang terjadi
dalam masyarakat yang terbelah ke dalam kelas-kelas ini.
Revolusi-revolusi Eropa dan Timur Tengah
Sesi utama yang pertama adalah tentang Perspektif Dunia, dengan
penekanan pada perkembangan-perkembangan di Eropa dan Timur Tengah.
Kamerad Fred Weston dari Tendensi Marxis Internasional (IMT) menjadi
pembicaranya. Sesi ini diketuai oleh Kamerad Hamid Khan. Fred Weston
menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya krisis ekonomi
pada 2008. Ia menjelaskan terakumulasinya kontradiksi-kontradiksi di
dalam sistem kapitalis dunia, ekspansi kredit besar-besaran pada level
dunia, serta overproduksi yang terjadi dalam skala raksasa. Semuanya ini
menyebabkan krisis perbankan, yang sebenarnya hanya merupakan suatu
cerminan dari krisis umum kapitalisme secara keseluruhan.
Kamerad Fred Weston menjabarkan kondisi-kondisi sosial yang memburuk,
serangan-serangan terhadap program-program sosial, serangan-serangan
terhadap hak-hak kaum buruh, dan angka pengangguran yang terus melonjak.
Ia juga menunjukkan bagaimana semuanya ini menyebabkan ledakan
perjuangan kelas di seluruh Eropa. Ia menjelaskan bagaimana ledakan itu
terjadi pada mata rantai yang paling lemah, yang dimulai dari Yunani,
tapi dengan sangat cepat meluas ke negeri-negeri seperti Portugal dan
Spanyol. Ia menjelaskan tumbuhnya radikalisasi di kalangan buruh dan
kaum muda, yang tidak terbatas pada negeri-negeri Eropa selatan, tapi
juga sedang dirasakan di utara, seperti Denmark dan Inggris. Semuanya
ini sedang membuat banyak orang mempertanyakan kapitalisme di seluruh
Eropa.
Fred Weston juga memaparkan analisis atas peristiwa-peristiwa yang
terjadi di Timur Tengah. Pertama-tama ia menjelaskan latar belakang dari
peristiwa-peristiwa revolusioner 2011, yakni kondisi-kondisi sosial dan
ekonomi yang menyiapkan peristiwa-peristiwa tersebut. Dalam menyoroti
peristiwa-peristiwa revolusioner itu, Kawan Fred Weston juga menjelaskan
bahwa kendati massa rakyat memiliki enerji revolusioner yang sangat
besar, terjadi kevakuman kepemimpinan karena tidak adanya sebuah partai
massa yang revolusioner milik kelas pekerja. Kekosongan itu kemudian
diisi oleh kaum Islamis, seperti Ikhwanul Muslimin. Namun, karena
kekuatan-kekuatan itu tidak mempunyai jawaban terhadap krisis
kapitalisme, begitu mereka berkuasa atau memerintah, dengan sangat cepat
mereka terekspos di depan mata massa rakyat Mesir dan Tunisia.
Sekarang, baik di Mesir maupun Tunisia, gelombang revolusioner yang baru
sedang bergulir, ketika kaum buruh dan kaum muda mulai menarik
kesimpulan-kesimpulan dari pengalaman-pengalaman mutakhir mereka. Begitu
juga di Timur Tengah. Kita menyaksikan massa rakyat semakin mengalami
radikalisasi, sementara pada saat yang sama kaum kapitalis meningkatkan
tekanan dengan melakukan semakin banyak serangan.
Kendati dimulai dengan kondisi-kondisi ekonomi dan sosial yang sangat
berbeda, proses-proses yang terjadi di Eropa dan Timur Tengah adalah
bagian dari proses yang sama dari revolusi dunia. Secara tak terelakkan,
proses ini akan berdampak juga pada Pakistan.
Claudio Bellotti, seorang kamerad Italia, anggota Komite Eksekutif
Rifondazione Comunista (Partai Refondasi Komunis) dan kader terkemuka
FalceMartello, seksi Italia IMT, juga hadir dalam kongres. Kamerad
Belloti berbicara tentang situasi terakhir di Italia setelah pemilu yang
digelar baru-baru ini. Ia menjelaskan krisis serius yang melanda Italia
dan dampaknya terhadap Uni Eropa secara keseluruhan. Kamerad Belloti
juga mempersembahkan puisi. Kali ini dari Inferno, karya pujangga
Italia, Dante. Persembahan puisi tersebut juga mendapat apresiasi dari
para kamerad peserta kongres.
Arsalan Ghani, Presiden Serikat Pasca-Sarjana di Universitas
Cambridge, Inggris, juga mengintervensi. Ia menjelaskan situasi yang
dihadapi para mahasiswa di Inggris. Biaya kuliah naik. Mahasiswa juga
menghadapi serangan-serangan yang lain. Ia menjelaskan bagaimana
mula-mula di Belgia dan kemudian di Inggris ia turut serta dalam
aktivitas-aktivitas solidaritas dengan kaum buruh. Ia juga menekankan
perlunya turut serta dalam perjuangan di mana pun kamerad-kamerad
berada.
Banyak pertanyaan diajukan kepada Kamerad Fred Weston berkenaan
dengan peran agama, masa depan Revolusi Venezuela dan Revolusi Mesir,
dan situasi di Iran dan Afghanistan, dan banyak lagi yang lainnya.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Fred Weston menjelaskan tidak ada
jaminan kemenangan bagi revolusi sosialis. Sejarah telah
memperlihatkannya berkali-kali. Yang dibutuhkan adalah pembangunan
tendensi-tendensi Marxis dan partai-partai revolusioner milik kelas
pekerja, yang mampu memberikan kepemimpinan revolusioner kepada kaum
buruh. Menjawab pertanyaan tentang agama, ia mengemukakan bahwa agama
mencengkeram pikiran banyak orang karena kondisi-kondisi yang parah yang
di dalamnya mereka hidup. Tapi ketimbang mendiskusikan “dunia yang akan
datang”, justru kita harus bekerja sama untuk mengubah dunia yang
sekarang ini. Ia menutup uraiannya dengan menekankan perlunya membangun
kekuatan-kekuatan Marxisme di Pakistan dan di seluruh dunia.
Perspektif Pakistan
Sesi berikutnya diketuai oleh Kamerad Ghufran Ahad. Sesi ini mengenai
krisis ekonomi, politik, dan sosial Pakistan, serta perspektif bagi
revolusi sosialis. Adam Pal membuka sesi ini dengan pidato yang sangat
berapi-api dan bergelora. Dalam pidato itu ia memaparkan kondisi-kondisi
yang menyedihkan yang diderita massa rakyat Pakistan, pengangguran dan
kemiskinan yang semakin parah, runtuhnya infrastruktur, dan tutupnya
seluruh kawasan industri. Dalam konteks ini terjadi banyak konflik etnis
lokal, seperti di Baluchistan atau Sindh. Faksi-faksi yang berbeda dari
kelas penguasa, yang didukung oleh kekuatan imperialis yang ini atau
yang itu, sedang menyulut konflik etnis untuk memenangkan agenda
masing-masing.
Ia menggambarkan tumbuhnya kebencian massa rakyat terhadap kaum elit
kaya-raya. Kenyataan ini sedang membiakkan antagonisme yang semakin luas
terhadap kemapanan secara keseluruhan. Yang sedang disiapkan adalah
suatu ledakan dari bawah yang sebanding dengan apa yang kita lihat di
Mesir dan Tunisia dua tahun yang silam.
Kamerad-kamerad Khukula Bacha dari Swat, Paras Jan dari Karachi,
Nazar Mengal dari Baluchistan, dokter Aftap, anggota YDA (Young Doctors’
Association/Asosiasi Dokter Muda), Ilyas Khan, pemimpin PPP yang
termashyur dari Multan, Saadullha Mehwand, seorang kamerad Afghanistan,
dan Gurdas Singh, seorang kamerad Sikh, semuanya berintervensi dalam
perdebatan. Changez Khan dari Punjab Utara membacakan sebuah puisi dalam
bahasa Urdu dalam sesi tersebut.
Selanjutnya konferensi dipecah ke dalam tiga komisi tentang Kerja
Serikat Buruh, Kerja Mahasiswa, dan Kerja Perempuan. Tujuannya untuk
mendiskusikan secara mendalam dan terperinci bidang-bidang aktivitas
yang penting itu. Laporan tentang komisi-komisi akan dibuat dalam
kongres hari kedua.
Sebelum mengakhiri sesi malam hari, penyanyi kondang Jawad Ahmed
tampil di panggung dan memaparkan garis besar album terbarunya, yang
mencakup dua lagu yang sangat mengharukan. Satu lagu tentang kematian
yang mengerikan dari hampir 300 buruh dalam sebuah kebakaran pabrik di
Karachi. Lagu yang lain bertutur tentang Bhagat Singh, seorang pejuang
sosialis yang revolusioner yang digantung penjajah Inggris pada 1931.
Jawad juga telah menulis sebuah versi Urdu yang baru dari
Internationale, yang juga dimuat dalam album terbarunya.
Kemudian Jawad mengundang Fred Weston dan Lal Khan ke podium,
sementara ia mempersiapkan hadirin untuk menyanyikan versi baru
Internationale. Banyak kamerad yang lain juga bergabung dengannya.
Kemudian segenap kongres, dengan dipandu oleh Jawad, menyanyikan lagu
gerakan sosialis internasional itu. Sungguh suatu momen yang sangat
mengharukan, yang dengan tepat menutup kongres hari pertama.
Hari Kedua
Dengan beberapa kamerad yang mendaftar pada Minggu pagi tanggal 10
Maret, jumlah keseluruhan yang menghadiri kongres mencapai lebih dari
2800. Diskusi-diskusi utama pada hari kedua adalah tentang kampanye
pemilu yang akan datang, organisasi, dan kerja-kerja IMT secara
internasional.
Seperti hari pertama, kongres hari kedua dibuka dengan puisi
revolusioner yang dibacakan oleh beberapa kamerad kita. Di sebuah negeri
yang sarat dengan kontradiksi, di mana segelintir elit minoritas hidup
dalam kemewahan sementara mayoritas sangat luas hidup dalam kemiskinan
yang sangat parah, penderitaan rakyat jelata pembanting tulang
diekspresikan dalam lagu dan puisi. Ini merupakan suatu bagian yang
sangat penting dalam kongres.
Nyanyian Jawad tentang Kematian Kaum Buruh dalam Kebakaran Pabrik di Karachi
Kamerad Qamar Uz mengetuai sesi pertama. Tugasnya yang pertama adalah
menyajikan kepada hadirin sebuah video lagu-lagu Jawad Ahmed.
Sebagaimana telah disebutkan dalam laporan hari pertama, salah satu lagu
Jawad bertutur tentang kematian hampir 300 orang buruh dalam kebakaran
pabrik di Karachi tahun lalu.
Video dimulai dengan foto-foto para buruh yang tewas di pabrik Union
Carbide di Bhopal, India, di sebuah pabrik di Bangladesh, dan di
Karachi. Video ini adalah rekaman konser yang diadakan Jawad, khususnya
untuk keluarga-keluarga dari mereka yang tewas di Karachi. Ketika Jawad
menyanyikan lagunya, kamera bergerak di seputar hadirin. Anda bisa
melihat putera-puteri, saudara laki-laki dan saudara perempuan, ayah-ibu
dan kakek-nenek para korban pada saat mereka mengangkat foto-foto
orang-orang yang mereka cintai, yang tewas terbakar api. Anda melihat
wajah-wajah yang senyap dengan air mata bercucuran dalam duka dan
kepedihan saat mereka mendengarkan kata demi kata dari lagu itu.
Lagu itu memang bertutur tentang kesengsaraan kaum buruh. Tapi lagu
itu juga mengatakan bahwa kitalah, kaum buruh, yang memproduksi segala
sesuatu, dan bahwa kita tidak akan mentolerir lagi kesengsaraan kita.
Pada puncaknya, lagu itu berkata, “Kaum buruh dunia, bersatulah!”
Seluruh lagu sangat emosional dan sangat mengharukan. Jelang akhir lagu
itu, orang-orang di kerumunan menyanyi bersama Jawad dengan semangat
perlawanan. Ketika video berakhir, segenap kongres mengumandangkan lagi,
“Inqalab, Inqalab, Socialist Inqalab”. Revolusi, Revolusi, Revolusi
Sosialis! Ini menjadi nada bagi sesi penting berikutnya. Seruan itu
kemudian disusul oleh Kamerad Rauf Lund, yang membacakan puisi
revolusioner lainnya.
Kampanye Pemilu Kamerad
Qamar kemudian mempersilakan Kamerad Lal Khan, yang berbicara tentang
kampanye pemilu yang akan datang. Parlemen akan didemisionserkan pada 16
Maret. Pemilu akan digelar sekitar April atau Mei. Lal Khan memaparkan
strategi dan taktik dalam pemilu ini.
Pemilu digelar pada saat krisis akut sedang menjangkiti masyarakat
Pakistan. Kemiskinan yang memang sudah parah semakin buruk, sementara
IMF dan Bank Dunia memperkuat tekanannya terhadap negeri itu. Tapi
siapakah yang benar-benar merepresentasikan kepentingan-kepentingan kaum
buruh, tani, pengangguran, dan kaum miskin pada umumnya? Partai Rakyat
Pakistan didirikan pada akhir dekade 1960-an berdasarkan program
sosialis yang radikal. Tapi hari ini, para pemimpin PPP sudah lima tahun
duduk di pemerintahan dengan melaksanakan instruksi-instruksi
imperialisme, melanjutkan program privatisasi dan pemotongan-pemotongan
subsidi untuk kaum miskin. Akibatnya adalah alienasi yang meluas
terhadap semua politisi. Semua politisi dipandang sedang mengisi
pundi-pundi mereka ketimbang melakukan sesuatu yang serius untuk massa
rakyat.
Dalam konteks ini, perolehan suara PPP bisa merosot tajam hingga ke
titik 17% setelah melambung tinggi dalam pemilu 2008, dan karena hal ini
Nawaz Sharif bisa tampil lagi. Kebanyakan orang sangat mungkin akan
menjadi golput, atau, sebagaimana dikemukakan Lal Khan, malah menjual
suara mereka sebagai kegunaan satu-satunya dari memiliki hak suara!
Setidaknya itu akan memberi makan kepada mereka dan keluarga-keluarga
mereka meski hanya untuk sehari!
Lal Khan menjelaskan pandangan Marxis tentang pemilu. Ia menjelaskan
bahwa mereka akan berintervensi dan menyuarakan pesan tentang revolusi
sosialis di manapun massa berkumpul. Ia menjelaskan peran parlemen dalam
demokrasi burjuis, juga peran demokrasi “burjuis” secara umum.
Demokrasi “burjuis” bukanlah sebuah sistem, melainkan suatu metode untuk
menjalankan sistem. (Sistem itu sendiri adalah kapitalisme, red). Ia
mengutip Marx, yang menjelaskan bahwa pemilu di negeri-negeri kapitalis
berarti massa rakyat diizinkan untuk memilih setiap lima tahun
orang-orang yang akan menindas mereka.
Di beberapa daerah kaum Marxis mungkin akan berhasil dinominasikan
sebagai kandidat. Dalam konteks itu, para kamerad akan bermobilisasi
untuk membuat suara Marxisme sejati masuk ke dalam parlemen. Tapi, ini
bukan tujuan finalnya. Tujuan dari membuat kaum Marxis terpilih dan
masuk ke dalam parlemen adalah seperti tujuan para deputi atau wakil
Bolshevik dalam Duma atau parlemen-nya Tsar: yaitu mengeksposnya dari
dalam dan menyebarluaskan gagasan-gagasan tentang sosialisme
revolusioner kepada khalayak yang lebih luas.
Lal Khan menunjukkan bahwa krisis sistem kapitalis tercermin dalam
pembusukan di segala tingkatan, dengan korupsi yang merajalela di
mana-mana. Tapi krisis itu juga tercermin dalam pembusukan budaya,
pembusukan kemanusiaan itu sendiri. Semuanya ini tercermin dalam kondisi
politik. Lal Khan menekankan bahwa inilah juga yang terjadi di Eropa.
Hanya saja, di Pakistan, krisis ini jauh lebih parah.
Peristiwa-peristiwa di Lahore sehari sebelumnya, pada hari Sabtu,
menggarisbawahi krisis ini. Rumah-rumah dan toko-toko dari 160 keluarga
Kristen telah dibakar. Orang-orang Kristen itu terpaksa mengungsi.
Inilah dalih yang dikemukakan oleh gerombolan pembakar itu: ada seorang
Kristen yang bersalah karena melakukan penistaan. Dalam kenyataannya,
metode-metode macam begini digunakan oleh para gangster biadab untuk
menyerobot tanah dan mengembangkan real estate . Dan negara hanya
menonton, tidak berbuat apa-apa!
Lal Khan menunjuk pada banyak “pelawak” di dunia politik Pakistan,
dari para Zardari sampai para Sharif. Ia menunjuk pula pada Imran Khan,
mullah/ulama yang datang dari Kanada, Qadri, dan para pemimpin MQM yang
sovinis. Tidak seorang pun di antara mereka mempunyai solusi yang bisa
ditawarkan kepada massa rakyat.
Namun, kaum Marxis tidak berposisi golput dalam pemilu, tapi
menggunakan pemilu untuk mengkampanyekan gagasan-gagasan mereka, untuk
menunjukkan alternatif yang sejati, yakni Sosialisme.
Beberapa kamerad dari seluruh negeri berintervensi dalam perdebatan,
seperti Ghufran Ahad dari Malakand. Ia mengekspos penipuan demokrasi
burjuis. Ia menunjukkan bahwa ketimbang “pemerintahan oleh rakyat”
(government BY the people), yang kita miliki adalah “pemerintahan
membeli rakyat” (government BUY the people); dan ketimbang “pemerintahan
untuk rakat” (government FOR the people), yang kita miliki adalah
“pemerintahan yang jauh dari rakyat” (government FAR the people).
Kamerad Ghufran Ahad menjelaskan bahwa seorang kandidat Marxis tidak
boleh masuk ke dalam parlemen untuk menjadi korup, tapi justru untuk
mengekspos sistem yang korup itu.
Paparan Ghufran Ahad disusul oleh Kamerad Asaf dari Rawalpindi. Asaf
menggarisbawahi peran kaum muda dalam kampanye. Riaz Lund, yang tampil
sebagai seorang kandidat Marxis dalam pemilu 2008 juga angkat bicara.
Setiap orang tahu bahwa sebenarnya ia menang dalam pemilu 2008. Tapi
hasil penghitungan suara ditahan sampai tiga hari, dan penghitungan
dimanipulasi untuk mengalahkan Lund. Kameras Riaz Lund menjelaskan bahwa
kaum buruh di Karachi sepenuhnya sadar akan hal ini dan mereka
mendukung para kamerad The Struggle. Ia memaparkan bahwa pemimpin MQM,
kelompok yang sovinis dan reaksioner yang bertanggungjawab atas
terbunuhnya banyak aktivis dalam gerakan buruh, baru-baru ini telah
menyatakan bahwa musuh utama mereka adalah “Marxisme”.
Kamerad Kadir dari Peshawar, dengan menggunakan kata-kata Lenin,
mengatakan bahwa parlemen ini adalah “dapurnya para pencuri”, sebuah
dapur “di mana tidak ada makanan buat si miskin”. Ia berkata bahwa kaum
Marxis harus ambil bagian dalam pemilu parlementer, tapi saatnya akan
datang ketika alih-alih memberikan suara dengan tangan, mereka akan
memberikan suara dengan kaki, yakni ketika mereka bermobilisasi dan
bangkit melawan sistem.
Kamerad Kadir disusul oleh Kamerad Adil dari Faisalabad dan Kamerad
Ilyas Khan. Kamerad Ilyan Khan menyampaikan pidato yang sangat
berapi-api. Ia menggugat apa yang telah dilakukan para pemimpin PPP. Ia
memaparkan apa yang harus dilakukan kaum Marxis untuk menawarkan
alternatif kepada kaum buruh. Kamerad Rauf Lund mengemukakan bahwa
meskipun semua yang lain berupaya memecahbelah rakyat, kaum Marxis
bekerja untuk mempersatukan kaum buruh dari berbagai kelompok etnis dan
agama.
Selanjutnya seorang kamerad perempuan, Jalila dari Quetta, angkat
bicara. Ia berbicara tentang banyaki perempuan yang dibunuh di Pakistan
dan kekerasan umum yang dialami kaum perempuan Pakistan. Ia
menggambarkan bagaimana ia mengumpulkan bagian-bagian tubuh para
perempuan yang tewas dalam ledakan-ledakan bomb, kejadian sehari-hari di
Baluchistan. Karena aktivitasnya, sebuah Fatwa dikeluarkan untuk
membungkamnya. Tapi Kamerad Jalila tetap bertekad untuk melanjutkan
perjuangan. Ia mengakhiri intervensinya dengan sebuah puisi yang
dipersembahkan kepada perempuan-perempuan yang dirujuknya dalam
pidatonya. Kamerad yang lain membacakan sebuah puisi yang pada intinya
mengatakan. “Jangan mempercayai para perampok ini.”
Kamerad Lal Khan kemudian merangkum diskusi, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menyusun benang merah diskusi.
Sesi berikutnya adalah laporan organisasi yang disampaikan oleh
Kamerad Paras Jan dari Karachi. Sesi ini diketuai oleh Kamerad Yasir
Irshad. Kamerad Paras mengisi sebagian besar pidatonya dengan memaparkan
apa yang dituntut dari para kamerad dalam periode krisis yang akut ini.
Ia menjelaskan perlunya memastikan bahwa setiap aspek pekerjaan
terorganisir secara cermat dan rapi. Ia memandang sangat penting
jalannya sel-sel, dan aktivitas rutin harian dan mingguan mereka. Karena
sudah ada banyak rekrut muda dalam kurun waktu belakangan ini, sangat
perlu untuk mendidik mereka dalam tradisi-tradisi dari metode organisasi
Marxis.
Laporan memperlihatkan bahwa kondisi-kondisi obyektif yang berubah
telah memacu pertumbuhan keanggotaan pada bulan-bulan terakhir. Laporan
juga mendiskusikan kesempatan-kesempatan di tahun yang akan datang.
Serikat Buruh
Laporan Kamerad Yasir Irshad disusul oleh laporan komisi-komisi.
Kamerad Nazer Mengal memberikan laporan tentang Komisi Serikat Buruh. Ia
menjelaskan bahwa Kampanye Pertahanan Serikat Buruh Pakistan (Pakistan
Trade Union Defence Campaign, PTUDC) akan memproduksi pamflet khusus
tentang pemilu dalam koran kaum buruh untuk digunakan oleh para kamerad.
Ia juga menjabarkan jumlah serikat buruh dan tempat kerja di mana
Tendensi Marxis telah hadir. Tumbuhnya pengaruh Tendensi kita bisa
dilihat dari jumlah kamerad dari berbagai serikat buruh yang hadir dalam
kongres:
Pakistan Steel Mills (Karachi), Pakistan Railways, Pakistan
International Airlines (PIA), Water & Power Development Authority
(WAPDA), Karachi Electric Supply Corporation (KESC), Karachi Port Trust
(KPT), Post Office, Ordinance Factory Wah Cant, Unilever, Coca Cola,
Nestle Kabirwala, Pakistan Tobacco Company, All Pakistan Clerk
Association (APCA), Pakistan Telecommunication Authority (PTCL), Merk
Pharmaceuticals, Power Looms, Professor & Lecturer Association
(Punjab, Sindh, Baluchistan, Kashmir), Young Doctors Association (Lahore
General Hospital, Jinnah Hospital Lahore, Children Hospital Lahore,
Services Hospital Lahore, Punjab Institute of Cardiology Lahore, Mayo
Hospital Lahore, Sir Ganga Ram Hospital Lahore, Nishtar Hospital Multan,
Victoria Hospital Bahawalpur, Allied Hospital Faisalabad and District
Headquarter Hospitals all over Punjab), Pakistan Institute of Medical
Sciences Islamabad, Paramedical Alliance Punjab, EMCO Tiles Lahore,
Treet Blade, Rustam Towels Lahore, Jamshoro Power house, Kot Addu Power
Company, Pak Arab Oil Refinery, Sui Gas (SNGPL, SSGC), Water and
Sewerage Authority, Journalists Union, Oil and Gas Development
Corporation (OGDCL), State Bank of Pakistan, Habib Bank, Allied Bank,
National Bank, Employees of Municipal Authorities dari seluruh Pakistan,
Peasants Associations (Perhimpunan-perhimpunan Tani) dari daerah-daerah
yang berbeda.
Kerja Kaum Muda
Kamerad Amjad memberi laporan tentang Komisi Kaum Muda. Ia memaparkan
beberapa aktivitas tahun lalu, termasuk dua Sekolah Marxis (satu saat
Musim Panas, satu lagi pada Musim Dingin). Komite koordinasi yang baru
telah ditetapkan untuk melaksanakan kerja-kerja kaum muda, dengan
badan-badan di tingkat regional dan lokal. Tahun lalu daerah-daerah
kerja yang baru telah dibuka untuk front pemuda. Daftar organisasi kaum
muda dan lembaga pendidikan (yang di dalamnya kamerad-kamerad kita
memiliki basis) memberi kita gambaran tentang cakupan bidang aktivitas
yang penting ini:
Organisasi Kaum Muda: Jammu Kashmir National Student Federation
(JKNSF), Jammu Kashmir Student Liberation Front (JKSLF), Peoples Student
Federation (PSF), Baloch Student Organization (BSO), Pashtun Student
Organization (PSO), Pashtun Student Federation, Inqilabi Council,
Unemployed Youth Movement (BNT), Jammu Kashmir Peoples Student
Federation (JKPSF), Peoples Student Federation Gilgit Baltistan.
Universitas & Sekolah Tinggi: Punjab University, Government
College University Lahore, University of Engineering & Technology
Lahore, FAST University Lahore, LUMS Lahore, MAO College Lahore,
National College of Arts Lahore (NCA), University of Central Punjab
Lahore (UCP), Services Institute of Medical Sciences Lahore,
International Islamic University Islamabad, Government College
University Faisalabad, Sarghoda University, Agriculture University
Faisalabad, Allama Iqbal Open University, Gorden College Rawalpindi,
University of Engineering & Technology Taxila (UET), Peshawar
University, Balochistan University Quetta, Khuzdar University, Sarhad
University Peshawar, Malakand University, Gomal University D.I. Khan,
Gomal Medical College D.I. Khan, Azad Jammu Kashmir Universiry
Muzaffarabad (AJK University), MUST University Mirpur, Bahauddin Zikriya
University Multan (BZU), Islamia University Bahawlpur, Sindh University
Jamshoro, Shah Abdul Latif Bhittai University Khairpur, Liaqat Medical
University Jamshoro, Karachi University, Federal Urdu University, Sheikh
Zayed Medical College Rahim Yar Khan, Khawaja Fareed College Rahim Yar
Khan, Murray College Sialkot.
Kaum Perempuan
Hari Perempuan juga dirayakan dalam kongres. Kaum perempuan buruh dan
mahasiswa dari seluruh Pakistan ambil bagian dengan semangat yang
revolusioner. Bekerja di kalangan perempuan tidak mudah di Pakistan.
Kendati demikian, dalam laporannya tentang Komisi Perempuan, Kamerad
Anam menjelaskan bahwa The Struggle memiliki 132 kamerad perempuan, dan
lebih dari separuh di antara mereka menghadiri kongres. Kamerad-kamerad
kita sepakat untuk bekerja lebih keras untuk merekrut kaum perempuan.
Mereka memasang target bagi diri mereka: tahun depan The Struggle akan
memiliki 193 kamerad perempuan!
Kata Penutup
Kamerad Fred Weston menutup kongres dengan menyampaikan laporan
tentang kerja-kerja internasional IMT. Ia memberikan gambaran tentang
negeri-negeri di mana IMT bekerja, dari Amerika Utara ke Amerika
Selatan, Afrika, Asia, dan Eropa. Kamerad-kamerad kita mendengarkan
dengan seksama ketika Fred memberikan rincian dari tiap-tiap seksi.
Laporan-laporan tentang Venezuela dan Brazil secara khusus mendapat
apresiasi, seperti halnya laporan-laporan tentang AS, Kanada, dan
Meksiko. Para kamerad juga cermat menyimak laporan tentang kerja-kerja
di Eropa, di Yunani, Italia, Prancis, Inggris, dan semua negeri lainnya.
Mereka memberikan tepuk tangan meriah ketika mengetahui bahwa biografi
Ted Grant yang ditulis oleh Alan Woods akan diterbitkan.
Ini merupakan sebuah sesi yang penting, karena hanya beberapa kamerad
Pakistan saja yang telah beroleh visa untuk menghadiri
konferensi-konferensi internasional IMT dan berjumpa dengan
kamerad-kamerad dari negeri-negeri yang lain. Sesi ini adalah yang
paling akrab, di mana sebagian terbesar dari mereka pernah berjumpa
dengan kamerad dari Internasional. Fred menjelaskan kepada mereka bahwa
kamerad-kamerad di seluruh dunia mengikuti dengan seksama kerja-kerja
para kamerad Pakistan. Kerja-kerja itu telah menjadi inspirasi bagi
kamerad-kamerad di seluruh dunia, sebagaimana kamerad-kamerad Pakistan
telah diinspirasikan oleh kerja-kerja seluruh Internasional.
Fred menekankan tugas kunci mendidik semua kamerad dan mempersiapkan
mereka untuk menyongsong pertempuran-pertempuran yang akan datang. Ia
mengakhiri pemaparannya dengan mendedikasikan sekali lagi kongres itu
kepada perjuangan Kawan Ted Grant. Ia menjelaskan bahwa periode yang
paling sulit bagi Ted adalah dekade 1950-an, ketika kapitalisme sedang
mengalami booming sehebat-hebatnya, Stalinisme kelihatan semakin kuat,
dan gagasan tentang revolusi tampak sangat jauh dari dunia kapitalis
maju.
Tapi Ted memiliki optimisme yang menakjubkan terhadap masa depan.
Ia mengerti bahwa kapitalisme telah ditakdirkan untuk masuk ke dalam
krisis pada momen tertentu, dan ini akan memperbarui perjuangan kelas.
Berkat perjuangan Kawan Ted Grant, IMT eksis hari ini.
Para kamerad menutup kongres dengan menyanyikan Internationale, yang
sekali lagi dipandu oleh Kamerad Jawad. Antusiasime yang terpapar dalam
momen ini sulit dilukiskan dengan kata-kata. Kita harus ada di sana
untuk mengalaminya! Dengan antusiasme dan tekad itu, kita memiliki
setiap keyakinan akan keberhasilan kaum Marxis Pakistan di masa depan.
***
Diterjemahkan oleh Pandu Jakasurya dari koresponden IMT di
Lahore, Historic 32nd congress of Pakistani section of IMT – First Day
dan Historic 32nd congress of Pakistani section of IMT – Second Day, 10
dan 11 Maret 2013,
0 komentar:
Posting Komentar