Test Footer 2

Kamis, 12 November 2015

Sudjinah dan Sulami

“Lihatlah, kamu akan dilempar ke lubang itu kalau tidak mau menceritakan siapa teman-temanmu, kau akan kami kubur hidup-hidup!” Saya hanya menutup mata. Mengapa saya harus menjadi pengkhianat dengan menceritakan kerja bawah tanah saya kalau akhirnya akan dibunuh? Itulah yang tersirat dalam benak saya. Mereka dapat memukuli saya sampai… mati, namun saya tidak akan mengkhianati teman-teman…
[Sudjinah, tahanan Gerwani di Bukitduri]
*

Saya gosok-gosok wajah saya yang bengkak & bibir meradang akibat pukulan bertubi-tubi. Betapapun saya masih hidup. Pada saat itu tidak ada perasaan lain kecuali mencoba agar tidak gugup selama pemeriksaan. Walaupun hati terasa terbakar dalam api, kepala harus tetap dingin & tidak kehilangan pikiran. Saya tidak ingin mati sekarang, meski saya harus melewati kehidupan penuh siksaan.
[Sudjinah, tahanan Gerwani di Bukitduri]

*
Salah seorang pemimpin wanita menceritakan segalanya tentang kerja bawah tanah kelompok-kelompoknya, bahkan nama-namanya dengan jelas. Ah, betul dugaanku. Ada pengkhianat di dalam gerakan kami. Saya benar-benar terpukul, tiba-tiba saya tidak bisa menggerakkan lengan & tangan kanan saya. Kekecewaan itu merupakan puncak dari semua kecewa yang saya alami… Namun di atas segalanya, kami tetap tak berputus asa.
[Sudjinah, tahanan Gerwani di Bukit Duri]

*
Dua puluh tahun bukanlah waktu yang singkat… sepertiga kehidupan manusia yang sedang berkembang. Bayangkan, betapa orang-orang muda belia harus hidup di penjara, terpisah dari keluarga, anak, suami, kekasih, saudara, masyarakat, tertutup dari semua keindahan alam, sawah ladang, gunung sungai, bulan bintang, & tangis bayi, rintihan keluarga yg menanggung beban, serta kicau burung tiap pagi.
[Sulami, tahanan Gerwani di Bukit Duri]

*
Saya terperanjat. Membuka mata karena mendengar gertakan, angin menyapu muka, sementara ujung pistol menodong dahi… Sebelum malam petaka itu, sudah saya dengar, bahwa siksa & dera akan ditimpakan oleh tentara anggota ABRI… Saya mengerti, bahwa setumpuk soal organisasi telah ditimpakan pada saya. Banyak orang mencari bobot paling ringan untuk dirinya. Baik. Itu resiko perjuangan.
[Sulami, tahanan Gerwani di LP Bukitduri dan Tangerang]

*
Tak pernah kami mengajarkan hal-hal jahat. Pengurus Gerwani mengajar anggotanya berjuang meningkatkan martabat & keterampilan, agar bisa mandiri. Juga mendorong anak-anak rajin belajar & bekerja, menolong sesama, mencintai kehidupan & kerja… sejak 17th saya telah ikut berjuang dlm revolusi kemerdekaan. Tidak mungkin saya mengajak & menyuruh mereka berbuat jahat.
[Sulami, tahanan Gerwani di LP Bukitduri dan Tangerang]

*

I

Ini hanya sepenggal cerita lega rasanya
Meski hanya sepenggal,
Tetapi
cerita ini datang dari
kengerian yang melaut.
Duka siksa mati manusia yang
menanggung
pengorbanan yang tiada habisnya
Kini telah kutulis.
Betapa tidak.
Anak manusia
ratusan ribu mati disiksa,
ratusan ribu masuk penjara,
terdampar di pulau buangan,
bergulat dengan tanah hutan
Di bawah ancaman ular sanca.
Ibu mati ayah pun mati,
Ibu dibui ayah pun dibui,
Anak-anak melata sendiri.
Anak gadis diperkosa,
Hamil tak terjaga,
Dihardik anak keparat,
Keluar dari sekolah!
Bedebah! …


II

Tahun satu sembilan tujuh delapan
Ibu dan ayah pulang dari bui,
tetapi yang mati tak kembali
Hilang tanpa rimba,
mati tanpa saksi,
hukum rimba mengadili.
Itu demokrasi?!
Itu Pancasila?!
Itu hak azasi?!
Anak cucu bisa berkata:
Bukan!
Itu jahanam!
Batara Kala
Masih mencari mangsa,
Mencari,
di mana pemburu hak azasi.
Demokrasi ekonomi,
Keadilan sosial,
Kebenaran berpendapat,
Menulis dan kreasi –
Itulah mangsanya.



Sulami, mantan Sekretaris ke-3 Gerwani, dipenjara 1967-84.) 
 
https://kesundalan.wordpress.com/2010/09/11/sudjinah-dan-sulami/

0 komentar:

Posting Komentar